Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gokil Nih... Di Pekan Ketiga September, Harga TBS Makin Moncer

        Gokil Nih... Di Pekan Ketiga September, Harga TBS Makin Moncer Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Memasuki pekan ketiga September 2020, harga tandan buah segar (TBS) sawit di beberapa provinsi sentra di Pulau Sumatera, seperti Riau, Jambi, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan tercatat menguat.

        Di periode ini, dari empat provinsi sentra sawit di Pulau Sumatera tersebut, Sumatera Utara mencatatkan level harga paling tinggi dibandingkan tiga provinsi lainnya.

        Kelompok Kerja Teknis Tim Rumus Harga TBS Kelapa Sawit Produksi Petani Provinsi Sumatera Utara menetapkan harga TBS untuk kategori tanaman sawit berumur 10–20 tahun untuk pekan ketiga September 2020 sebesar Rp2.049,91 per kg, dengan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) ditetapkan Rp9.424,82 per kg dan harga Kernel Rp4.909 per kg.

        Baca Juga: Labelisasi POF, Mahendra Siregar: Ingat! Banyak yang Iri dengan Sawit Indonesia

        Kondisi yang sama juga dirasakan oleh petani sawit di Riau. Harga TBS yang ditetapkan yakni sebesar Rp2.046,48 per kg dengan harga CPO dan Kernel berturut-turut sebesar Rp9.337,47 per kg dan Rp4.918,87 per kg.

        Kabar baik terkait harga TBS pun berasal dari Provinsi Jambi. Merujuk hasil dari tim penetapan harga TBS sawit Jambi pada periode ini telah disepakati harga TBS naik Rp4,91 per kg menjadi Rp1.927,18 per kg, dengan harga CPO Rp9.005,13 per kg dan harga Kernel Rp4.345,39 per kg.

        Begitupun dengan harga TBS di Sumatera Selatan untuk periode II-September 2020 dengan kategori umur tanaman yang sama juga mengalami kenaikan. Harga TBS di Sumatera Selatan ditetapkan sebesar Rp1.820,33 per kg atau mengalami kenaikan mencapai 2,7 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Tidak hanya itu, harga CPO yang ditetapkan yakni Rp9.017,30 per kg dan Kernel Rp4.475,59 per kg.

        Menanggapi kondisi tersebut, Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia, Derom Bangun mengatakan bahwa curah hujan sedang akibat La Nina memberikan manfaat yang besar untuk perkebunan kelapa sawit. Namun, apabila curah hujan meningkat drastis dan mengarah ke ekstrem, maka produksi CPO akan terganggu.

        Lebih lanjut Derom memperkirakan, curah hujan pada September tahun ini tidak akan sebaik biasanya sehingga kemungkinan akan membatasi pertumbuhan pasokan. Jika dikalkulasikan per bulan, biasanya September menyumbang sekitar 10 persen terhadap produksi tahunan di Indonesia.

        Di sisi lain, pemerintah Indonesia tengah fokus mengembangkan biofuel yakni B30 dan B40, yang kemungkinan besar mengakibatkan fokus terhadap impor minyak fosil akan teralihkan. Hal ini diperkirakan akan ikut mendongrak sentimen positif terhadap harga CPO ke depannya.

        Peningkatan pembelian menjelang Festival Pertengahan Musim Gugur dan Minggu Emas yang menandai libur panjang selama seminggu mulai dari 1 Oktober oleh China menjadi sentimen positif dari faktor eksternal penyebab kenaikan harga TBS tersebut.     

        Namun, perlu diwaspadi, Fitch Ratings dalam riset terbarunya memperkirakan bahwa harga minyak sawit akan turun dalam beberapa bulan ke depan dikarenakan kondisi cuaca yang membaik akan mendukung hasil dan output produksi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: