Akhirnya pada Maret 2024, ICAO telah merilis Positive List terbaru untuk kategori limbah, residu, dan produk sampingan sebagai bahan baku untuk bahan bakar penerbangan. Dalam Positive List terbaru tersebut, Kelapa Non-Standar sebagai produk sampingan adalah bahan baku potensial untuk bioavtur atau Sustainable Aviation Fuel (SAF), yang menjadi langkah penting dalam mitigasi emisi karbon dalam industri penerbangan. Artinya, minyak mentah dari kelapa-non standar diperbolehkan untuk diolah lebih lanjut menjadi bioavtur.
Hal ini tidak terlepas dari kolaborasi sejumlah pihak, antara lain perusahaan Green Power Development Corporation of Japan (GPDJ) yang didukung oleh Pemerintah Jepang melalui Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) dan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MILT).
Baca Juga: Jadi Komoditas Strategis, Pemerintah Terus Kembangkan Industri Hilir Kelapa Sawit
Sementara inisiator dari Indonesia adalah Indonesia Japan Business Network (IJBNet) yang didukung sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian RI, BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) dan seluruh Kementerian, Lembaga Pemerintah serta Organisasi terkait. Selain itu organisasi International Coconut Community (ICC) juga turut berperan dalam proses ini. Upaya memasukkan Kelapa Non-Standar ke dalam Positive List ICAO-CORSIA ini telah dimulai dengan investigasi di lapangan dan di industri terkait sejak 4 tahun lalu.
Masuknya Kelapa Non-Standar ke dalam Positive List menandakan keberhasilan dari upaya bersama melakukan inovasi sumber bahan baku SAF di luar pilihan yang sudah ada, sehingga akan membuka peluang bagi negara-negara penghasil kelapa, termasuk Indonesia sebagai salah negara penghasil kelapa terbesar di dunia untuk berkontribusi pada pengurangan emisi karbon di sektor penerbangan. Hal ini sejalan dengan kesepakatan global untuk pembangunan yang berkelanjutan dan terwujudnya karbon netral, serta menekankan pentingnya solusi inovatif dalam mitigasi pemanasan global.
Kebijakan ICAO yang memberikan opsi pemanfaatan energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, akan memberikan dampak yang signifikan dalam industri penerbangan. Perkembangan ini akan mendorong komitmen para pemangku kepentingan untuk menindak lanjuti dengan implementasi penggunaan bioavtur ini.
Dilansir Senin (8/4), Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian RI melalui Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Bapak Dida Gardera, berjanji akan menyelesaikan hambatan investasi baru dan merumuskan insentif baik fiskal maupun non fiskal, misalnya perpajakan untuk mendukung industri CCO dari Kelapa Non-Standar untuk bahan baku bioavtur sebagai "industri pionir". Terlebih lagi, kelapa akan menjadi salah satu komoditas strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) periode tahun 2024 -2029.
“Saya bersyukur sekali, perjuangan panjang IJBNet dan tim dengan dukungan pemerintah dan instansi terkait akhirnya membuahkan hasil, dengan masuknya kelapa non-standar sebagai salah satu bahan baku bioavtur yang dibolehkan oleh ICAO. Bahan baku ini akhirnya disetujui karena memenuhi semua kriteria sebagai bahan baku bioavtur, di antaranya adalah tidak berbenturan dengan pangan, tidak mengganggu lingkungan dan juga didukung oleh masyarakat sekitarnya. Selain kelapa non-standar, Indonesia memiliki banyak potensi lain untuk dikembangkan menjadi bioavtur yang sangat diperlukan dunia," ujar Ketua Umum IJBNet, Dr. Suyoto Rais.
Suyoto menambahkan bahwa tentu ini berita baik bagi seluruh stake holder kelapa di Indonesia, yang berujung bagi peningkatan pendapatan para petani dan juga devisa negara.
Baca Juga: BSI Catat Nilai Pembiayaan UKM Pertanian Lebih dari 5,5 T, Petani Plasma Sawit Siap Disasar
Apa sebenarnya kelapa Non-Standar (NS)? Kelapa NS adalah kelapa yang tidak digunakan sebagai bahan baku oleh industri pangan, dari data-data akademik dan lainnya yang IJBNet dapatkan, ada kelapa yang memang tidak digunakan sebagai bahan baku pangan. Kelapa ini diistilahkan “Kelapa Non-standar”. Termasuk kelapa Non-standar ini antara lain: kelapa terlalu tua, ukuran sangat kecil, kelapa yang sudah bertunas, kelapa yang mulai membusuk atau berjamur dan kelapa yang pecah. Dengan masuknya kelapa non-standar, dan nanti diikuti oleh sumber-sumber bahan baku lainnya, maka peluang menjadikan Indonesia sebagai raja bioavtur dunia ke depan akan terbuka luas, semoga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement