Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Perusahaan Raksasa: Walmart Ritel Bercuan USD 1,8 Juta/Jam

        Kisah Perusahaan Raksasa: Walmart Ritel Bercuan USD 1,8 Juta/Jam Kredit Foto: Reuters/Kamil Krzaczynski
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Walmart adalah salah satu perusahaan paling sukses di dunia saat ini. Walmart merupakan perusahaan ritel multinasional Amerika Serikat (AS) yang mengoperasikan rantai pasar swalayan, departement store, dan toko kelontong.

        Untuk mencapai titik tersebut, Walmart punya perjalanan cukup panjang dengan berbagai capaian dan hambatan di dalamnya. Lalu seperti apa kisah perjalanan perusahaan raksasa Walmart? Berikut ulasannya seperti dikutip dan diolah Warta Ekonomi, Rabu (5/8/2020) dari berbagai sumber.

        Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Rob Walton, Sosok di Balik Suksesnya Walmart

        Embrio Walmart sudah ada sejak 1950 ketika sang pendiri, Sam Walton membuka toko pertamanya di Bentonville, Arkansas, AS dengan nama Walton's 5-10. Dipilihnya Bentonville karena sang istri, Helen Robson menginginkan hidup di kota kecil. 

        Selain itu, Walton beralasan menghindari persaingan langsung dengan raksasa ritel lain seperti Sears and Kmart. Sebab kebanyakan pengecer ternama berkumpul dan berkompetisi di kota-kota besar.

        Pada 2 Juli 1962, Walton membuka Walmart untuk pertama kalinya di Rogers, Arkansas. Pendekatan "menjual barang dagang merek dengan harga murah" milik Walmart ke ritel segera menjadi model pendorong bagi semua toko pengecer lain. Langkah tersebut nyatanya sukses. 

        Seiring perkembangannya, Walton memiliki 24 cabang toko, pada 1967, dengan pendapatan penjualan mencapai 12,7 juta dolar AS. Walmart meluaskan pasarnya dengan membuka toko di Sikeston, Missouri dan Claremore Okolahoma, pada 1968 dan di Delaware, Kansas di tahun berikutnya. 

        Walmart menjadi perusahaan publik pada 1970 dan terdaftar di New York Stock Exchange dua tahun setelahnya, yakni 1972. Saham pertama Walmart dijual dengan harga 16,5 dolar AS per saham.

        Pada saat Walmart berekspansi ke Texas pada 1975, mereka memiliki lebih dari 125 toko yang beroperasi dengan 7.500 karyawan (rekanan), dan total angka penjualan sebesar 340,3 juta dolar AS.

        Perjalanan terus berlanjut. Pada 1980, keluarga Walton mendirikan Walton Family Foundation ketika perusahaan mencapai 1 miliar dolar AS dalam penjualan tahunan. Pertumbuhan itu lebih cepat daripada perusahaan lain di waktu yang sama. 

        Walton membuka Sam's Club pertama di Midwest, Oklahoma pada 1983. Dua tahun berselang, ia membuka lebih dari 880 toko dan memperoleh penjualan 8,4 miliar dolar AS pada 1985. Jumlah karyawan pun meningkat menjadi 104.000 orang dari 7.500 pegawai pada 1975.

        Memperingati hari ulang tahun ke-25 pada 1987, Walwart mulai menggunakan teknologi baru seperti sistem komputer di mesin kasir dengan sistem point-on-sale terkomputerisasi, memungkinkan pembayaran cepat dan akurat, serta untuk memelihara dan melacak inventaris, penjualan, dan mengirim komunikasi instan ke toko-tokonya.

        Hari demi hari, perkembangan Walmart makin signifikan. Perusahaan milik Walton itu untuk pertama kalinya membuka toko cabang internasional di ibu kota Meksiko pada 1991. 

        Perusahaan Walmart mengalami penurunan penjualan segera setelah kematian Walton pada 1992. Setelah kematian sang pendiri, perusahaan itu tidak terlalu baik secara finansial.

        Mereka dengan cepat mengakumulasi utang perusahaan untuk membiayai strategi baru seperti kelompok Supercenter Walmart tambahan. Meski begitu, penjualan kembali melambung seiring diperkenalkannya merek rumah perusahaan Great Value pada 1993.

        Badai pasti berlalu. Masalah finansial Walmart membaik seiring penjualan produk berlipat ganda pada 1995. Dan pada 1999, toko pengecer itu menjadi salah satu perusahaan swasta terbesar di dunia.

        Pergerakan cepat Walmart membuat total penjualan mereka melampaui Exxon Mobil dan menjadikan perusahaan terbesar di dunia pada 2001.

        Perkembangan signifikan Walmart tidak terjadi tanpa adanya kontroversi. Perusahaan itu dikritik karena telah berkontribusi terhadap penyebaran perkotaan dengan memaksa keluar pedagang lokal. Alhasil banyak dari mereka tidak bisa bersaing dengan skala ekonomi besar milik Walmart.

        Kritikan terus menghujam tubuh Walmart. Kali ini, suara miring itu datang karena perusahaan milik Sam Walton mengabaikan aturan upah minimum pekerja, memberikan pekerja gaji lebih kecil dari rata-rata di sektor perusahaan yang sama, dan juga menentang serikat anti-perusahaan. Meski demikia, praktik perdagangannya ditiru oleh pengecer lain.

        Dunia sebagian besar telah pindah dari ritel fisik ke toko online. Amazon adalah hal pertama yang muncul ketika kita berbicara tentang ritel online untuk massa di sebagian besar dunia.

        Ini menjadikan Amazon pesaing utama Walmart. Hal ini membuat Walmart mengalihkan fokusnya ke sektor online dan meluncurkan Walmart.com di e-commerce store pada 2007.

        Pada 30 Juni 2008, Walmart meluncurkan logo baru perusahaan, bergaya "Walmart" dengan percikan di akhirnya. Inilah evolusi logo Walmart sejak didirikan pada 1950-an.

        Sampai 2019, Walmart telah memiliki lebih dari 11.300 toko di seluruh dunia, di antaranya 4.750 adalah toko bermerek Walmart; 599 toko grosir Sam's Club; lebih dari 120 miliar dolar AS dalam penjualan internasional; dan memiliki Lebih dari 2 juta karyawan.

        Walmart mendapat untung rata-rata sekitar 1,8 juta dolar AS per jam. Artinya pendapatan Walmart jauh lebih besar daripada rantai ritel yang dikenal kembali termasuk Home Depot, Kroger, Target, Sears, Costco, dan K-Mart secara kolektif dalam hal pendapatan.

        Semua ini berawal dari harapan dan tekad seorang pria bahwa bahkan toko kelontong akan berhasil jika mereka melayani audiens yang tepat.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Muhammad Syahrianto
        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: