Raditya Dika Bagikan Cara Mudah Memahami Fundamental Perusahaan Sebelum Beli Saham
Beberapa waktu lalu, komika Yudha Keling membagikan pengalamannya saat berinvestasi saham di tengah pandemi. Yudha mengakui bahwa ia awalnya tergoda terjun ke ranah saham karena berseliweran di media sosial. Yudha mengaku berniat mencari keuntungan dengan trading saham karena ia belum memahami ilmunya dan berakhir pada kerugian.
Bersamaan dengan itu, Raditya Dika pun kembali mengulas saham melalui video YouTuber bertajuk "Cara Mudah Paham Saham" bareng PT Indo Premier Sekuritas (IPOT).
Raditya Dika selalu mengingatkan pentingnya untuk memahami fundamental perusahaan setiap kali sebelum menaruh saham di perusahaan tersebut. Tetapi, ternyata banyak yang tidak mengetahui apa itu fundamental perusahaan.
Baca Juga: IHSG Menguat Investor Asing Malah Gondol Dana Hampir Setengah Triliunan
Dalam membaca fundamental perusahaan, ada dua hal yang dipakai yaitu teknikal atau fundamental. Teknikal itu biasanya hanya melihat pergerakkan harga serta volume penjualan dan pembelian saham tersebut. Teknik ini biasanya digunakan para investor saham pemula.
Tetapi, sebetulnya teknikal ini tidak disarankan untuk investor pemula karena menanam saham di suatu perusahaan merupakan memahami bisnis perusahaan tersebut. Karena itu, sebaiknya memahami dahulu siapa yang mengelola perusahaan tersebut, bisnisnya apa dan bagaimana laporan keuangannya.
Selanjutnya memahami Top Down dan Bottom Up. Top down yaitu melihat segala faktor eksternal dari bisnis perusahaan tersebut. Apakah tren hingga bertahun-tahun kedepan, apakah digemari masyarakat, dan bagaimana peraturan pemerintah terkait bisnis dari perusahaan tersebut. Semua itu akan sangat memengaruhi bisnis perusahaan yang otomatis juga memengaruhi harga saham.
Sementara Bottom Up yakni ketika seorang investor memahami seluk-beluk bisnis perusahaan secara mendalam terlebih dahulu, mulai dari laporan keuangan, direksi, dan lain sebagainya.
Karena itu, untuk memahami fundamental perusahaan, seorang investor pemula harus memahami bisnis dan keuangan meski hanya dasarnya saja. Untuk investor pemula, jika memang ingin memulai menanam saham, pilihlah saham yang terkenal, saham yang dikenal dan saham murah tetapi tidak murahan yakni perusahaan yang potensial tetapi belum dilirik banyak orang.
Untuk memulai screening saham, perlu diketahi apa itu Market Cap yakni kapitalisasi pasar atau ukuran perusahaan yang ingin kita investasikan. Semakin besar kapitalisasinya, maka semakin besar perusahaan tersebut.
Lalu, Revenue yaitu pendapatan perusahaan, Profit yakni keuntungan perusahaan, EBITDA yakni penghasilan perusahaan atau pendapatan kotor. Dan, ada juga PER (Price Earning Ratio) adalah berapa pendapatan yang akan kita dapatkan dari setiap lembar saham yang kita beli, idealnya yaitu 10-15 persen.
Selanjutnya, ada PBV (Price to book value) adalah rasio valuasi untuk menilai mahal atau murahnya sebuah saham dengan membandingkan antara harga saham dengan nilai buku perusahaan, yang idealnya 1-2 PBV.
Lebih lanjut, harus dipahami pula Debt Equity Ratio yaitu rasio utang terhadap modal dari saham yang kita punya. Semakin besar utang tersebut, maka semakin buruk keuangan perusahaan dan sebaliknya, semakin kecil utang perusahaan, semakin baik alur keuangannya.
Terakhir, ada ROA (Return of Assets) dan ROE (Return of Equity). Namun, yang lebih sering dipakai yaitu ROE, dari sini bisa dipahami berapa margin pendapatan perusahaan dari modal yang dikeluarkan. Idealnya ROE yaitu 10-15 persen.
Setelah itu, bisa dibandingkan jika ingin menanam saham di suatu sektor berdasarkan data-data di atas untuk penilaian secara kuantitatif. Jangan lupa bandingkan konsistensi perusahaan setiap tahunnya dari nominal yang didapatkan.
Sementara, jika ingin menilai secara kualitatif, bisa dimulai dengan membaca profil perusahaan, siapa direksi, bagaimana orang-orangnya, pengelolaannya, bagaimana regulasi pemerintah, dan lain sebagainya.
Lebih lanjut, Radit kembali menegaskan ucapan Warren Buffett bahwa membeli suatu saham perusahaan bukan dari harganya, tetapi dari 'cerita' di baliknya.
Selain investasi saham, ada juga Exchange Traded Fund (ETF) yaitu reksa dana yang diperdagangkan di bursa efek. ETF mengemas berbagai jenis instrumen investasi.
Jika saham yang dibeli sudah terlanjur minus dan tidak bisa diselamatkan lagi, alangkah lebih baik lakukan cut loss agar bisa memperbaiki portofolio dan membeli saham yang lebih baik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: