Kota Bandung bukan hanya menjadi salah satu kota utama tujuan MICE di Indonesia tetapi juga menjadi tonggak penyelenggaraan kegiatan MICE di Tanah Air. Bandung telah mencatatkan sejarah sebagai tuan rumah Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 sekaligus menjadikannya kota pertama di Tanah Air yang sanggup menghelat kegiatan MICE berskala internasional.
Dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (5/12/2020), Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi, & Pameran (MICE) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Iyung Masruroh, mengatakan ada cerita menarik dalam perhelatan tersebut dimana angklung menjadi atraksi utama yang dimainkan oleh Presiden Soekarno dan para pemimpin negara-negara di Asia dan Afrika. Kegiatan tersebut bukan saja berhasil memikat para pemimpin dunia yang hadir saat itu tetapi juga mempromosikan alat musik tradisional Indonesia ke dunia. Kini setidaknya ada 42 negara di dunia yang mengenalkan permainan angklung, bahkan di Korea Selatan angklung telah dikenalkan sejak masih Sekolah Dasar. Baca Juga: Pulihnya Pariwisata Nasional Tergantung Kecepatan Penyelesaian Pandemi Covid-19
Saat itu Daeng Soetigna, guru dari Udjo Ngalagena (pendiri Saung Angklung Udjo) terjun langsung memperkenalkan angklung kepada seluruh delegasi negara peserta Konferensi Asia-Afrika. Beliau memimpin para pemimpin dunia dengan menjadi dirigen permainan angklung.
"Pada momen bersejarah itu, angklung menyatukan para pemimpin negara peserta dan menciptakan perdamaian melalui kerja sama yang kompak. Momen tersebut kemudian dikenal sebagai pertunjukan angklung yang pertama kali mendunia dan menorehkan nama Daeng Soetigna yang tak terpisahkan dari Konferensi Asia-Afrika." katanya. Baca Juga: Jerman Sempurnakan Pendekatan Bisnis Inklusif pada Pariwisata Berkelanjutan di Lombok
Sementara itu, kata angklung berasal dari bahasa Sunda yaitu ‘angkleung-angkleungan’ yaitu gerakan pemain angklung, serta dari suara ‘klung’ yang dihasilkan instrument bambu ini. Angklung sebenarnya merupakan pengembangan alat musik calung, yaitu tabung bambu yang dipukul, sedangkan angklung merupakan tabung bambu yang digoyang sehingga menghasilkan hanya satu nada untuk setiap instrumennya.
Mengingat angklung hanya bernada pentatonis (da mi na ti la) maka dibutuhkan puluhan orang untuk memainkan angklung agar terdengar harmonis. Kini dengan teknik tertentu bisa dimainkan oleh beberapa orang saja. Tahun 1938 Daeng Soetigna memodifikasi suara angklung menjadi diatonis (do re me fa so la ti). Sejak saat itu angklung mulai dikenal dan menemukan momentumnya saat ditampilkan dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955.
Angklung terdiri dari 2 hingga 4 tabung bambu yang dirangkai menjadi satu dengan tali rotan. Tabung bambu dikuir detail dan dipotong sedemikian rupa oleh pengrajin angklung untuk menghasilkan nada tertentu ketika bingkai bambu digoyang. Setiap angklung menghasilkan nada atau akord yang berbeda sehingga beberapa pemain harus bekerja sama untuk menghasilkan melodi yang indah. Angklung kini lebih sering ditampilkan dalam bentuk orchestra dan semakin banyak dibina di banyak sekolah dimana salah satunya berkat Saung Angklung Udjo (SAU). SAU adalah sebuah tempat dimana seni angklung berkembang dengan dinamis dan memukau dunia. Tidak hanya memainkan musik instrumen tradisional tetapi juga memainkan lagu-lagu modern yang popular. Di sini Anda dapat menonton pertunjukan kesenian tradisional Sunda sekaligus belajar lebih banyak tentang angklung.
Saung Angklung Udjo (SAU) merupakan sanggar tempat pertunjukkan seni tradisional, laboratorium pendidikan sekaligus sebagai atraksi budaya khas Jawa Barat. Tempat ini mengandalkan semangat gotong royong antarwarga-nya. SAU adalah contoh bagaimana sebuah sanggar seni berhasil bertransformasi membina kekayaan budaya lokal sehingga bukan hanya bertahan dari desakan arus globalisasi tetapi juga menjadi sebuah daya tarik wisata yang memikat. Di SAU Anda dapat merasakan kesegaran alam, kicauan burung dan kegembiraan anak-anak dalam pementasan angklung. Anda harus merasakan suara Angklung digoyang dengan tangan Anda sendiri karena alat musik ini menebar bunyi indah yang khas sekaligus menebarkan kebahagiaan. Saat Anda gerakan maka angklung menebar berjuta harmoni yang menyatu dalam suasana riang. Alunan rumpun bambu Saung Angklung Udjo berhasil menjadi representasi sketsa keindahan dan keceriaan bumi Tatar Sunda.
Selain sebagai alat musik tradisional, angklung juga melambangkan kehidupan manusia yang tidak dapat berdiri tetapi saling membutuhkan. Tabung besar dan kecil dari deretan bambu ini menggambarkan perkembangan kehidupan manusia. Tabung bambu kecil menggambarkan bahwa setiap orang memiliki impian dan keinginan untuk menjadi orang besar yang dilambangkan dengan tabung besar. Ketika angklung digoyangkan, semua tabung menciptakan harmoni yang menggambarkan kehidupan sebagaimana seharusnya. Baca Juga: Bangkitan Pariwisata, Bupati Klungkung Serahkan Dana Hibah Hingga Rp900 Juta
Di Saung Angklung Udjo, kesenian angklung dikemas dengan sangat menarik oleh Udjo Ngalagena (alm) yang akrab dengan panggilan Mang Udjo dan isterinya, Uum Sumiati. Mang Udjo dikenal sebagai pembuat angklung sejak tahun 1966. Udjo Ngalagena bersama istrinya belajar pada Daeng Soetigna mendirikan padepokan seni Saung Angklung Udjo, Sundanese Art & Bamboo Craft Center pada tahun 1967. Saung Angklung Mang Udjo berusaha mewujudkan cita-cita dan harapan mendiang Mang Udjo yang atas kiprahnya mengenalkan musik Angklung hingga dijuluki sebagai Legenda Angklung.
Saung Angklung Udjo selain sebagai pusat seni angklung di Indonesia juga telah lama menjadi tujuan kegiatan MICE (Meetings Incentives Conferences and Exhibitions) di Bandung. Telah banyak rombongan perusahaan, organisasi, maupun pemerintah memasukkanya dalam agenda kunjungan mereka saat ke Bandung. Bahkan Saung Angklung Udjo menyediakan tempat untuk menyelenggarakan acara daam jumlah besar. Lokasi tersebut berada di bagian belakang panggung pertunjukan yang biasa menampilkan kesenian khas Jawa Barat. Tempatnya berupa ruang terbuka yang sering dijadikan tempat berkumpulnya berbagai kegiatan termasuk gathering korporat.
Saung Angklung Udjo berlokasi di Jalan Padasuka 118 Bandung merupakan sanggar seni, laboratorium pendidikan, sekaligus sebagai obyek wisata budaya Sunda khas Jawa Barat. Saung Angklung Udjo dapat diibaratkan oase kebudayaan di tengah perkampungan padat, di atas tanah seluas 1,2 hektar. Karcis masuk SAU seharga Rp50.000,00 per orang. Harga itu sudah termasuk souvenir berupa kalung berbandul angklung, brosur dan minuman gratis. Pertunjukan Bambu Petang merupakan sebuah mahakarya Udjo Ngalagena yang masih dapat kita apresiasi hingga kini, dipentaskan setiap hari mulai pukul 15.30 wib. Pertunjukan ini merupakan pagelaran apik dari budaya tradisi Sunda.
Sebelumnya Anda dapat berkeliling SAU. Di bagian belakang panggung terdapat semacam gudang tempat menyimpan angklung. Anda dapat melihat persiapan pementasan angklung dimana seorang ibu sedang mendandani anak-anak kecil mengenakan kebaya. Keceriaan anak-anak adalah ruh Saung Angklung Udjo. Sejak tahun 1966 proses regenerasi seni tradisi dilakukan dengan cara bermain sambil belajar. Di setiap sudut, senyuman dan sapaan anak-anak akan menemani Anda berkenalan dengan budaya khas Sunda.
Amati pula di sini terdapat tempat produksi angklung sebagai pusat produksi angklung di Indonesia. SAU merupakan tempat untuk melihat dan belajar bagaimana sebatang bambu menjadi melodi yang merdu. Kenali dan ketahui proses khazanah kearifan lokal sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya tradisi leluhur.
Dari loket karcis Anda akan memasuki ruangan berupa toko souvenir. Toko Cenderamata Saung Angklung Udjo memiliki berbagai hasil kriya tangan terampil masyarakat Jawa Barat. Berbagai barang khas Sunda dijual di sini seperti gantungan kunci, kaos, kipas, gelang, sandal, tas, sampai replika angklung. Harganya relatif murah dan pilihannya banyak. Jadi puaskan diri Anda berbelanja souvenir khas Sunda.
Cara untuk Anda dan rombongan ke Bandung cukup mudah. Transportasi Udara tersedia penerbangan setiap hari dari Bali, Surabaya, dan Medan ke Bandung pulang pergi. Transportasi darat dapat memanfaatkan kendaraan sewaan maupun travel. Jalur darat merupakan pilihan yang cocok bagi Anda jika ingin menikmati pemandangan indah selama perjalanan. Anda akan dimanjakan panorama bukit-bukit hijau yang indah dan bertingkat-tingkat dengan hamparan sawah serta kebun teh yang menyejukkan mata. Perjalanan dari Jakarta memakan waktu sekira 3 jam.
PT KAI Persero (Kereta Api Indonesia) menyediakan jasa layanan kereta api khusus rombongan corporate untuk membawa Anda sampai ke Bandung dari beberapa kota di Indonesia. Untuk pemesanan rombongan silakan hubungi 022-426 6383 pada jam kerja. Jika Anda ingin datang ke Bandung dengan menggunakan travel atau kereta api maka belilah tiket jauh hari sebelumnya karena Bandung adalah tujuan wisata yang ramai dikunjungi terutama saat akhir pekan. Jika Anda datang dari Surabaya (Stasiun Kereta Gubeng Surabaya) ada beberapa kereta yang dapat digunakan diantaranya ialah Turangga (Eksekutif), Harina (Eksekutif), Argowilis (Eksekutif) dan Mutiara Selatan (Bisnis) yang beroperasi setiap hari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil