Direktur Layanan, Pengembangan Usaha, dan Teknologi Informasi Garuda Indonesia, Ade R Susardi, menyampaikan bahwa maskapai Garuda Indonesia masih tertolong penerbangan domestik pada masa pandemi meskipun pendapatan sempat merosot hingga 90%.
"Masing untung, kita punya pasar domestik yang cukup kuat dan besar. Walaupun di internasional banyak kendala, di domestik kita sudah mulai bangkit kembali," ujar Ade dalam diskusi daring, Kamis (3/9/2020).
Baca Juga: Masih Pandemi, Garuda Optimis Balik Pendapatan 40% Akhir 2020
Ade menjelaskan, untuk penerbangan internasional terdapat sejumlah pembatasan perjalanan (travel restrictions) di beberapa negara yang menyebabkan penghentian sementara operasional. Meskipun saat ini Garuda masih terbang ke sejumlah rute internasional, seperti Belanda, Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan Australia, frekuensi penerbangan dipangkas yang semula Jakarta-Amsterdam enam kali seminggu, saat ini satu kali seminggu.
"Untuk penerbangan ke Sidney, Australia penumpang dibatasi hanya 50 orang yang boleh masuk ke negara tersebut karena aturan setempat," ujar Ade.
Ade mengungkapkan, berdasarakan survei yang dilakukan Garuda, sebanyak 73% masyarakat menyatakan minatnya untuk kembali terbang saat ini hingga enam bulan ke depan, 65% menyatakan perlu terbang sampai Desember 2020.
"Tapi yang benar-benar beli tiket hanya 12%. Hal ini juga yang kita lihat sebagai satu kendala, ingin, tapi enggak yakin karena situasinya ragu; takut dokumen kurang atau perlu persiapan PCR, rapid test, di mana tempat melakukannya tes cepat; PCR, apakah di tempat tujuan harus dilakukan juga, ini complicated," ucap Ade.
Selain itu, masih banyak masyarakat memilih jalur darat untuk bepergian di Pulau Jawa karena didukung infrastruktur jalan tol yang memadai.
"Untuk traveling di Pulau Jawa bisa dilakukan darat, masih ada yang lebih memilih ke Jateng atau Jatim dengan darat karena jalan tol bagus dan enggak susah dengan dokumen perjalanan. Ini yang perlu edukasi, travel di udara sebenarnya aman, tapi harus sesuai dengan protokol kesehatan," ujar Ade.
Garuda Indonesia mencatat pada Mei lalu sempat terjatuh ke jurang terdalam, yakni hanya mengoperasikan 30 penerbangan dalam sehari yang separuhnya adalah penerbangan kargo. Namun, kondisi berangsur membaik yang pada pekan lalu saat libur panjang sempat mengoperasikan 170 penerbangan dengan jumlah 9.000 penumpang per hari.
"Sekarang rata-rata 7.000 sampai 8.000 per hari. Kita harapkan semua menjadi lebih baik, jumlah penumpang lebih banyak, hal itu yang bisa menyelamatkan Garuda ke depan," ujar Ade.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Puri Mei Setyaningrum