Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Covid-19 Belum Berakhir, China Bakal Kasih Angpau demi Cegah Imigran Mudik Imlek

        Covid-19 Belum Berakhir, China Bakal Kasih Angpau demi Cegah Imigran Mudik Imlek Kredit Foto: Antara/Ardiansyah
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perayaan imlek tahun ini bagi masyarakat China akan terasa sangat berbeda. Ya, pandemi Covid-19 memaksa pemerintah setempat menerapkan strategi khusus demi mencegah para perantau untuk mudik ke kampung halaman mereka menjelang perayaan Imlek yang jatuh pada 12 Februari mendatang.

        Tak dipungkiri jika salah satu mobilitas manusia terbesar dunia berada di China. Jutaan orang di negara itu akan mudik ke seluruh penjuru daerah, melintas perjalanan sejauh ribuan kilometer, untuk merayakan Imlek.

        Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 Tembus 1 Juta, Pemerintah Ditantang Minta Maaf ke Rakyat!

        Melansir laman BBC Indonesia, Imlek bagi pendduduk China merupakan satu-satunya peristiwa dalam setahun untuk bertemu dengan keluarga. Hampir semua warga China tak ingin melewatkan perayaan ini.

        Namun muncul kekhawatiran bahwa musim mudik yang dalam bahasa lokal dikenal dengan istilah Chunyun ini bakal menjadi ajang penyebaran virus corona.

        Saat ini pemerintah China menghadapi dilema. Betapa tidak, mereka harus meyakinkan warganya untuk tetap tinggal di rumah tanpa harus membatalkan perayaan tahunan terbesar mereka

        Perayaan Imlek di China setiap tahunnya berlangsung dari 28 Januari sampai 8 Maret. Selama periode itu penduduk China diyakini bakal melakukan perjalanan ribuan kilometer, jelang dan setelah Imlek yang jatuh tanggal 12 Februari. Pada masa-masa sebelumnya, terjadi hingga tiga miliar perjalanan pada musim mudik ini.

        Namun tahun 2020, saat virus corona mulai menjangkiti warga China dan pembatasan perjalanan diterapkan, jumlah perjalanan mudik turun lebih dari setengahnya. Sedangkan tahun ini, seiring kehidupan berangsur normal di berbagai wilayah China, otoritas lokal memprediksi selama periode Chunyun akan terjadi 1,7 miliar perjalanan mudik.

        Demi mencegah warganya mudik saat imlek, segala cara persuasif dilakukan termasuk mengiming-imingi warga dengan uang sebagai bentuk kompensasi. Pemerintah Kota Hangzhou, misalnya, rela memberikan 1.000 Yuan (Rp2,1 juta) kepada pekerja migran yang memilih tidak mudik.

        Dua perusahaan di Zhejiang, Ningbo dan Quanzhou, juga memberikan 'angpau' ini untuk pekerja mereka yang memilih tidak pulang kampung. Banyak korporasi didorong menawarkan subsidi, makanan gratis, dan tur budaya singkat agar pekerja mereka tertarik untuk membatalkan mudik.

        Ada juga sejumlah pemerintah kota yang memberikan hak spesial untuk pekerja yang tidak mudik selama liburan ini. Hak khusus seperti tempat tinggal dan layanan medis itu biasanya hanya diberikan kepada pekerja yang lahir di kota tersebut.

        Pemerintah Kota Yiwu menawarkan tiket masuk gratis ke tempat-tempat budaya. Ada juga tawaran bagi anak-anak pekerja berupa tiket masuk menginap gratis di perkemahan musim dingin.

        Para pemilik usaha di kota itu juga diizinkan tetap beroperasi selama Imlek. Mereka juga didorong mengajukan permohonan subsidi ke pemerintah kota. Masyarakat sejumlah kota akan dibebaskan dari biaya pendaftaran layanan rawat jalan di rumah sakit dan mendapatkan diskon 50 persen untuk pemeriksaan kesehatan.

        Pemerintah China memasang spanduk untuk mendorong warga mereka membatalkan mudik. Beberapa sektor usaha secara terang-terangan menerapkan membatasi pekerja untuk mudik.

        "Suatu malam minggu lalu, perusahaan kami tiba-tiba meminta kami menghadiri pertemuan online," kata Yufan Gao (nama samaran), yang bekerja di perusahaan milik negara.

        "Pimpinan saya mengabarkan bahwa dia sangat merekomendasikan kami menghabiskan Tahun Baru Imlek di Beijing. Semua pegawai yang akan pergi diharuskan mengisi formulir permohonan. Tapi dia berkata kemungkinan permohonan itu dikabulkan sangat rendah. Hanya 20 persen pegawai yang diizinkan untuk mudik. Saya kecewa," keluh Gao.

        Banyak perusahaan milik pemerintah China meminta pegawai mereka untuk tetap tinggal di rumah selama perayaan Imlek.

        Namun apakah strategi itu efektrif? Di sisi lain, seorang warga China lainnya, Liu yang merupakan pekerja di sektor ekspedisi di Beijing menegaskan bahwa tak akan ada yang bisa menghalanginya mudik.

        "Istri dan anak-anak saya ada di kampung. Saya sudah tidak bertemu mereka selama enam bulan. Saya sangat merindukan mereka. Meski ada banyak hambatan, Anda tetap harus mudik karena inti dari bekerja di kota besar adalah mencari nafkah. Jika Anda tidak bisa melihat keluarga, tidak akan ada dorongan untuk bekerja," kata Liu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: