Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Korupsi Gila-gilaan di Afrika, Pengusaha Israel Ini Masuk Daftar Hitam era Joe Biden

        Korupsi Gila-gilaan di Afrika, Pengusaha Israel Ini Masuk Daftar Hitam era Joe Biden Kredit Foto: Wikimedia Commons
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengusaha Israel, Dan Gertler harus pasrah kembali masuk daftar hitam miliarder yang akan kena sanksi melalui pemerintahan Joe Biden. Padahal, pada masa akhir jabatan Donald Trump sebagai presiden, Dan Gertler bisa bernafas lega karena sanksinya ditangguhkan.

        Dilansir dari Bloomberg di Jakarta, Kamis (22/4/21) Dan Gertler adalah miliarder pemilik perusahaan tambang dan minyak yang tersebar di beberapa negara di benua Afrika, kebanyakan di Republik Demokratik Kongo. Pada tahun 2017, perusahaannya pun dijatuhkan sanksi oleh Departemen Keuangan AS atas tuduhan korupsi.

        Baca Juga: Ketimpangan Makin Nyata, Kekayaan Gabungan Enam Miliarder Ini Kalahkan PDB 13 Negara Bagian AS

        Gertler pun dijatuhi sanksi bersamaan dengan 13 pelaku pelanggaran HAM dan korupsi lainnya yang kebanyakan terlibat dalam kejahatan di Afrika. Namun, dua tahun kemudian, hukuman tersebut direlaksasi oleh Trump. Ia memberikan penangguhan sanksi selama setahun terhadap perusahaan Gertler hingga Januari tahun depan.

        Keputusan tersebut diterbitkan oleh Trump pada bulan Januari lalu, di hari-hari terakhir Trump menjabat sebagai presiden.

        Namun, Joe Biden berbeda dengan sikap Trump. Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, mengumumkan akan mencabut penangguhan hukuman dan mengembalikan perusahaan Gertler ke dalam daftar hitam yang akan kena sanksi perdagangan.

        Bisnis Gertler sudah lama terkoneksi dengan pertambangan di Kongo sejak akhir tahun 1990-an. Saat itu, banyak negara di Afrika Tengah sedang krisis akibat konflik saudara. Sementara itu, Gertler memulai bisnis berlian yang menjadi andalan negara. Lalu, Gertler pun masuk ke dalam bisnis eksplorasi minyak hingga berhasilĀ mengendalikan industri minyak dan pertambangan di Kongo.

        Sayangnya, semakin tinggi semakin banyak godaan, Gertler terlibat dalam sederet skandal korupsi yang membuntuti presiden Kongo, Joseph Kabila. Gertler dituduh memanfaatkan kedekatan dengan Presiden Kabila untuk memonopoli industri pertambangan di sana.

        Alhasil, laporan menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hingga 2012, Kongo mengalami kehilangan potensi pendapatan sampai USD1,36 miliar lantaran penjualan aset pertambangan minyak dengan harga murah kepada perusahaan yang memiliki koneksi dengan bisnis Gertler.

        Gertler dituding bekerjasama dengan Presiden Kabila terkait skema pembelian aset tambang tersebut. Lalu, pada tahun 2013, atau satu tahun setelahnya, Gertler menjual kepemilikannya atas salah satu blok minyak dengan harga USD150 juta atau Rp2,1 triliun. Padahal, Gertler membelinya hanya mengeluarkan kocek USD500 ribu atau Rp7,1 miliar.

        Tak hanya itu, Gertler juga ketahuan ikut serta dalam persaingan eksplorasi sumber daya mineral lainnya di Kongo, seperti tembaga dan kobalt. Apalagi, kobalt makin diincar sebagai bahan pembuatan baterai penggerak mobil listrik.

        Perusahannya, Glencore Plc dan Eurasian Resource Group memegang lisensi untuk eksplorasi kobalt besar-besaran di Kongo.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: