Iran memperkenalkan dua rudal balistik permukaan ke permukaan baru, sebuah langkah yang kemungkinan akan membuat marah Amerika Serikat (AS). Pasalnya, peluncuran ini dilakukan di tengah upaya Washington mengekang ambisi rudal dan senjata nuklir Teheran.
Menteri Pertahanan Iran Amir Hatami dalam pidatonya mengatakan rudal itu memiliki jangkauan sekitar 870 mil dan diberi Soleimani, merujuk pada Jenderal Iran tewas dalam serangan AS di Iran pada Januari lalu Qasem Soleimani.
Baca Juga: China: AS Tidak Berhak Lakukan Pemulihan Sanksi PBB Terhadap Iran
Hatami juga mengatakan rezim Iran juga memiliki rudal jelajah baru lainnya dengan jangkauan lebih dari 620 mil dan dinamai dengan nama komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, yang juga tewas dalam serangan itu.
Hatami menambahkan bahwa rudal baru akan semakin memperkuat kekuatan pertahanan Iran.
Presiden Iran Hassan Rouhani menggambarkan rudal baru itu penting untuk pertahanan.
“Rudal dan khususnya rudal jelajah sangat penting bagi kami. Fakta bahwa kami telah meningkatkan jangkauan dari 300 menjadi 1.000 (kilometer) dalam waktu kurang dari dua tahun adalah pencapaian yang luar biasa,” kata Rouhani.
"Kekuatan militer dan program rudal kami bersifat defensif," tegasnya seperti dilansir dari CNBC, Jumat (21/8/2020).
Unjuk kekuatan itu terjadi ketika pemerintahan Trump mendorong anggota Dewan Keamanan (DK) untuk memperpanjang embargo senjata yang diberlakukan PBB terhadap Iran. Embargo saat ini akan berakhir pada Oktober di bawah kesepakatan nuklir 2015 yang sebagian ditengahi oleh pemerintahan Obama.
Pekan lalu, DK PBB memilih untuk tidak memperpanjang embargo senjata internasional terhadap Iran. Keputusan ini mendorong Menteri Luar Negeri Mike Pompeo secara resmi memberi tahu DK PBB tentang niat AS untuk memulihkan semua sanksi PBB terhadap Iran atau snapback.(Baca: PBB Tolak Perpanjang Embargo Senjata Iran)
Tiga puluh hari setelah pemberitahuan Pompeo, berbagai sanksi PBB akan dipulihkan, termasuk persyaratan bahwa Iran menangguhkan semua aktivitas terkait pengayaan. "Snapback" juga akan memperpanjang embargo senjata 13 tahun di Iran.
"Pemberitahuan Menteri Pompeo kepada Dewan menyusul kegagalan yang tidak dapat dimaafkan minggu lalu untuk memperpanjang embargo senjata terhadap negara sponsor terorisme dan anti-Semitisme terkemuka di dunia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus dalam sebuah pernyataan.
Ketegangan antara Washington dan Teheran telah meningkat setelah penarikan Trump dari perjanjian nuklir Iran yang penting pada tahun 2018, menyebutnya sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah ada."
Perjanjian nuklir 2015 mencabut sanksi terhadap Iran yang melumpuhkan ekonominya dan memotong ekspor minyaknya sekitar setengahnya. Sebagai imbalan atas keringanan sanksi, Iran menerima batasan pada program nuklirnya dan mengizinkan pengawas internasional masuk ke fasilitasnya.
Trump sebelumnya mengatakan bahwa AS ingin mencapai kesepakatan yang lebih luas dengan Iran yang menempatkan batasan yang lebih ketat terkait rudal nuklir dan balistiknya serta menekan peran rezim Teheran dalam perang proksi regional. Teheran telah menolak untuk bernegosiasi sementara sanksi AS tetap diberlakukan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: