Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BUMN Gandeng Perusahaan Asing Buat Lawan Covid-19, Siapa Saja Ya?

        BUMN Gandeng Perusahaan Asing Buat Lawan Covid-19, Siapa Saja Ya? Kredit Foto: IStockPhoto/Manjurul
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pandemi Covid-19 telah menjadi krisis kesehatan bagi hampir semua negara di dunia. Dampak luar biasa yang ditimbulkan oleh virus corona baru itu pun memaksa setiap negara bahu-membahu menemukan cara yang tepat untuk menangani Covid-19, terutama dalam bentuk vaksin.

        Indonesia termasuk menjadi salah satu negara yang melakukan hal demikian. Selain berupaya untuk bisa menemukan vaksin sendiri, pemerintah melalui perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga aktif menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan asing.

        Baca Juga: Laba 7 Bank BUKU IV Anjlok Berjamaah, Siapa yang Paling Tekor?

        Lantas, perusahaan mana saja yang menjalin kerja sama dengan RI dalam hal penanganan Covid-19 dan bagaimana kerja sama itu dilakukan? Simak ulasan berikut ini.

        1. Sinovac Biotech Ltd (China)

        Sinovac Biotech Ltd dapat dikatakan sebagai perusahaan asing pertama yang menjalin kerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam menangani Covid-19. Sinovac merupakan perusahaan biofarmasi yang berbasis di China. Perusahaan tersebut berfokus pada penelitian, pengembangan, dan pembuatan vaksin penyakit menular manusia.

        Kolaborasi antara Indonesia dan Sinovac dilakukan melalui BUMN farmasi, yakni PT Bio Farma (Persero). Pada tahap awal kerja sama, pemerintah RI menerima 2.400 sampel calon vaksin Covid-19 dari Sinovac pada pekan ketiga Juli 2020 lalu. Sampel-sampel tersebut kemudian diujikliniskan di laboratorium milik Bio Farma.

        Bio Farma dan Sinovac sudah melakukan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) di Sanya-Hainan, China sebagai wujud komitmen keduanya untuk saling berkolaborasi. Dalam proses tersebut, pemerintah mengutus Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi. Dikatakan Retno, ada dua dokumen yang ia tanda tangani, salah satunya adalah yakni Preliminary Agreement of Purchase and Supply of Bulk Product of COVID 19-Vaccine mengenai komitmen ketersediaan supply bulk vaksin hingga 40 juta dosis vaksin, mulai November 2020 sampai Maret 2021.

        "Dokumen kedua adalah MoU untuk komitmen kapasitas bulk vaccine 2021. Sinovac akan memberi prioritas kepada Bio Farma untuk supply bulk vaccine setelah Maret 2021 hingga akhir 2021," tegas Retno secara virtual, Kamis, 20 Agustus 2020 lalu.

        Baca Juga: Bio Farma dan Sinovac Siap Diproduksi 40 Juta Vaksin Covid-19

        Menurut kacamata Menteri BUMN, Erick Thohir, kongsi kedua perusahaan bukan hanya sebatas transaksi ekonomi, melainkan juga transfer pengetahuan dan tekonologi yang memberi keuntungan bagi kedua pihak. 

        "Dalam kunjungan ini kita ingin memastikan transformasi dari industri kesehatan kita di mana Bio Farma kerja sama dengan Sinovac adalah sebuah kerja sama yang win-win, menang-menang, bahwa Bio Farma bukan tukang jahit. Tapi, Bio Farma adalah kesepakatan dengan Sinovac yang ada namanya transfer knowledge, transfer teknologi. ini yang perlu digarisbawahi," jelas Erick.

        2. G42 Healthcare Holdings (UEA)

        Enggan hanya berpangku tangan kepada vaksin buatan China, pemerintah Indonesia akhirnya menjajaki kerja sama dengan perusahaan farmasi asal Uni Emirat Arab (UEA), yakni G42 Healthcare Holdings. Tak jauh beda dengan Sinovac, kerja sama antara RI dan G42 Healthcare Holdings juga berkaitan dengan pengembangan produk vaksin Covid-19.

        Erick Thohir dan Retno Marsudi mengaku bahwa penandatanganan kerja sama dengan G42 Healthcare Holdings dilakukan bersamaan dengan kunjungan keduanya ke Abu Dhabi beberapa waktu lalu. Secara lebih rinci, Retno menyebut ruang lingkup kerja sama yang disepakati mulai dari riset & pengembangan, uji klinis, produksi, pemasaran, hingga distribusi vaksin corona. 

        PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) ditunjuk menjadi perpanjangan tangan pemerintah dalam kolaborasi bersama G42 Healthcare Holdings. Kedua perusahaan farmasi tersebut mempunyai peran berbeda dalam pelaksanaan kerja sama. 

        Baca Juga: 10 Juta Dosis Vaksin Disediakan UEA Tahun Ini untuk Indonesia

        Retno menjelaskan, MoU G42 Healthcare Holdings dan Kimia Farma akan berfokus pada pengembangan produk vaksin yang meliputi riset, uji klinis, dan layanan kesehatan. Sementara itu, MoU antara G42 Healthcare Holdings dan Indofarma akan berfokus pada pengadaan tes kit intelligence dengan tekonologi laser untuk membantu pelacakan penyebaran Covid-19. 

        "Hasil lain yang kita peroleh dari pertemuan kita dengan G42 adalah komitmen untuk penyediaan awal vaksin sebesar 10 juta dosis untuk tahun 2020," tegas Retno.

        3. Sinopharm dan CanSino Biologics (China)

        Upaya mencari vaksin terbaik untuk melawan Covid-19 belum berhenti sampai di sana. Bersama Retno, Menteri Erick Thohir bahkan membidik dua perusahaan farmasi asal China lainnya untuk diajak kerja sama, yaitu Sinopharm dan CanSino Biologics. Tentu saja, kerja sama tersebut akan berfokus pada pengembangan vaksin Covid-19. 

        Erick mengakui, ia telah menggelar pertemuan dengan kedua perusahaan tersebut pada Kamis, 20 Agustus 2020 lalu. Pembicaraan dan negosiasi antarpihak pun diklaim berjalan dengan positif. Karena terbilang penjajakan ini masih baru, belum ada penjelasan lebih detail mengenai bentuk kerja sama antara Indonesia dengan Sinopharm dan CanSino Biologics. 

        "Hari ini kami mengadakan pertemuan dan negosiasi. Pembicaraan berlangsung sangat positif," singkat Erick dalam sambungan virtual beberapa waktu lalu.

        Berkenaan dengan banyaknya kerja sama yang dijalin dengan perusahaan asing, Erick menegaskan bahwa ini hanya salah satu upaya pemerintah untuk memerangi Covid-19. Tentu saja, jelas Erick, ini dilakukan selagi menunggu ditemukannya vaksin mandiri dari Indonesia yang diberi nama vaksin Merah Putih. 

        "Sambil nunggu vaksin Merah Putih, vaksin dari negara lain masih dibutuhkan untuk melindungi masyarakat Indonesia," ungkapnya lagi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: