Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hasto Kristiyanto ke Mulyadi: Saya Sudah Menduga...

        Hasto Kristiyanto ke Mulyadi: Saya Sudah Menduga... Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
        Warta Ekonomi -

        Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, mengatakan bahwa sejak awal dirinya sudah menduga bahwa bakal calon Gubernur Sumatera Barat Mulyadi tidak kokoh dalam sikap sebagai pemimpin sehingga mudah goyah dalam dialektika ideologi.

        "Padahal, apa yang disampaikan oleh Mbak Puan merupakan suatu harapan agar Sumatera Barat jauh lebih baik," ujar Hasto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (6/9/2020).

        Baca Juga: Politisi PDIP Asal Minang Pasang Badan Buat Puan Maharani

        Hasto menilai sikap Mulyadi sangat bisa dipahami karena politik kekuasaan bagi yang tidak kokoh dalam prinsip hanya menjadi ajang popularitas. 

        "Bagi PDI Perjuangan, menjadi pemimpin itu harus kokoh dan sekuat batu karang ketika menghadapi terjangan ombak. Terlebih, ketika sudah menyangkut Pancasila," imbuhnya.

        Hasto menegaskan komitmen PDI Perjuangan terhadap Pancasila dan kemajuan Sumatera Barat tidak pernah surut. Meski, menurutnya, 10 tahun terakhir tampak ada sesuatu yang berbeda. 

        "Meski Pak Jokowi dan PDI Perjuangan kalah pada Pemilu 2014 dan 2019, kami tetap selalu mendorong Pak Jokowi untuk sering ke Sumatera Barat dan membangun Sumatera Barat tanpa kecuali. Apakah masyarakat Sumatera Barat akan berterima kasih? Itu nomor kesekian," tuturnya.

        Yang penting, ujarnya, sikap partai terhadap Sumatera Barat tidak berubah karena provinsi tersebut memiliki sumbangsih terhadap kepeloporan kemerdekaan Indonesia yang luar biasa. Jadi, tegasnya, wajib hukumnya bagi Presiden Jokowi dan kader PDI Perjuangan untuk terus mendukung kemajuan Sumatera Barat.

        "Baik ada dukungan maupun tidak," tandas Hasto.

        Ia menyebut PDIP tak mungkin tidak kagum dengan Sumbar. Dari bahasa Melayu saja, sejarah mencatat bagaimana bahasa yang pada tahun 1928 digunakan oleh sebagian kecil masyarakat Nusantara mampu diterima sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, dan diterima oleh semua suku bangsa menjadi bahasa persatuan Indonesia.

        "Itu kan hebat. Hal itu terjadi karena kepeloporan tokoh nasional Sumatera Barat. Bahkan, makanan Padang diterima secara luas di seluruh Indonesia. Diterima secara terbuka dan masyarakat Indonesia menjadikannya sebagai makanan nasional. Kalau bahasa dan makanan sudah Go Nusantara, masak  masukan dan harapan agar modal kultural kepeloporan Sumbar untuk lebih Pancasilais, direspons seperti itu," tutur Hasto.

        Baca Juga: Ketika Puan Maharani Makin Berani Nasehati Jokowi

        "Apa yang disampaikan Mbak Puan merupakan bagian dari dialektika ideologis dan disampaikan dengan baik. Jadi, mari kita lihat secara objektif dan proporsional, dan dijauhkan dari dinamika Pilgub," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: