Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pulihnya Pariwisata Nasional Tergantung Kecepatan Penyelesaian Pandemi Covid-19

Pulihnya Pariwisata Nasional Tergantung Kecepatan Penyelesaian Pandemi Covid-19 Kredit Foto: MPR
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anggota MPR Fraksi Partai Golkar Hetifah Sjaifudian mengungkapkan bahwa dampak negatif pandemi Covid-19 sangat memukul perekonomian nasional, salah satunya di sektor pariwisata.  Betapa banyak rakyat Indonesia yang menggantungkan hidupnya di bidang tersebut harus menerima kenyataan pahit kehilangan pendapatannya akibat drastisnya penurunan tingkat kunjungan wisatawan baik domestik dan mancanegara.

Situasi tersebut makin parah dengan rusaknya berbagai infrastruktur seperti hotel, penginapan, dan situs-situs wisata karena minimnya pemeliharaan akibat pemasukan yang berkurang, bahkan nihil sepanjang pandemi berlangsung. Hal tersebut mengakibatkan dunia usaha pariwisata dan usaha-usaha pendukung yang kebanyakan dilakukan rakyat kecil sangat kesulitan memenuhi biaya operasional termasuk gaji karyawan sehingga banyak terjadi PHK dan penutupan tempat usaha.

Baca Juga: Bangkitan Pariwisata, Bupati Klungkung Serahkan Dana Hibah Hingga Rp900 Juta

Diungkapkan Hetifah, patut disyukuri ketika kebijakan pelonggaran PSBB dan penetapan kondisi new normal muncul, geliat pariwisata Indonesia mulai ada walaupun sedikit karena masih ada pembatasan-pembatasan.

"Untuk mempercepat bangkitnya pariwisata nasional, saya rasa perlu upaya-upaya luar biasa dari pemerintah didukung DPR. Alhamdulillah, sekarang sudah ada upaya tersebut antara lain Komisi X DPR membentuk Panja Pemulihan Pariwisata dan bantuan-bantuan dari pemerintah terutama untuk usaha kecil," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (30/11/2020).

Hal tersebut disampaikannya dalam acara Diskusi Empat Pilar dengan tema "Kebangkitan Pariwisata Nasional dari Pandemi Covid-19 sebagai Pondasi Ekonomi Nasional" kerja sama MPR dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen, di Media Center MPR/DPR, lobi Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Senin (30/11/2020).

Hadir dalam acara yang mematuhi protokol kesehatan secara ketat tersebut anggota MPR Fraksi Demokrat Dede Yusuf Macan Effendi atau Dede Yusuf sebagai narasumber, Sekretaris Deputi Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Hariyanto sebagai narasumber, Penulis buku Naked Traveler Series Trinity juga sebagai narasumber, serta wartawan media massa elektronik, cetak, online nasional.

Di tengah upaya Kemenparekraf dalam pemulihan pariwisata nasional, Hetifah mengungkapkan bahwa dirinya sempat kaget ketika pemerintah mengusulkan dan kemudian disetujui DPR tentang perubahan anggaran Kemenparekraf yang awalnya sebesar Rp5,36 triliun dipangkas sebanyak Rp2,04 triliun menjadi sebesar Rp3,26 triliun untuk penanganan virus corona yang kian meluas di Indonesia.

"Saya berpikir, dipotong sedemikian besar bagaimana upaya kelanjutan program pemulihan pariwisata nasional itu. Namun, pada akhirnya saya menyadari upaya pemerintah untuk fokus dalam penangangan Covid-19 perlu segera dilakukan. Sebab, jika covidnya saja tidak diatasi, akan mustahil sektor pariwisata pulih dan bangkit. Saya kemudian bisa bernapas lega dalam rapat kerja pemerintah dan Komisi X DPR, September 2020 lalu, ditetapkan anggaran Kemenparekraf tahun 2021 sebesar Rp4,9 triliun. Ini angin segar buat pariwisata nasional," terangnya.

Sementara itu, Dede Yusuf menegaskan bahwa memang pariwisata nasional sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia. Ini terbukti ketika PSBB diberlakukan secara ketat, rakyat seperti "terkurung" di rumahnya sendiri. "Tapi, begitu PSBB dilonggarkan yang dicari rakyat adalah tempat wisata," tambahnya.

Fenomena tersebut, lanjut Dede Yusuf, dampaknya sangat besar bagi dunia pariwisata di daerah-daerah yang sebelumnya sepi wisatawan menjadi kebanjiran para pelancong. "Yang unik adalah kebanyakan yang membanjiri daerah wisata itu adalah wisatawan domestik bahkan di Bali, jarang sekali turis asing. Keunikan lainnya adalah tiba-tiba banyak muncul destinasi wisata baru sampai ke pelosok-pelosok daerah," ujarnya.

Melihat fakta tersebut, Dede Yusuf berharap agar seraya terus menangani pandemi, pemerintah juga harus fokus kepada pengelolaan wisatawan lokal dan penggalian potensi destinasi wisata baru dalam upaya membangkitkan kembali pariwisata nasional.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Deputi Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Hariyanto mengingatkan bahwa dunia pariwisata Indonesia adalah mata rantai kehidupan, banyak sekali kegiatan ekonomi dan industri yang bergantung di situ, mulai dari pesan tiket, transportasi, penginapan, kuliner, jasa, dan lainnya.

"Ketika semua kegiatan ekonomi itu terganggu karena pandemi, akan menganggu kontribusi sektor pariwisata dalam penguatan fondasi perekonomian nasional. Lalu, sekarang bagaimana kita mengelola pariwisata nasional bertahan di tengah pandemi yang tidak jelas kapan berakhirnya ini," tambahnya.

Menjawab pertanyan besar tersebut, Hariyanto mengungkapkan bahwa Kemenparekraf melihat kondisi pandemi ini menjadi momentum tepat untuk membuat pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi lebih baik dengan melakukan re-strategy dan mengubah pola pikir pariwisata dari quantity tourism ke quality tourism.

"Langkah selanjutnya adalah Kemenparekraf akan membuat standarisasi baru kualitas pariwisata nasional, yakni kegiatan pariwisata secara keseluruhan harus mengacu dan memenuhi standar yang ditetapkan, yakni soal kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan. Jika standar itu dipenuhi, akan diterbitkan sertifikat CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment)," terangnya.

Hariyanto mengajak seluruh pelaku dunia pariwisata Indonesia untuk segera mengikuti program CHSE tersebut dengan cara mendaftar di laman Kemenparekraf untuk secepatnya mendapatkan sertifikasi tersebut dengan harapan pariwisata Indonesia cepat bangkit dan berjaya kembali.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: