Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perhatian, Xi Jinping Bermurah Hati Ingin Perbaiki Hubungan dengan Asing

        Perhatian, Xi Jinping Bermurah Hati Ingin Perbaiki Hubungan dengan Asing Kredit Foto: Alamy/Xinhua/Lan Hongguang
        Warta Ekonomi, Beijing -

        Presiden China, Xi Jinping menegaskan, negara itu harus memperbaiki caranya berhubungan dengan khalayak global melalui pemberitaan media yang komprehensif.

        Dalam pidatonya di hadapan rapat umum Partai Komunis Chi­na, Selasa (1/6/2021), Xi mengatakan, pejabatnya dan juga media lokal perlu mengubah pola pendekatan mereka ke pihak luar. Hal ini agar pihak asing, terutama Barat, tidak lagi menyebarkan infor­masi menyimpang soal China, demi menegaskan statusnya di panggung internasional.

        Baca Juga: Pakar Kesehatan Bicara Kemungkinan Flu Burung Langka China Berubah Jadi Wabah

        “China perlu bersuara sesuai dengan kekuatan nasional dan sta­tus globalnya. Kita perlu mengem­bangkan kemampuan menyebar­kan informasi tiga dimensi yang mudah dipahami. Agar komunitas internasional paham dengan ke­bijakan pemerintahan sosialis China,” kata Xi, dilansir Channel News Asia, kemarin.

        Negeri Tirai Bambu ini juga menyatakan perlu memperkuat upaya propaganda, untuk mem­bantu orang asing memahami Partai Komunis China dan caranya berjuang untuk kesejahteraan warganya.

        “Negara perlu menciptakan tim profesional dan menga­dopsi metode komunikasi yang tepat untuk berbagai wilayah,” jelasnya.

        Hubungan China dengan me­dia asing tegang dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa war­tawan yang bekerja untuk or­ganisasi berita Amerika Serikat juga diusir tahun lalu karena hubungan antara kedua belah pihak memburuk.

        China juga telah melarang BBC World News berada dalam jaringan televisi China daratan, me­nyusul kritik terhadap liputan hak asasi manusia penyiar Inggris di wilayah barat laut Xinjiang, serta asal-usul pandemi Covid-19.

        Michael Smith, reporter dari The Australian Financial Review yang melarikan diri dari Shang­hai, China, pada September 2020, dalam diskusi panel mengenai China di National Press Club of Australia April lalu mengata­kan, China pernah menyambut sejumlah wartawan asing untuk “menyebarkan berita tentang keajaiban ekonomi China.”

        “Di China, tidak ada ruang untuk pendapat yang tidak se­suai dengan Partai Komunis China. Rasanya dalam hari-hari ini kami hampir-hampir tidak ditolerir,” kata Smith.

        Banyak jurnalis asing di China diberi visa jangka pendek selama tiga bulan, sehingga mempersulit perjalanan di dalam negara China.

        Smith juga menyatakan, man­tan koresponden BBC di Beijing, John Sudworth adalah jurnalis terakhir yang meninggalkan China, setelah dia melaporkan tentang sejumlah kamp tahanan di Xinjiang barat laut. Ia mem­beritakan, kelompok minoritas dipaksa bekerja di pabrik-pabrik tekstil di sana.

        Pada awal 2021, Reporters Without Borders (RSF) melapor­kan, China berada di ranking 177 dalam indeks kebebasan pers se­cara global. Indeks tahunan terse­but meninjau situasi kebebasan pers di 180 negara dan kawasan.

        RSF menyatakan, datanya menunjukkan bahwa jurnalisme benar-benar diblokir dan dibatasi di hampir tiga perempat negara yang dievaluasi. China merupakan salah satu negara yang melakulan hal tersebut.

        China berada di posisi ini karena pemerintah juga terus menerapkan sensor, dan propa­ganda internet ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelum­nya. Tepat di bawah China, ada tiga negara, yaitu Turkmenistan (178), Korea Utara (179), dan Eritrea (180). Tiga negara terse­but mempertahankan kendali mutlak atas semua berita dan informasi. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: