Andai Saja Gatot Ngajak TNI Nonton Drakor atau KPop, Mungkin Bapak Jadi Wapres
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo membuat pernyataan kontroversial. Ia mengungkap alasan dirinya dicopot dari posisi Panglima TNI pada akhir 2017.
Menurutnya, pergantian tersebut karena dia tetap bersikeras memerintahkan seluruh anggota TNI untuk memutar dan menyaksikan film Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia. Baca Juga: Manuver Jenderal Gatot Bilang Dipecat Gegara Film PKI, Istana Bilang...
Ia memerintahkan demikian karena dia ingin meningkatkan kewaspadaan terhadap kebangkitan partai terlarang itu.
Terkait itu, Ustad Hilmi Firdausi, yang juga pengasuh Pondok Penghafal Al Qur'an Yatim Dhuafah Baitul Qur'an, menangapi santai dengan gaya khasnya di media sosialnya.
Dia yakin kalau waktu itu Gatot tak menginstruksikan nonton film G30S/PKI, kejadiannya tak akan seperti yang Gatot ungkapkan. Baca Juga: Pengakuan Gatot Nurmantyo: Gara-Gara Film G30S/PKI...
"Harusnya Pak Gatot dulu jangan memerintahkan nonton Film G30S/PKI, tapi ngajak nonton Drakor atau konser KPop, mungkin bapak yang akan jadi wapres saat ini," katanya.
Lanjutnya, ia menanggapi kalangan yang meminta jangan menghembuskan isu tersebut setiap September seakan-akan sengaja dimainkan untuk kepentingan tertentu.
Sambungnya, kepada mereka yang tidak berkenan dengan isu komunisme muncul, Hilmi Firdausi menegaskan tidak ada maksud memainkan isu, tetapi lebih supaya publik waspada.
"Ada yang nyuruh hentikan isu PKI tiap September. Ini bukan memainkan isu, tapi jaga-jaga dan waspada, tidak hanya September, kalau perlu sepanjang tahun waspada. Sekali saja lengah, sejarah bisa saja kembali terulang. Lagian nggak ada ruginya kan kita siaga," kata Hilmi Firdausi.
Sebelumnya juga, Gatot mengklaim dirinya telah mengendus kebangkitan PKI di Indonesia sejak 2008.
“Saya mengamati tentang kemungkinan-kemungkinan bangkitnya gerakan Partai Komunis Indonesia gaya baru diawali sejak 2008,” katanya.
“Setelah saya mendapat informasi-informasi sehingga saya memaksakan membungkus semua gerakan ini. Semua pasti ingat dengan proxy war karena belum saatnya saya membuka gerakan mereka,” sambungnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: