SpaceX dari Elon Musk telah menandatangani kontrak baru dengan Militer Amerika Serikat untuk mengembangkan roket yang dapat mengirimkan hingga 80 metrik ton kargo ke lokasi mana pun di dunia dalam waktu kurang dari 60 menit.
Menurut The Times, roket itu dapat menyelesaikan perjalanan 7.652 mil dari Florida ke Afghanistan dalam satu jam. Kecepatan roket diperkirakan mencapai 7.500 mph. Perjalanan yang sama membutuhkan waktu sekitar 15 jam dengan Globemaster C-17 AS saat melaju dengan kecepatan tertinggi 590 mph.
Baca Juga: Elon Musk Terbangkan Tesla ke Mars 2,5 Tahun Lalu, Bagaimana Kabarnya Sekarang?
Dilansir dari News Landed di Jakarta, Selasa (12/10/2020) dalam kontrak tersebut, SpaceX diminta menganalisis biaya pengembangan dan tantangan teknologi yang menyertai pembuatan kendaraan peluncuran tersebut.
Jenderal Stephen Lyons, kepala Komando Transportasi AS, mengatakan bahwa tes awal roket diharapkan dimulai pada 2021.
"Saya dapat memberitahu Anda SpaceX bergerak sangat, sangat cepat di area ini. Saya sangat senang dengan tim yang bekerja dengan SpaceX." tandasnya.
Roket yang dijelaskan dalam kontrak cukup banyak dikonfirmasi sebagai kendaraan peluncuran Starship + Superheavy yang akan datang dari SpaceX. Starship juga disebut-sebut dapat melakukan perjalanan ke mana saja di dunia dalam waktu kurang dari satu jam, karena tujuan SpaceX adalah agar roket menjadi masa depan perjalanan udara.
Karena banyak industri luar angkasa komersial yang berasal dari kontrak militer, tidak mengherankan SpaceX dianugerahi kontrak ini untuk membantu mengembangkan penggunaan Starship yang juga untuk militer.
Kontrak tersebut juga dapat membantu SpaceX dalam mendanai pengembangan kendaraan peluncuran superheavy.
Roket Falcon 9 SpaceX saat ini hanya memiliki kapasitas kargo untuk meluncurkan hingga 22 metrik ton kargo. Sementara Starship dan Superheavy dirancang untuk memanfaatkan teknologi yang dapat digunakan kembali. Elon Musk bahkan mengatakan bahwa suatu hari mereka akan dapat menggunakan kembali roket tersebut lebih dari 100 kali.
Kontrak baru datang tepat setelah SpaceX dianugerahi kontrak USD149 juta(Rp2,2 triliun) untuk membangun empat satelit pelacak rudal untuk Pentagon. Satelit ini akan terdiri dari sensor pelacak rudal inframerah sudut lebar.
SpaceX juga dianugerahi 40% kontrak miliar dolar dari Departemen Pertahanan untuk meluncurkan roket untuk Angkatan Luar Angkasa AS (60% dari kontrak diberikan kepada ULA). Kontrak baru dengan Militer AS juga memasukkan perusahaan Exploration Architecture Corporation sebagai bagian dari program penelitian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami