- Home
- /
- EkBis
- /
- Transportasi
Katanya Gojek-Grab Mau Jalan Bareng, Pengamat Bilang: Gojek Tak Perlu Merger
Beredar isu merger antara Gojek dan Grab menyita perhatian masyarakat. Pasalnya, selain melibatkan dua perusahaan berlevel decacorn di Asia Tenggara. Bahkan, kabar tersebut berhembus disaat fundamental bisnis Gojek semakin sehat. Teranyar, bulan lalu, Gojek berhasil menggaet pendanaan baru dari Telkomsel senilai USD150 juta.
Dalam keterangan yang diterima, Selasa (8/12/2020), Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, dengan berbagai tekanan yang dihadapi, merger akan lebih menguntungkan Grab. Baca Juga: Habis Guyur Investasi ke Gojek, Telkom Rilis Aplikasi Transportasi Online ke Timor Leste
"Secara bisnis, market share Gojek lebih kuat dan memiliki brand image yang lebih positif di Indonesia," katanya.
Menurut Bhima, Grab memang lebih unggul di luar negeri. Tapi, di kawasan Asia Tenggara, Indonesia adalah kunci bisnis, karena memiliki pasar yang besar. Baca Juga: Isu Merger Grab-Gojek Makin Kencang, Benar Tidak Ya??
Sementara itu, Pandangan yang sama soal Gojek yang tidak memerlukan merger juga disampaikan Doddy Ariefianto, Ekonom dari Universitas Bina Nusantara (Binus).
"Belum tentu juga Gojek yang bisnis dan namanya lebih kuat di Indonesia membutuhkan itu (merger). Apalagi Gojek masih bisa mengoptimalkan Indonesia sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara," katanya.
Lanjutnya, ia juga menyoroti peluang di bisnis keuangan digital. Pangsa pasar layanan jasa keuangan seperti uang elektronik (e-money) atau dompet digital memiliki prospek yang bagus.
"Sekarang ini banyak orang di negara kita maupun di luar negeri sudah semakin melek terhadap penggunaan cashless. Ini menjadi indikator yang baik buat pengembangan bisnis perusahaan seperti Gojek," imbuh Doddy.
Selain itu, secara fundamental sejatinya posisi Gojek saat ini jauh lebih solid. Bulan lalu Co-CEO Gojek Andre Sulistyo melaporkan perkembangan positif Gojek sejak melakukan restrukturisasi bisnis di tahun 2019 dengan fokus kembali ke bisnis inti.
"Perusahaan berhasil mencetak laba operasional di luar biaya headquarter (contribution margin positive) di tengah kondisi penuh tantangan dalam tahun ini," ujar Andre.
Dalam konteks contribution margin positive seperti dijelaskan Andre, setiap transaksi Gojek sudah menghasilkan cashflow yang belum dikurangi biaya headquarter.
“Investasi ada perpaduan pendanaan dari luar dan internal cashflow. Jika ada profit dari titik produk itu, investasi yang kami lakukan tidak hanya dari luar. Sejak tahun ini investasi bisa dihasilkan dari internal cash flow, ini penting sekali,” jelasnya.
Dengan fundamental yang lebih solid, ditengah pandemi covid-19 Gojek juga berhasil menarik sejumlah investor baru untuk masuk. Tahun ini Gojek berhasil mendapatkan pendanaan baru melalui fundraising seri F dan dari Telkomsel.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil