Soal sikap kurang ajar Presiden Prancis, Emmanuel Macron, Presiden Joko Widodo (Jokowi) seirama dengan ormas Islam dan negara-negara Arab. Jokowi ikut menghajar Macron yang dianggap menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Sayangnya, protes Jokowi terhadap Macron dianggap masih terlalu sopan. Ada yang usul, Jokowi langsung menelpon Macron. Ada juga yang mendesak Jokowi ikut menyerukan boikot produk Prancis.
Baca Juga: Pastor Asal Indonesia Kecam Presiden Prancis Emmanuel Macron, Katanya...
Sebelumnya, Jokowi bertemu dengan perwakilan dari berbagai lembaga keagamaan guna membahas kelakuan Macron. Yang hadir, yakni perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin). Usai pertemuan, Jokowi menggelar konferensi pers didampingi para tamunya itu.
Apa yang disampaikan Jokowi? Eks Gubernur DKI itu mengecam kekerasan yang terjadi di Prancis dan mengecam pula pernyataan Macron yang melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia. Menurut Jokowi, omongan Macron bisa memecah-belah persatuan antar-umat beragama di dunia.
"Di saat dunia memerlukan persatuan untuk menghadapi pandemi Covid-19," kata Jokowi.
Menurut dia, kebebasan berekspresi yang mencederai kehormatan, kesucian, serta kesakralan nilai-nilai dan simbol-simbol agama sama sekali tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan. Namun, Jokowi juga tidak membenarkan kekerasan yang terjadi di Paris dan Nice yang telah memakan korban jiwa.
Masalahnya, kata Jokowi, mengaitkan agama dengan tindakan terorisme adalah sebuah kesalahan besar.
"Terorisme adalah terorisme. Teroris adalah teroris. Terorisme tidak ada hubungannya dengan agama apapun," tegasnya.
Kecaman Jokowi kepada Macron itu mendapat acungan jempol dari berbagai pihak. Salah satunya dari PKS. Jubir PKS, Pipin Sopian, menilai Jokowi sudah sensitif membaca keresahan masyarakat atas pernyataan Macron yang dianggap menghina Islam.
"Sebagai presiden dari negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sudah selayaknya beliau suarakan kemarahan umat Islam Indonesia," ujar Pipin.
Namun, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana menilai Jokowi masih terlalu sopan menyampaikan protes pada Macron. Hikmahanto lalu membandingkan protes yang dilakukan Jokowi dengan sejumlah presiden dari negara lain. Misalnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
"Pendekatan Jokowi yang soft approach diharapkan mampu mengubah pandangan Macron. Beda ceritanya dengan gaya Erdogan yang sudah dipastikan tidak akan efektif," kata Hikmahanto.
Menurut Hikmahanto, diplomasi yang dilakukan Jokowi adalah demi kemanusiaan bukan karena mewakili negara muslim. Sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, Indonesia telah melakukan kecaman dan protes dengan dipanggilnya Dubes Prancis di Indonesia oleh Kementerian Luar Negeri.
Namun, Rektor Universitas Ahmad Yani ini menyarankan kalau ingin protes yang dilakukan didengar oleh Prancis, Jokowi bisa mengontak langsung Macron. Apalagi, Jokowi memiliki kedekatan dengan Marcon. Jokowi sudah dekat dengan Macron sejak KTT G20 tahun 2017.
"Pak Jokowi bisa kontak langsung Macron agar menghentikan rangkaian kekerasan mengerikan di masa mendatang, demi kemanusiaan," katanya.
Baca Juga: Emmanuel Macron: Saya Paham Kemarahan Umat Islam, Tapi Prancis Tak Akan Mundur
Menurutnya, sikap Marcon yang keras kepala dengan membolehkan pembuatan dan publikasi kartun Nabi Muhammad dapat berujung pada tragedi kemanusiaan. Jokowi harus tegas meminta Macron menarik pernyataannya dan meminta maaf kepada umat Islam.
"Menyampaikan saran tersebut merupakan hal yang wajar mengingat Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar sehingga sangat memahami perasaan umat muslim," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: