Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Hari ini pemerintah Provinsi DKI Jakarta resmi memberlakukan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selama diberlakukannya PSBB, tentu kondisi bisnis, terutama di DKI Jakarta menjadi patut menjadi sorotan perihal kondisi dan keberlangsungannya.
"Bagi Jakarta, pasti secara umum bisnis hampir mati, karena beberapa jenis usaha saja yang diperkenankan beroperasi, selebihnya terpaksa tutup tunduk pada peraturan, guna mengeliminir transmisi lokal virus corona," ujar Ketua CEO Business Forum Indonesia Jahja B Soenarjo, ketika dihubungi Warta Ekonomi, Jumat (10/4/2020).
Meski begitu, menurut Jahja, hal seperti ini harusnya sudah mampu diprediksi oleh pelaku usaha, berkaca dengan apa yang sudah terjadi di Wuhan. Sehingga pelaku usaha sudah punya tindakan preventif maupun rencana darurat, ketika hal serupa di Wuhan akan terjadi di Indonesia.
Baca Juga: PSBB Berlangsung, Polisi hingga TNI Jaga Pusat Perbelanjaan di Jakarta
"Pembatasan-pembatasan ini seharusnya sudah diantisipasi para pengusaha sejak kasus pertama di Wuhan dan merembet ke Asia Tenggara, dan akhirnya Indonesia, dengan populasi terbesar di Asean," ujarnya.
Namun, rupanya masih sedikit pelaku usaha yang membuat langkah serupa.
"Tidak banyak pelaku usaha yang segera bergerak cepat dengan "contingency plan" alias rencana darurat. Tekanan disrupsi masif yang ditimbulkan oleh bencana pandemik virus corona ini membuat semua pelaku bisnis bertekuk lutut, merata tanpa pandang bulu," katanya.
Menurut Jahja, Jakarta memiliki jumlah mall paling banyak dan pemberlakuan PSBB membuat banyak tenaga kerja lepas/paruhwaktu bahkan tenaga tetap kehilangan penghasilan, sehingga tidak ada daya beli yang signifikan di musim Lebaran. Namun hal ini tidak berarti ekonomi berhenti total.?
Apa yang masih bisa dilakukan ??
"Pertama, tetap membangun ekosistem baru yang bersifat sinergis antar sektor. Pelaku kuliner, online-shop dan jasa antaran, bersinergi dengan ojek online. Penawaran bingkisan mulai marak dan akan sangat baik bila juga bekerjasama dengan ojek online dan taksi," ujar Jahja.
Lalu, penggunaan aplikasi digital juga akan membantu di tengah kondisi pandemi seperti ini.?
"Kedua, pemanfaatan aplikasi digital sebagai akselerator proses bisnis yang lebih inovatif. Contohnya, aplikasi titipku.com yang bisa membantu pedagang-pedagang di pasar sekalipun dan tentunya bisa bergandengan dengan pihak pengelola pasar. Dan banyak aplikasi-aplikasi lainnya," pungkasnya.
Kemudian pemanfaatan platform e-commerce. E-commerce sendiri sudah menjadi pilihan yang realistis bagi para konsumen dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
"Tentu tidak ketinggalan ini menjadi kesempatan bagi pelaku UKM untuk meningkatkan volumenya melalui Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan lainnya - agar konten produk lokal menjadi lebih banyak lagi," cetusnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Fajar Sulaiman