Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Konsumsi Zat Gizi, untuk Tingkatkan Imun Tubuh Selama Pandemi Covid-19

        Konsumsi Zat Gizi, untuk Tingkatkan Imun Tubuh Selama Pandemi Covid-19 Kredit Foto: Ist
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menjaga pola makan dengan asupan gizi yang seimbang penting dilakukan sebagai upaya menjaga daya tahan tubuh di tengah pandemi Covid-19.

        Menurut British Dietitian Association (BDA) dan European Food Safety Authority (EFSA), hingga saat ini belum ada makanan atau komponen bahan makanan yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh dan serta merta membuat seseorang tercegah dari infeksi Covid-19.

        Meskipun demikian, manusia tetap membutuhkan sistem kekebalan tubuh yang kuat untuk menjalankan fungsi sistem imun secara normal agar tubuh bugar dan terhindar dari penyakit lainnya.

        Baca Juga: Era New Normal, Industri Makanan-Minuman Diprediksi Tumbuh 4%

        Rektor Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L), Iwan Surjawan, menyatakan, Ada banyak zat gizi yang berperan langsung dalam menjalankan sistem kekebalan tubuh secara normal. Contohnya, vitamin (seperti vitamin A, B6, folat, B12, C, dan D) dan mineral (seperti zat besi, seng (zinc), selenium, dan tembaga).

        Iwan menambahkan zat-zat gizi tersebut dapat kita penuhi dengan cara mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang.

        “Contohnya, brokoli, kembang kol, dan jambu batu adalah sumber vitamin C yang baik. Vitamin B6 dapat diperoleh dari daging, sayuran, pisang, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Daging, ikan, dan telur adalah sumber vitamin B12 yang baik juga kaya akan vitamin A dan zat besi. Selain itu, penting juga untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan mengonsumsi air putih sebanyak 8-10 gelas per hari,” kata Iwan dalam keterangan resminya, Jumat (19/6/2020).

        Iwan mengungkapkan selama pandemi, sebaiknya menghindari konsumsi makanan yang tinggi kandungan lemak jenuh, garam dan gula. Seperti keripik, gorengan, mie instan atau minuman yag mengandung gula secara berlebihan.Jika seseorang sering mengonsumsi makanan tersebut, maka resiko terjadinya peningkatan berat badan, obesitas, penyakit kardiovaskular seperti jantung, stroke, diabetes, dan kanker akan lebih tinggi.

        Baca Juga: Covid-19 Ubah Pola Konsumen, dari Pesan Makanan-Minuman hingga soal Pendidikan

        Dalam masa pandemi ini, terutama saat bekerja dari rumah (work from home), biasanya untuk mengurangi rasa bosan, orang-orang lebih cenderung untuk makan cemilan. Iwan menjelaskan menyarankan agar cemilan-cemilan tersebut dengan cemilan yang lebih sehat, misalnya buah potong, sayuran atau kacang-kacangan yang kaya akan serat.

        Secara terpisah, Widya Indriani, Faculty of Food Science and Nutrition i3L menjelaskan terdapat perbandingan nutrisi yang baik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dengan terpenuhinya nutrisi yang seimbang, kita bisa menjaga fungsi normal sistem kekebalan tubuh.

        “Setiap harinya, tubuh memerlukan zat gizi makro dan mikro dalam jumlah tertentu untuk proses metabolisme, menjalankan aktivitas fisik, tumbuh, serta mengganti sel-sel atau jaringan yang rusak dalam tubuh. Selain itu, beberapa vitamin, seperti vitamin B kompleks dan C bersifat larut dalam air. Jika jumlahnya berlebih, tubuh akan mengeluarkan vitamin tersebut melalui air kencing. Oleh sebab itu penting untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang setiap harinya untuk menjaga fungsi normal dan sistem kekebalan tubuh,” tambahnya.

        Widya menambahkan kelebihan kalori di badan juga dapat meningkatkan resiko terkena Covid-19. Terdapat beberapa penelitian yang menyataan bahwa kondisi- kondisi atau penyakit yang berkaitan dengan obesitas seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung dan hipertensi dapat memperparah efek Covid-19.

        “Berdasarkan pengamatan dari beberapa negara seperti Amerika dan Perancis, orang dengan obesitas yang terinfeksi Covid-19, memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena komplikasi dan lebih tinggi prevalansinya untuk mendapatkan perawatan intensif atau Intensive Care Unit (ICU) saat dirawat di rumah sakit,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: