Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Memasuki 2020, Harga Obat di AS Melambung

        Memasuki 2020, Harga Obat di AS Melambung Kredit Foto: Unsplash/Joshua Coleman
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Mulai 1 Januari 2020, sejumlah produsen obat Amerika Serikat, termasuk Bristol-Myers Squibb, Gilead Sciences, dan Biogen menaikkan harga lebih dari 50 obat. Total obat yang naik harga meningkat menjadi lebih dari 250 obat pada tahun baru.

        Reuters, Selasa (31/12/2019), melaporkan, perusahaan pembuat obat termasuk Pfizer, GlaxoSmithKline PLC, dan Sanofi SA juga berencana menaikkan harga lebih dari 200 obat pada 1 Januari.

        Menurut perusahaan riset kesehatan, 3 Axis Advisors, hampir semua kenaikan harga obat di bawah 10 persen, yakni rata-rata lima persen. Di bawah tekanan politisi dan pasien, banyak produsen obat bermerek berjanji mempertahankan kenaikan harga di bawah 10 persen per tahun.

        Baca Juga: Laris Manis! Obat Indonesia Laris di Vietnam Expo 2019

        Harga obat resep dokter yang melambung diperkirakan akan kembali menjadi isu sentral dalam pemilihan presiden AS. Presiden Donald Trump yang mengusung isu ini dalam janji kampanyenya pada 2016 akan mencalonkan kembali pada 2020.

        Di Amerika Serikat, pasar yang menetapkan harga obat. Karena itu, harga obat di negara ini lebih tinggi dibanding di negara lain, di mana pemerintah secara langsung atau tidak langsung mengendalikan biaya. Sehingga AS menjadi pasar yang paling menguntungkan bagi para produsen obat.

        Perusahaan obat kerap memberikan diskon harga dengan imbalan perawatan yang menguntungkan dari pembayar layanan kesehatan. Akibatnya, perusahaan asuransi kesehatan dan pasien jarang membayar obat dengan harga penuh.

        Dalam sebuah pernyataan, Bristol-Myers menyatakan, tahun ini tidak akan menaikkan harga lebih dari enam persen. Rabu kemarin, produsen obat itu menaikkan harga 10 obat: imunoterapi kanker Opdivo dan Yervoy naik 1,5 persen dan obat pengencer darah Eliquis naik enam persen. Semua jenis obat ini mendatangkan pendapatan miliaran dolar setiap tahun.

        Kenaikan harga enam persen juga terjadi pada obat myeloma multipel andalan Celgene, Revlimid. Tahun lalu, Bristol mengakuisisi saingannya Celgene dalam kesepakatan senilai US$74 miliar.

        Baca Juga: Menkes Buka Cara Biar Harga Obat Murah di Pasaran

        Menurut 3 Axis, Gilead menaikkan harga kurang dari lima persen pada 15 obat termasuk obat HIV Biktarvy dan Truvada. Biogen juga menaikkan harga enam persen pada obat multiple sclerosis, Tecfidera.

        Lembaga 3 Axis menyarankan kelompok-kelompok industri farmasi untuk mengidentifikasi ketidakefisienan dalam rantai pasokan obat-obatan. Lembaga ini juga diketahui menyediakan konsultasi bagi John Arnold, miliarder yang keras mengkritik harga obat di AS.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lili Lestari
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: