Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Vaksin Tingkatkan Imunitas Tubuh untuk Lawan Virus

        Vaksin Tingkatkan Imunitas Tubuh untuk Lawan Virus Kredit Foto: Twitter/andimahfu_ri
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tingkat kesembuhan pasien COVID-19 di Indonesia terus menunjukkan tren membaik. Hal ini pun memberikan optimisme tinggi bagi masyarakat dalam melewati masa pandemi COVID-19. 

        Dilansir dari berbagai survei seperti, IPSOS hingga Nielsen, masyarakat Indonesia diketahui paling optimis dalam menghadapi pandemi COVID-19 di Asia Tenggara. Hal ini tak lepas dari tingginya angka kesembuhan COVID-19 di dalam negeri.  Baca Juga: ADB Siapkan Pinjaman Rp286 Miliar untuk Pembiayaan Vaksin

        “Recovery rate (rasio kesembuhan) dari seluruh total kasus COVID-19 mencapai 82.84%. Angka sembuh dan selesai isolasi COVID-19 meningkat dibandingkan sebelumnya, yaitu 80.51%”, ujar dr. Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Satgas COVID-19 dalam acara Dialog Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) dengan tema “Antara Pengobatan dan Pencegahan: Pilih Mana?”. Baca Juga: Ikut-ikut Pesaingnya, Moderna Ngaku Vaksin Ciptaannya 94,5 Persen Efektif

        Keseriusan pemerintah dalam menangani pasien COVID-19 juga terlihat dari suplai obat penanganan COVID-19 yang terus terdistribusi dengan cukup. Dengan tujuan meningkatkan rasio kesembuhan, mulai  4 November, obat penanganan COVID-19 ini sudah didistribusikan ke 34 Dinas Kesehatan Provinsi dan 779 rumah sakit di seluruh Indonesia. Pemerintah juga terus melakukan pemenuhan suplai obat penanganan COVID-19 hingga bulan Desember 2020 mendatang. Jumlah tenaga medis pun mencapai 300 ribu orang yang bekerja di rumah sakit rujukan COVID-19 di seluruh Indonesia.

        Gia Pratama Putra, dokter Kepala Instalasi Gawat Darurat salah satu rumah sakit di Jakarta, dalam kesempatan yang sama, menyatakan bahwa setidaknya ada 3 fase yang harus dihadapinya hampir setiap hari dalam menangani pasien COVID-19. Fase pertama yakni, meyakinkan pasien positif COVID-19 bahwa penyakit ini bisa dilalui. 

        “Keyakinan akan kesembuhan adalah 50% kesembuhan. Virus ini sebenarnya bisa kalah dengan daya tahan tubuh kita sendiri. Jadi biarkanlah bapak ibu, tidak usah fokus pada penyakitnya. Biarkan dokter-dokter kita yang fokus pada penyakitnya. Bapak ibu fokuslah menjaga diri dan kesehatan,” ungkapnya, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/11/2020).

        Fase kedua, adalah saat pasien harus diisolasi sehingga tidak boleh bertemu dengan keluarga ataupun teman. Sebagai tenaga kesehatan, dokter harus terus berkunjung menyemangati para pasien dan berperan sebagai keluarga kedua pasien COVID-19. Setelah itu memasuki fase ke tiga tedapat dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, adalah kesembuhan pasien. Sementara kemungkinan kedua adalah hasil yang tidak diinginkan yakni, meninggalnya pasien COVID-19.

        Mengobati memang penting, namun mencegah lebih baik. Itulah yang Gia sering himbau kepada setiap orang, baik langsung kepada pasiennya atau melalui media sosial. Ia pun mengibaratkan pencegahan dengan sebuah rumus, Ri (risiko infeksi) = Jv (jumlah virus) dibagi i (imunitas tubuh). Jadi menurutnya, cara kita menurunkan risiko infeksi adalah menurunkan jumlah virus. Caranya melakukan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan) dan meningkatkan imunitas tubuh. 

        Cara meningkatkan imunitas ini ada tiga, yang pertama memenuhi kebutuhan nutrisi yang cukup dan baik. Artinya sayur dan buah harus dikonsumsi setiap hari. Kedua, istirahat yang cukup. Penelitian terbaru mengatakan, manusia itu idealnya tidur 6-7 jam, tidur sebelum jam 11 malam dan bangun sebelum jam 5 pagi, itu yang paling baik. Dan terakhir, olahraga rutin. 

        “Ini banyak yang tidak dilakukan di saat kita bekerja dari rumah. Padahal ada banyak olahraga yang bisa dilakukan di dalam rumah,” terang Gia.

        Masyarakat juga dihimbau untuk melakukan deteksi dini gejala penyakit COVID-19. Menurutnya upaya itu sangat membantu meringankan gejala COVID-19 agar tidak semakin berat nantinya. Karena itu diharapkan masyarakat datang ke rumah sakit justru ketika kondisinya belum parah. Sebab di fase-fase awal, di mana dahak belum kental bisa ditangani dengan obat pengencer dahak agar tidak menyumbat paru-paru. 

        “Jadinya tidak akan menyebabkan pneumonia parah. Selain itu sekarang tes swab juga sudah semakin cepat, dalam sehari dua hari  sudah bisa diterima hasilnya. Harganya juga semakin terjangkau”, jelas Gia.

        Reisa juga menambahkan, masyarakat sebaiknya tidak takut untuk memeriksakan diri demi mendapatkan perawatan dan pengobatan yang optimal. Karena obat-obatan yang tersedia di fasilitas kesehatan, sudah sangat lengkap dan membantu. Upaya penanganan COVID-19 ini juga diikuti dengan rencana pemerintah untuk mengadakan vaksin COVID-19. Rencana ini juga memberikan optimisme bagi masyarakat.

        Menurut Reisa, Vaksin COVID-19 adalah salah satu puzzle penting untuk meningkatkan imunitas tubuh kita. Secara spesifik, vaksin khusus untuk melindungi diri kita dari virus COVID-19, selain tiga hal yang saya sebutkan sebelumnya. Dengan vaksin kita akan lebih siap lagi menghadapi virus yang masuk. 

        Karena itu, masyarakat harus menyadari bahwa virus COVID-19 ini nyata adanya. Dengan menjalankan protokol kesehatan 3M dengan disiplin akan efektif mencegah penularan virus COVID-19. 

        “Wajib mencegah dan melindungi diri dari penyakit. Karena yang namanya mencegah jauh lebih mudah, lebih murah, lebih berfaedah daripada mengobati,” tutup Reisa.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: