Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tak Seperti Anies dan Ganjar, Kang Emil Blak-blakan Bicara Soal Nyapres di 2024

        Tak Seperti Anies dan Ganjar, Kang Emil Blak-blakan Bicara Soal Nyapres di 2024 Kredit Foto: Instagram/Ridwan Kamil
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil tak malu-malu lagi bicara soal Pilpres. Kalau sudah ditakdirkan, ia siap nyapres di 2024.

        Sikap kepala daerah yang akrab disapa Kang Emil ini berbeda dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Meski sama-sama digadang-gadang jadi capres dan selalu nangkring di peringkat atas survei capres, Anies dan Ganjar tak pernah secara terbuka bicara soal Pilpres. 

        Baca Juga: Ridwan Kamil Buka-bukaan Hubungannya dengan Anies Baswedan, Juga Ganjar

        Sikap Emil ini disampaikan saat menjadi tamu dalam podcast Indonesia Rakyat Club yang ditayangkan di YouTube Transvision Official, Rabu (2/6). Dalam kesempatan itu, Emil awalnya bicara soal penanganan pandemi Covid-19 di Jawa Barat. Dari sana, pembicaraan berbelok ke Pilpres. Apalagi Emil baru-baru ini saling puji dengan Anies. Apakah ini tanda akan berduet di Pilpres nanti? 

        Emil bilang tak bisa menghindari pertanyaan tersebut. Apalagi namanya dan sejumlah kepala daerah lain seperti Anies dan Ganjar sering masuk dalam survei capres. Kata dia, kalau ada jalannya, ia siap tampil di Pilpres nanti. 

        "Saya sudah dua kali pilkada ya, di Pilwalkot ada pengalaman, di Pilgub ada pengalaman. Kalau nanti ada takdirnya, kita ikuti takdirnya dengan sebaik-baiknya," ucapnya. 

        Emil menyadari, untuk maju di Pilpres tidak mudah. Dia mengestimasi, calon di Pilpres harus punya tiga syarat. Yaitu elektoral, dana, dan partai pengusung.

        Dari tiga syarat itu, Emil baru mengantongi satu yakni dukungam elektoral. Soal duit, Emil mengaku tak punya. Soal partai pengusung, Emil juga belum dapat. 

        Karena itu, saat ini, ia hanya bisa memaksimalkan modal yang dimilikinya, yaitu elektoral. Kata dia, elektabilitas itu berbanding lurus dengan kinerja. Makanya, Emil akan fokus bekerja dengan baik, menyelesaikan tugas sebagai gubernur. "Sehingga kalau rakyat menyukainya dan memberikan poin elektoral, itu alhamdulillah," ucapnya.

        Ingin dipasangkan dengan siapa? Anies atau Ganjar? Soal ini, Emil menjawab diplomatis. Kata dia, pemasangan capres-cawapres selalu berkembang dari waktu ke waktu.

        Meski begitu, Emil mengaku dekat dengan Anies maupun Ganjar. Dengan Anies, ia bersahabat dan sering berkomunikasi di Forum Gubernur. Di forum itu, Anies jadi ketua dan Emil jadi wakilnya. Dengan Ganjar pun, Emil dekat dan sering berkomunikasi di forum Daerah Penghasil Migas. Di forum itu, Emil jadi ketua dan Ganjar menjabat sebagai Dewan Penasihat. Jadi, kalau ditanya, dua-duanya cocok, karena banyak kesamaan. 

        "Jadi, nanti dengan siapa pun, kalau memang ada takdirnya, Allah memberi jalan dan menjodohkan. Kalau dua itu terpenuhi, saya jalani," imbuhnya.

        Sikap Emil ini berbeda dengan Ganjar dan Anies. Ganjar masih malu-malu kucing. Setiap ditanya soal capres, Ganjar selalu menghindar. Malah baru-baru ini, Ganjar menyatakan tak akan maju. Dia menerangkan, soal capres dari PDIP, ada di tangan Megawati Soekarnoputri. Dia mengaku, saat ini sedang fokus mengurus Covid-19.

        Anies juga begitu. Selalu menghindar setiap kali ditanya soal namanya yang masuk survei capres. Kata dia, ia kini fokus mengurus Covid. 

        Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menganalisis, perbedaan sikap antara Emil dengan Anies dan Ganjar ini dikarenakan perbedaan latar belakang dari ketiga nama tersebut. Ganjar adalah kader PDIP. Sebagai petugas partai, ia tentu tak bisa seenaknya bicara soal Pilpres. Gelagat Ganjar yang ingin nyapres saja sudah bikin geger partai, apalagi kalau benar-benar bicara terbuka. 

        Anies, kata Ujang, tak banyak bicara soal pilpres untuk menghindari serangan dari musuh politiknya. Sebagai kandidat capres potensial, Anies tentu harus mawas diri. Saat bicara soal pilpres, akan lebih banyak serangan yang datang. Apalagi masih banyak pekerjaan rumah di Jakarta. 

        Sementara Emil, lanjut Ujang, memang lebih aman. Tak banyak musuh politik. Emil juga bukan kader partai. Meski saat mencalonkan sebagai gubernur diusung NasDem, Emil bukan kader NasDem. "Jadi, bisa lebih leluasa bicara soal pilpres," kata Ujang, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam. 

        Bagaimana peluang Emil? Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago menyebut, ada. Kepala daerah, menteri, dan ketua umum partai punya peluang jadi capres. Hanya saja, saat ini terlalu dini untuk membicarakan peluang itu. Pilpres masih jauh. Apalagi elektabiltas Emil, Anies, dan Ganjar masih di bawah 20 persen. Berbeda dengan eleltabilitas Jokowi di Pilpres 2014. Saat itu elektabilitas Jokowi melesat sendirian. Dan partai-partai akhirnya merapat dengan sendirinya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: