Pemerintah diminta cepat merespons untuk mengantisipasi dampak resesi Singapura terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini menjadi tugas berat menteri-menteri bidang ekonomi, seperti Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Adapun pemerintah harus mendongkrak daya saing konsumsi di sektor kebutuhan pokok. Pasalnya, Indonesia bisa tertolong dengan adanya kegiatan perdagangan di sektor pertanian.
Baca Juga: Singapura Derita Resesi, Rupiah Bikin Dolar AS Kian Terdepresiasi
"Namun, struktur ekonomi kita tidak seperti Singapura. Kita tidak bergantung kepada ekspor. Perekonomian kita lebih bergantung kepada konsumsi rumah tangga. Sementara, selama wabah ini, konsumsi walaupun mengalami penurunan, tetapi tidak terlalu besar," kata Piter di Jakarta, Selasa (14/7/2020).
Piter melanjutkan, konsumsi khususnya barang primer masih tetap ada sehingga perekonomian walaupun terkontraksi tidak akan sangat dalam seperti Singapura.
"Kontraksi ekonomi atau resesi selama wabah sebenarnya merupakan kewajaran; terjadi hampir di semua negara. Terutama, negara-negara yang sangat bergantung kepada ekspor seperti Singapura," katanya.
Sebagai informasi, ekonomi Singapura masuk resesi setelah pertumbuhan ekonomi negara tersebut minus 41,2% pada kuartal II-2020 dampak pandemi virus corona.
Departemen Perdagangan dan Industri menyatakan, produk domestik bruto Singapura sebagaian besar dihitung dari data bulan April dan Mei. Akibatnya, ekonom memprediksi ekonomi negara di Asia Tenggara akan minus 37,4%.
Resesi didefinisikan jika pertumbuhan dua kuartal berturut-turut mengalami minus. Tercatat, pada kuartal I-2020, ekonomi Singapura minus 3,3%. Dengan demikian, Singapura masuk ke jurang resesi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum