Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Blackout?

        Apa Itu Blackout? Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Blackout adalah peristiwa pemadaman listrik alias mati lampu pada sebagian besar suatu wilayah. Selama lebih dari tiga dekade, Indonesia pernah mengalami blackout sebanyak lima kali, yaitu pada tahun 1988, 1991, 1997, 2005 dan 2019.

        Pada tahun 1991 atau tepatnya pada 17 Agustus 1991 pukul 00.30 WIB, blackout atau aliran listrik terputus di Jawa-Bali hingga tiga jam. Saat upacara bendera Hari Kemerdaan selesai, Menteri Pertambangan dan Energi Ginandjar Kartasasmita saat itu mengatakan, pemadaman listrik massal ini sudah kedua kalinya terjadi. Gangguan pertama terjadi pada 1988, listrik padam selama empat jam.

        Baca Juga: PLN: Listrik Jakarta dan Sekitarnya Padam Karena Hujan Deras dan Petir

        Penyebab blackout pada tahun 1991 adalah karena beban puncak diperkirakan turun menjadi 3.000 MW di bawah kebutuhan arus pada waktu beban puncak tertinggi yang pernah mencapai sekitar 4.700 MW.

        Kompas edisi 20 Agustus 1991 melaporkan, gangguan teknis itu, disebabkan musim kemarau panjang. Penumpukan debu yang menempel di alat pemutus tenaga listrik (circuit breaker), membuat tak berfungsi sebagaimana mestinya.

        Selanjutnya pada tahun 1997, peristiwa blackout juga terjadi pada 13 April 1997. Sebanyak 75% wilayah Jawa dan Bali gelap selama hampir 10 jam, dari pukul 10.15 WIB hingga 21.30 WIB.

        Penyebabnya saat itu karena rusaknya salah satu alat proteksi pada electronic card di Gardu Induk Gandul, Cinere, Jakarta Selatan. Gangguan ini mengakibatkan terhentinya pasokan daya dari PLTU Suralaya, yang saat itu berbeban 1.000 MW atau sekitar 25% total konsumen Jawa-Bali. Sebagian besar beban padam, kecuali sebagian wilayah Jakarta yang dipasok PLTGU Tanjungpriok sebesar 568 MW.

        Matinya listrik saat itu menimbulkan protes warga di beberapa kota. Terjadi pula kegaduhan dan kerugian yang cukup besar.

        Lampu-lampu lalu lintas tak berfungsi seharian hingga menimbulkan kemacetan di beberapa titik di Jakarta. Di Bandung, listrik mati selama lima jam dan jalan-jalan kota pun macet. Pengguna kartu ATM juga kecewa karena mesin yang tak berfungsi. Bahkan, kegiatan di rumah sakit sempat terganggu sebelum generator dipasang.

        Kerugian juga menghantam pelaku industri yang saat itu diperkirakan menelan kerugian hingga Rp9 miliar. Sementara itu, akibat dari blackout selama hampir 10 jam, PLN merilis kerugian hingga Rp3,5 miliar.

        Blackout pada tahun 2005 pun kembali menghantam Jawa dan Bali pada 18 Agustus 2005. listrik di Jakarta dan Banten mati total selama tiga jam. Selain itu, pemadaman di sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Mati listrik ini terjadi akibat kerusakan di jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV Jawa-Bali.

        Pada tahun 2019, blackout juga menghantam Pulau Jawa selama berjam-jam hingga Presiden Joko Widodo turun tangan mendatangi kantor pusat PLN.

        Untuk menghindari blackout terjadi lagi, PLN pun mengatur aliran listrik Jawa 7 dan Jawa 8 untuk Jawa Barat. Tujuannya agar beban listrik di Jawa Barat bisa tercukupi dengan aliran listrik tersebut. Selain itu, MRT pun disinyalir akan mampu beroperasi bila blackout terjadi lagi di kemudian hari.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: