Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Waspada Ancaman Ganoderma Butuh Pengendalian Preventif dan Kuratif

Waspada Ancaman Ganoderma Butuh Pengendalian Preventif dan Kuratif Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam rangkaian acara 2nd Technical Meeting Roundtable Ganoderma Management (RGM) yang diadakan di IPB Convention Center yang didukung oleh BPDPKS, Dr.Ir. M. Saleh Mokhtar, M.P., Penyuluh Pertanian BSIP Nusa Tenggara Barat, menekankan pentingnya kegiatan penyuluhan bagi petani kelapa sawit rakyat dalam menghadapi ancaman Ganoderma.

"Luas area tutupan kelapa sawit nasional berdasarkan pengusahaan, 42% dikuasai rakyat, 5% oleh BUMN, sementara 53% oleh perusahaan swasta. Penyuluhan itu penting dan merupakan hak asasi dari petani itu sendiri,” ujar Saleh, dalam keterangan media, Selasa (5/3/2024). 

Saleh menyoroti, penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma Boninense telah menjadi masalah pada industri kelapa sawit di Indonesia dalam kurun waktu lebih dari 80 tahun terakhir. Oleh sebab itu diperlukan penyuluhan pertanian untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (PKS) pekebun sawit untuk mengimplementasikan tindakan pengendalian secara preventif maupun secara kuratif yang ramah lingkungan.

Serangan Ganoderma sudah mulai merebak di seluruh wilayah perkelapasawitan di Indonesia termasuk di Papua. Pada tingkat kerusakan 2 sampai 4% kerugian negara dapat mencapai antara 10 sampai dengan 20 triliun Rupiah per tahun. Meluasnya serangan Ganoderma bisa juga disebabkan rendahnya pengtahuan tentang Ganoderma di kalangan masyarakat dan petani rakyat. 

Co-Founder RGM  Dr. Darmono Taniwiryono menegaskan kurangnya perawatan yang intensif serta sikap abai pekebun sawit dalam perawatan kebun kelapa sawit yang menyebabkan mudahnya terjadi serangan Ganoderma.

"Para pelaku usaha harus intensif merawat kebun terutama kesehatan akar, akar kelapa sawit itu seperti mesin, jika akarnya rusak, maka akan rusak semuanya. Pentingnya pengetahuan yang memadai dan sikap keterbukaan para pekebun jika terjadi serangan Ganoderma, seharusnya segera ditangani, karena abai atau rasa takut performa pekerjaan turun, malah justru harus segera ditangani." Imbuhnya 

“Padahal Ganoderma pada kelapa sawit bisa dikurangi dampaknya  dengan kombinasi pendekatan, yaitu biofungisida, root pruning dan aplikasi bahan organik. Hasilnya dapat dilihat dalam waktu rata-rata 3 bulan, bahkan terjadi pada tanaman berumur lebih dari 20 tahun, ini yang perlu diberikan edukasi untuk para pekebun bahwa ada harapan tanaman menjadi sehat jika kebunnya terkena Ganoderma.” tegas Darmono

Serangan Ganoderma pada perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan produktivitas kelapa sawit, menurut Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusines Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung menekankan, status Indonesia dan minyak sawit menjadi raja minyak nabati kedepan tergantung pada demand side dan supply side, termasuk penurunan citra sawit akibat kampanye negatif, substitusi minyak sawit, kegagalan mitigasi perubahan iklim, dan Ganoderma serta biaya produksi yang meningkat cepat.

“Produktivitas cenderung turun dalam 5 tahun, padahal komposisi tanaman usia produktif tinggi diduga karena penyakit Ganoderma,” ujar Tungkot Sipayung. 

Tungkot Sipayung menambahkan, industri sawit merupakan industri strategis bagi Indonesia baik dalam pemenuhan pangan dan energi, sumber devisa, meningkatkan kesempatan kerja maupun pembangunan ekonomi daerah.

Menurutnya serangan Ganoderma pada perkebunan sawit Indonesia tahun 2022 menurunkan produksi CPO dan devisa dari ekspor yang cukup signifikan. 

Sementara itu, Dr. Agus Susanto Kepala Unit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) juga menekankan, pengendalian Ganoderma tidak berhasil karena dilakukan secara sendiri-sendiri padahal kepentingan bersama.

Oleh karena Ganoderma sudah menjadi masalah nasional yang berkaitan dengan semua pihak maka perlu dilakukan langkah pengendalian secara bersama-sama. 

Menurut Agus, langkah pertama yang dilakukan adalah menghidupkan kembali Konsorsium Ganoderma Indonesia.

Konsorsium ini diharapkan dibiayai dari pendanaan BPDPKS. Dalam kaitannya hal itu, Ketua Roundtable Ganoderma Management (RGM) mengatakan siap bermetamorfosa menjadi konsorsium tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: