Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengingat Kembali Imam Khomeini dan Palestina

        Mengingat Kembali Imam Khomeini dan Palestina Kredit Foto: Instagram/Middle East Eye
        Warta Ekonomi, Gaza -

        Di tanggal 4 Juni, mengingatkan kita kepada wafatnya sosok besar penoreh sejarah yang mengumandangkan seruan kebebasan dan kemerdekaan, menyuarakan wacana penentangan terhadap arogansi dan dukungan terhadap muqawamah (perlawanan) Islam.

        Mengingat dan mengenang nama orang-orang besar dalam sejarah yang mampu mengubah nasib suatu bangsa dengan pemikiran Ilahi, tekad yang kuat dan kegigihannya, menjadi tugas semua orang yang memiliki kepedulian terhadap generasi mendatang.

        Baca Juga: Sepeninggal Netanyahu, Akankah Rakyat Palestina Bisa Lebih Optimistis?

        Imam Khomeini melakukan kebangkitan di masa keterasingan manusia, kegelapan kebodohan dan keacuhan terhadap agama, menghancurkan ‘berhala-berhala’, dan membuka jendela cahaya untuk manusia-manusia yang peduli dan menantikan kemerdekaan. Dalam lingkaran sosok-sosok agung inilah mengenal berbagai dimensi eksistensialnya menjadi tidak mudah.

        Kemenangan Revolusi Islam Iran di bawah kepemimpinan Imam Khomeini menciptakan sebuah revolusi komprehensif di semua bidang politik, sosial, budaya, bahkan tutur kata. Menurut sebagian besar pakar politik dan sosial, pandangan dan pemikiran agung pendiri revolusi telah memasukkan agama yang sebelumnya hanya menjadi catatan pinggiran ke dalam teks asli kehidupan individual dan sosial masyarakat Iran dan dunia.

        Hari ini, hasil luar biasa dari peristiwa sejarah besar itu dapat dilihat pada kebangkitan Islam dan menguatnya semangat anti penindasan masyarakat dunia.

        Meski telah banyak ditulis buku dan artikel tentang sisi-sisi kepribadian dan irfan Imam Khomeini, namun sebagaimana yang disampaikan oleh Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran saat ini, Ayatullah Khamenei: Apa yang kita katakan tentang Imam Khomeini bukan sesuatu yang berlebihan, akan tetapi bagian dari realita; lebih dari apa yang kita deskripsikan dan mampu kita paparkan. Imam Khomeini mengandung makna dan arti yang dalam.

        Pandangan dan pemikiran Imam Khomeini di bidang persatuan Islam membawa perubahan dalam tren baru perimbangan Timur Tengah dan menghembuskan semangat baru pada arus Islam di kawasan. Sementara kelompok perlawanan dan jihadis di negara Palestina dan Lebanon yang berada pada titik balik dunia Islam lebih diuntungkan oleh gelombang persatuan Islam dan sebagai hasilnya, memainkan peran besar dalam mewujudkan pemikiran Imam Khoemini.

        Negara-negara Islam, sebelum kemenangan Revolusi Islam Iran, memandang Palestina sebagai sebuah persoalan Arab dan perselisihan antara orang-orang Arab dan Yahudi. Karena itu, mereka menerima keberadaan negara dan rezim dengan nama Israel di kawasan dan lantas berusaha mencari solusi pertikaian antara Palestina dan Israel.

        Imam Khomeini berkeyakinan bahwa persoalan Palestina adalah persoalan dunia Islam. Israel bukan hanya rezim yang tidak sah, bahkan merupakan bahaya terbesar bagi stabilitas global dan sebuah kelenjar kanker di kawasan. Imam Khomeini menyebut Israel sebagai anak haram kolonialisme yang haus kekuasaan. Karena itu, kemusnahannya demi menjaga perdamaian dan kemerdekaan di dunia adalah sebuah keharusan.

        Dalam perspektif Imam Khomeini, semua tanah Palestina adalah milik umat Islam dan tidak ada individu atau pemerintah mana pun yang berhak menyerahkan, meski sejengkalnya saja. Segala bentuk kompromi dalam persoalan ini berarti termasuk penentangan terhadap Islam dan syariat Nabi Muhammad saw.

        Imam Khomeini, dari sisi lain, memandang persoalan Palestina sebagai sebuah persoalan kemanusiaan. Kejahatan rezim Zionis terhadap bangsa Palestina menandakan sikap anti rezim ini dan para pendukungnya terhadap kemanusiaan dan kemerdekaan. Akhirnya, setiap manusia dari agama dan aliran mana pun memiliki kewajiban untuk bangkit mendukung dan membela bangsa tertindas ini.

        Pandangan dan pencerahan Imam Khomeini beserta argumen dan bukti-bukti yang ada dari tindakan Israel menyebabkan isu Palestina berubah dari isu Arab menjadi arus dan tren global yang berlandaskan kepada dua pilar, yaitu dukungan kepada yang tertindas dan perlawanan terhadap arogansi dan kolonialisme. Di satu sisi, PBB melalui sebuah resolusinya mengakui perlawanan ini sebagai hak-hak pasti rakyat Palestina yang tidak dapat dicabut.

        Kini, seluruh arus perlawanan Palestina yang disambut rakyat Palestina dan memiliki peran dalam pembentukan dan kelanjutan Intifada Kedua, secara langsung terpengaruh oleh pemikiran Imam Khomeini dan Revolusi Islam. Mereka meyakini, satu-satunya jalan kemenangan adalah dengan lenyapnya Israel secara total.

        Baitul Maqdis adalah kiblat pertama umat Islam dan kota agama ketiga mereka yang memiliki keterkaitan dengan akidah umat Islam. Karena itu, ikatan hubungan Imam Khomeini dengan Palestina dan Baitul Maqdis bukan sebuah ikatan hubungan baru.

        Isu ini telah menjadi perhatian beliau sejak awal dekade 40-an. Imam Khomeini memandang, Syah (Mohammad Reza Pahlavi, juga dikenal dengan Mohammad Reza Shah, adalah Syah [Raja] Iran terakhir dari 16 September 1941 hingga penggulingannya dalam Revolusi Iran pada 11 Februari 1979. Karena statusnya sebagai Syah terakhir Iran, ia sering dikenal sebagai Syah saja), Amerika, dan Israel sebagai komplotan yang bersekutu melawan Islam.

        Imam Khomeini pada 1962 mengumumkan: “Berdasarkan kewajiban syar’i terhadap bangsa Iran dan umat Islam di dunia, saya mengingatkan akan adanya bahaya di depan. Alquran dan Islam berada dalam bahaya.”

        Pasca Revolusi Islam Iran pun, Imam Khomeini semakin mengikuti perkembangan isu Palestina dan dalam berbagai kesempatan selalu mengingatkan bahaya Israel dan Zionis. Dari ucapan-ucapan Imam Khomeini, dapat disimpulkan pokok-pokok persoalan Palestina dalam pemikirannya sebagai berikut:

        - Pemisahan persoalan Yahudi dari Zionisme

        - Menyerukan umat Islam untuk bersatu melawan Israel

        - Mengalokasikan dana keagamaan untuk para pejuang Palestina

        - Menjadikan Jumat terakhir bulan suci Ramadhan sebagai Hari Quds Sedunia

        - Penghapusan Israel

        Secara umum, fungsi terpenting dari pemikiran Imam Khomeini dalam persoalan Palestina dapat disebutkan sebagai berikut: Mengungkap sifat rasis dan anti-kemanusiaan dari rezim Zionis, pembentukan dan kemenangan gerakan Islam dan kesyahidan pada arus perlawanan rakyat Palestina, kegagalan kompromi dan rencana AS di Timur Tengah dan sambutan dunia untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina melawan Zionisme.

        Imam Khomeini menyebut perang melawan Zionisme internasional dan kekuatan ambisius sebagai sebuah perang abadi antara kaum mustadhafin (tertindas) dengan mereka. Sang Imam juga melihat Palestina dan Quds (Yerusalem) sebagai poros gerakan ini dan memaparkan ajaran Islam sebagai poros ideologi perlawanan ini. Karena Zionisme telah melucuti hampir semua ajaran agama dan non-agama lainnya di bidang perlawanan terhadap mereka.

        Hari ini, pemikiran Islam sendiri masih tegak di hadapan arus ini. Melihat perkembangan di tingkat internasional dan bahwa perang atau perlawanan nyata terjadi antara Zionisme dengan Islam, maka lapisan masyarakat dunia yang tertindas yang disebut oleh Imam Khomeini sebagai mustadhafin, secara alami terinspirasi dari ideologi Islam dan mampu berdiri melawan Zionisme serta besar harapan meraih kemenangan.

        Karena Palestina adalah wilayah pertama dari perang ini, mendukung kemerdekaan Palestina menjadi sebuah taklif (kewajiban) global. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: