Megawati Soekarnoputri berbeda dengan ketua umum (ketum) parpol yang sering muncul di depan publik. Mega jarang nongol. Hanya di momen-momen tertentu saja Ketum PDIP itu muncul, namun sekalinya muncul Megawati bikin heboh.
Sebulan terakhir, setidaknya ada dua kehebohan yang dibikin Mega. Pertama, saat dia mempertanyakan sumbangsih kalangan milenial untuk bangsa ketika memberikan kata sambutan dalam peresmian Patung Bung Karno di Yogyakarta dan kantor DPD-DPD PDIP di beberapa daerah yang dilakukan secara virtual, Rabu (28/10/2020).
Baca Juga: Disindir Megawati, Benarkah Jakarta Amburadul?
Ketika itu, Mega juga minta Presiden Jokowi tidak memanjakan milenial. Setelah itu, banyak pihak membantah pernyataan Mega.
Kedua, Mega menyebut Jakarta makin amburadul. Pernyataan ini disampaikan saat memberikan penghargaan Kota Mahasiswa atau City of Intellectual berdasarkan riset yang dilakukan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Hafid Abbas, Selasa (10/11/2020). Berdasar riset itu, ada tiga kota yang mendapat penghargaan, yaitu Semarang, Solo, dan Surabaya. Sementara Jakarta ada di posisi enam.
Di acara itu, Mega berpidato sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Mega mengaku senang sekaligus sedih dengan hasil riset itu. Senang karena Solo, Surabaya, dan Semarang, yang dipimpin kader PDIP, terpilih sebagai pemenang.
Menurut dia, para kepala daerah itu bisa membangun kotanya menjadi city of intellectual atau kota yang berilmu pengetahuan karena mereka selalu diajari di PDIP. Mega meminta kepala daerah dari PDIP membangun daerahnya tanpa meninggalkan kecerdasan warganya.
Mega sedih, karena Jakarta tak mendapat penghargaan. Di sinilah Mega bilang Jakarta kini amburadul.
"Persoalannya, sekarang saya bilang Jakarta ini menjadi amburadul. Karena apa? Ini tadi seharusnya city of intellect ini dapat dilakukan tata kotanya, masterplan-nya, dan lain sebagainya," kata Mega.
Pernyataan ini langsung memantik kontroversi. Banyak pihak yang tak sepakat dengan omongan Mega. Namun, banyak juga yang mendukung. Warganet pun terbelah.
Politisi Gerindra, Fadli Zon termasuk yang membantah Mega. Fadli membela Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan atas serangan Mega. Fadli kemudian menyerang balik dengan menyebut, yang amburadul itu Indonesia, di bawah pimpinan Presiden Jokowi yang merupakan kader PDIP.
"Kita perlu objektif dan jujur. Yang amburadul itu Indonesia. Terutama pengelolaan ekonomi dari utang hingga resesi, penanganan kesehatan dan pandemi, dan seterusnya," kata Fadli dalam akun twitternya @fadlizon.
Dia menambahkan, DKI Jakarta justru sudah mendapat banyak penghargaan.
Para warganet sahut-sahutan atas ini. Akun @alsnugraha sampai geleng-geleng kepala atas kehebohan yang ditimbulkan dari omongan Mega. "Ibu Mega ini sudah jarang tampil di media. Sekalinya nongol malah bikin heboh," ujarnya.
Ketua Fraksi PDIP DKI Gembong Warsono tampil membela Mega. Dia kemudian memaparkan maksud Mega, Jakarta amburadul. Misalnya, banyak program yang belum tereksekusi di antaranya, program naturalisasi sungai. Lalu, soal penyediaan hunian bagi warga DKI. Target membuat 350 ribu hunian belum terealisasi.
"Programnya ada, bagus, tapi tidak dieksekusi. Itu persoalannya," kata Gembong.
Baca Juga: Megawati Sebut Jakarta Amburadul, Gerindra Beri Tanggapan
Pengamat politik UIN Jakarta Adi Prayitno menilai omongan Mega itu tak lepas dari situasi politik di Jakarta saat ini. Di Ibu Kota, PDIP merupakan oposisi. Wajar kalau melontarkan kritik.
"Tujuannya tentu baik agar Pemprov segera melakukan pembenahan," kata Adi.
Persoalannya, kritikan tersebut sampai dilontarkan Mega, pucuk pimpinan di PDIP. "Ini artinya, dalam sudut pandang politik, Jakarta dalam keadaan darurat. Sampai seorang Mega yang mengeluarkan kritik. Karena itu, bisa saja sebagai pemanasan Pilkada DKI 2022," ucapnya.
Hal senada disampaikan pengamat politik Exposit Strategic, Arif Susanto. Menurut dia, kritikan Mega bersifat politis. Penyebabnya, bisa macam-macam. Mungkin saja ada kepentingan partai yang tidak diakomodasi gubernur.
Sejauh ini, Anies belum merespons tudingan Mega. Baru Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria yang bicara. Politisi Partai Gerindra itu menyebut, kritikan Mega sebagai 'obat' untuk membangun Jakarta lebih baik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo