Pemerintah memutuskan untuk memperlebar defisit Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) 2021 sebesar 5,2% dari PDB. Sebelumnya, defisit sudah dinaikkan dari 4,17% menjadi 4,7%.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun meminta jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju mencermati hal tersebut. Dirinya meminta ada prioritas dalam pengelolaan APBN tahun depan.
Baca Juga: Defisit RAPBN 2021 Melebar, Jokowi Minta Sri Mulyani Cs Hati-Hati
Berikut fakta-fakta terkait melebarnya defisit anggaran APBN 2021 menjadi 5,2%:
1. Hati-Hati Kata Jokowi
Presiden Joko Widodo meminta agar angka-angka ekonomi makro untuk tahun 2021 harus betul-betul dikalkulasi dengan cermat. Hal ini disampaikan dalam rapat terbatas terkait rancangan postur APBN tahun 2021.
"Hati-hati. Harus optimis, tapi juga harus realistis dengan mempertimbangkan kondisi dan proyeksi terkini," katanya.
2. APBN 2021 Harus Fokus Pulihkan Ekonomi
Jokowi ingin agar di 2021 difokuskan pada pembiayaan percepatan pemulihan ekonomi dan sekaligus penguatan transformasi di berbagai sektor.
"Terutama transformasi di bidang kesehatan, pangan energi, pendidikan, dan juga percepatan transformasi digital," pungkasnya.
3. Demi Rp179 Triliun
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa dengan pelebaran defisit menjadi 5,2% dalam RAPBN 2021, cadangan belanja yang dimiliki pemerintah sebesar Rp179 triliun. Dia mengatakan, hal ini akan digunakan untuk belanja-belanja yang mendukung pemulihan ekonomi tahun depan.
"Kita akan memiliki cadangan belanja sebesar Rp179 triliun. Yang presiden akan tetapkan prioritas belanja untuk betul-betul mendukung pemulihan ekonomi nasional tahun depan," katanya.
4. Fokus Sri Mulyani
Kemenkeu dan Bappenas sudah dapat banyak tambahan usulan belanja dari seluruh kementerian/lembaga. Dia mengatakan, Presiden Jokowi memintanya untuk memfokuskan kembali belanja-belanja tersebut agar benar-benar dapat memulihkan perekonomian Indonesia.
"Bisa dilakukan untuk pulihkan ekonomi dan ciptakan kesempatan kerja. Serta kurangi kemiskinan secara lebih cepat. Untuk mengejar lagi dampak Covid-19 tahun ini yang tingkatkan jumlah pengangguran atau kemiskinan," tutur Sri Mulyani.
5. Dari 4,17% Jadi 5,2%
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan dalam pembicaraan awal bersama DPR terkait RAPBN 2021, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan antara 4,5% hingga 5,5%. Sementara pada rancangan awal pembicaraan dengan DPR, defisit diproyeksikan 4,17% dari PDB.
"Seperti diketahui DPR telah menyampaikan bahwa mereka menerima rancangan defisit awal sebesar 4,17% dari PDB. Namun, dari catatan kesimpulan awal tersebut DPR juga mengindikasi defisit untuk tahun depan bisa dinaikkan menjadi 4,7% dari PBD," ungkapnya.
Meski begitu, pemerintah memutuskan untuk memperlebar lagi defisit di tahun depan. "Di dalam sidang kabinet pagi ini, Bapak Presiden memutuskan bahwa kita akan memperbesar defisit menjadi 5,2% dari PDB. Jadi lebih tinggi lagi dari desain awal yang sudah disepakati dan ada catatan DPR lebih tinggi dari 4,7%," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum