Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mampu Sejahterakan, Pemerintah Fokus Penguatan Kelembagaan Petani Sawit

        Mampu Sejahterakan, Pemerintah Fokus Penguatan Kelembagaan Petani Sawit Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Program kemitraan Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang dikembangkan sejak 1980-an, terbukti mampu menyejahterakan petani sawit. PIR yang dikembangkan melalui kemitraan inti-plasma, saat ini sudah masuk peremajaan generasi kedua.

        Dalam melakukan peremajaan, pekebun (plasma PIR) dituntut untuk menanam sawit dengan bibit unggul yang produktivitasnya tinggi.

        Ketua Forum Pengembangan Perkebunan Strategis Berkelanjutan (FP2SB), Achmad Mangga Barani mengatakan, "bibit sawit yang ditanam pun harus tahan serangan genoderma. Nah, kepemilikan lahan yang dulunya hanya 2 hektare, saat ini paling tidak harus 4 hektare per KK agar pekebun sawit lebih ekonomis."

        Baca Juga: Cerai dari Perusahaan, Ramai-ramai Petani Sawit Usul Kemitraan Setara dan Saling Menguntungkan

        Lebih lanjut Mangga Barani juga mengatakan, pekebun (plasma PIR) sudah saatnya memiliki saham pabrik kelapa sawit (PKS) sebanyak 20 persen. Dengan begitu, PKS tersebut nantinya akan menjadi milik bersama inti-plasma.

        "Pabrik kelapa sawit yang ada saat ini sudah satu generasi. Sehingga, nilai pabriknya sudah nol, dan yang diperlukan hanya sebagian. Artinya, nilai pabriknya sudah tak besar lagi. Karena sebagian diserahkan ke petani (plasma) sebagai bagian dari sahamnya 20 persen," papar Mangga Barani.

        Menurut Mangga Barani, saat pabrik sudah menjadi milik bersama inti-plasma, maka keuntungan  pengelolaannya dapat dibagi di setiap akhir tahun.

        "Andaikan pekebun plasma PIR diperkuat dengan membangun pabrik sendiri malah tak efisien. Sementara itu, dalam UU Perkebunan sudah ada aturan tentang kepemilikan pabrik. Melalui penguatan tersebut kami yakin pekebun plasma PIR tetap akan berjalan pada generasi kedua," kata Mangga Barani.

        Senada dengan hal tersebut, Pembina Aspekpir Indonesia, Gamal Nasir mengatakan, "keberhasilan program PIR pada saat itu, salah satunya karena berjalannya kemitraan yang dilakukan oleh pemerintah. Pada saat itu, program PIR dirancang dan melibatkan 13 kementerian. Programnya lintas instansi. Koordinasi yang rapi sebagai kunci keberhasilan kemitraan perusahaan dengan plasma," ujar Gamal.

        Lebih lanjut Gamal juga mengatakan, saat ini pekebun plasma PIR sudah masuk tahap peremajaan. Bahkan, pekebun plasma PIR ada yang tetap memilih bermitra (melanjutkan kemitraan), dan ada juga yang swadaya.

        "Mereka yang pilih swadaya ini karena perusahan berhasil membuat mereka maju dan pandai sehingga petani jadi mandiri. Namun, ada yang tak meneruskan kemitraan karena tak puas dengan inti karena ganti pemilik, kebijakannya pun berganti," papar Gamal.

        Senada dengan hal tersebut, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kementerian Pertanian Dedi Junaedi mengakui, program PIR banyak memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi petani. Bahkan, adanya PIR Tran, PIR BUN, PIR SUS, dan PIR KKPA, menjadikan kelapa sawit berkembang pesat seperti dan berhasil menjadi penghasil devisa negara.

        Baca Juga: La Nina Bawa Berkah Produktivitas, PPKS Kasih 4 Petuah ke Petani Sawit

        Lebih lanjut Dedi mengatakan, "meski PIR inti-plasma sudah tak ada lagi nomenklaturnya, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan tetap konsisten meningkatkan produksi kelapa sawit."

        Dedi juga mengatakan, sudah saatnya petani sawit diberdayakan lebih lanjut. Bahkan, sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2019, Kementan juga mendorong pekebun sawit untuk mengembangkan kebunnya secara berkelanjutan.

        "Pemerintah juga fokus ke penguatan pemberdayaan petani sawit dengan melakukan penguatan kelembagaan petani melalui PSR dengan pendekatan yang komprehensif sesuai tata kelola di tingkat pekebun sawit," kata Dedi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: