Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Permintaan Minim, Kegiatan Manufaktur Indonesia Masih Loyo

        Permintaan Minim, Kegiatan Manufaktur Indonesia Masih Loyo Kredit Foto: Antara/Risky Andrianto
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kondisi manufaktur Indonesia masih lesu. Laporan IHS Markit menyebutkan purchasing managers' index (PMI) atau indeks manajer pembelian, yang menjadi indikator kinerja industri manufaktur Indonesia masih menunjukkan tren perlambatan.

        Kepala Ekonom IHS Markit, Bernard Aw menyatakan PMI Indonesia pada Oktober 2020 berada pada level 47,8. Angka ini hanya naik tipis di bawah bulan sebelumnya sebesar 47,2. Angka di bawah 50 meggambarkan industri manufaktur belum ekspansif.

        Bernard mengungkapkan kondisi sektor manufaktur di Indonesia memburuk pada awal triwulan keempat. Produksi dan permintaan baru menurun kembali di tengah-tengah tindakan penanganan berkelanjutan untuk mengontrol penyebaran penyakit virus corona 2019 (Covid-19).

        Baca Juga: Dinyinyirin Utang, Sri Mulyani: Terpaksa, untuk Selamatkan Jiwa Seluruh RI!

        Menghadapi penurunan permintaan, lanjut dia, perusahaan terus mengurangi jumlah karyawan mereka. Akibatnya, aktivitas pembelian dan tingkat inventaris juga dikurangi.

        Ia mengatakan data harga menunjukkan tekanan margin yang lebih besar karena harga input terus meningkat, sedangkan beban output turun pertama kali dalam tujuh bulan. Bahkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta yang dilonggarkan pada pertengahan Oktober lalu hanya memberikan sedikit dorongan terhadap sektor manufaktur.

        "Volume produksi mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut pada Oktober meskipun tingkat penurunan mulai berkurang mencapai laju lebih lambat. Sama halnya dengan output, arus masuk pesanan baru menurun pada laju lebih lambat," tambahnya.

        Sementara itu, permintaan eksternal terus melemah pada laju substansial. "Para responden menekankan bahwa dampak dari pandemi terus memperburuk kondisi permintaan secara keseluruhan," tegasnya.

        Dengan melemahnya penjualan dan menurunnya produksi, perusahaan menyoroti kapasitas berlebih yang terlihat dari penumpukan pekerjaan yang terus menurun. Untuk mengendalikan biaya agar perusahaan tetap dapat bertahan, perusahaan terus mengurangi jumlah karyawan pada Oktober.

        "Ketenagakerjaan menurun selama delapan bulan berjalan, dengan pelepasan kerja meningkat sebagaimana redundansi dilaporkan secara besar-besaran di berbagai perusahaan," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: