Melihat Peran Antony Blinken, Jenderal Luar Negeri AS Pilihan Joe Biden
Beberapa waktu lalu Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Joe Biden merilis nama-nama yang mungkin akan masuk dalam jajaran kabinetnya. Salah satu yang paling disorot adalah jabatan Menteri Luar Negeri, di mana Biden menunjuk Antony Blinken untuk mengisi posisi itu.
Jabatan Menteri Luar Negeri adalah jabatan paling tinggi dalam pemerintahan AS. Menteri Luar Negeri, bukan hanya menjadi pemimpin kebijakan luar negeri AS, tapi juga adalah orang keempat yang bisa menggantikan posisi presiden, jika terjadi sesuatu kepada pemimpin AS.
Baca Juga: Iran Isyaratkan Buka Dialog Nuklir dengan Pemerintahan Joe Biden
Blinken bukanlah sosok baru baru bagi Biden. Keduanya sudah mengenal untuk jangka waktu yang cukup lama. Melansir Politico, Blinken menghabiskan masa jabatan enam tahun di Senat AS, sebagai salah satu asisten utama Biden.
Dia bekerja untuk Biden pada 2002 sebagai direktur staf Partai Demokrat di Komite Hubungan Luar Negeri Senat. Biden adalah anggota senior Demokrat di komite itu, sejak 1997 hingga dia menjadi wakil presiden pada 2009.
Selama di Senat, Blinken menjalin hubungan baik dengan Brian McKeon, yang akan menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan AS dan Avril Haines, yang ditunjuk untuk menduduki posisi Wakil Direktur CIA dan wakil penasihat keamanan nasional di Gedung Putih.
Blinken lahir dari orang tua Yahudi dan almarhum ayah tirinya, Samuel Pisar, adalah korban selamat Holocaust yang menulis memoar, "Of Blood and Hope," tentang bagaimana ia selamat dari Nazi, termasuk saat berada di kamp kematian Majdanek, Auschwitz, dan Dachau.
Saat melakukan kunjungan ke Indonesia pada tahun 2016 lalu, saat itu dia masih menjabat sebagai asisten Menteri Luar Negeri AS, Blinken pernah merayakan Paskah Yahudi bersama dengan komunitas Yahudi di Jakarta.
Dalam perannya di Dewan Keamanan Nasional saat pemerintahan Barack Obama, Blinken adalah salah satu orang yang mengadvokasi keterlibatan AS yang lebih kuat dalam konflik Suriah. Dia juga turut mendukung invasi militer AS ke Irak. Blinken terus percaya bahwa diplomasi perlu dilengkapi dengan pencegahan.
"Kekuatan dapat menjadi tambahan yang diperlukan untuk diplomasi yang efektif. Di Suriah, kami dengan tepat berusaha menghindari Irak lain dengan tidak melakukan terlalu banyak, tetapi kami membuat kesalahan sebaliknya dengan berbuat terlalu sedikit," kata Blinken.
Pria berusia 58 tahun itu juga adalah seorang pendukung kuat multilateralisme dan Eropa sentris. Dalam setiap masalah kebijakan luar negeri utama, terorisme, iklim, pandemi, perdagangan, China, kesepakatan nuklir Iran, ia memiliki mantra yang berulang, yakni AS harus bekerja dengan sekutunya dan dalam perjanjian dan organisasi internasional.
Blinken juga memandang kepemimpinan AS di lembaga multilateral sebagai hal yang penting. “Masih ada premi dan dalam beberapa hal bahkan lebih dari sebelumnya, pada keterlibatan Amerika, pada kepemimpinan Amerika,” kata Blinken awal tahun ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: