Safari politik yang dilakukan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY ke sejumlah kepala daerah yang punya elektabilitas tinggi di pasar capres, dinilai sebagai upaya penjajakan untuk memilih pasangan “kawin” di Pilpres 2024. AHY yang namanya juga moncer di bursa capres, mengakui sejumlah tokoh yang ditemuinya itu adalah tokoh-tokoh hebat dan baik. Siapa yang akan dipilih? “Masih nunggu yang klik,” jawab AHY, penuh senyum.
Kemarin, AHY berkunjung ke redaksi Rakyat Merdeka, di Gedung Graha Pena, Jakarta, kemarin. AHY tiba di lokasi sekitar pukul 4.15 sore dengan menumpang mobil Sprinter warna hitam.
AHY tak sendiri. Turut mendampingi Sekjen Teuku Riefky Harsa, Kepala Badan Komunikasi Strategis Herzaky Mahendra Putra, dan Wasekjen Agust Jovan Latuconsina. Rombongan disambut Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara, Pemimpin Umum Ratna Susilowati, Pemimpin Redaksi Riki Handayani, Wapemred Kartika Sari dan awak redaksi lainnya.
Baca Juga: Satu Tahun Jadi Juru Bicara: Ini Bukan tentang Angka
Seperti biasa AHY tampil necis. Memakai kemeja lengan panjang dibalut blazer hitam dengan pin Demokrat tersemat di dada kanannya. Rambutnya tersisir rapi. Empat tahun berkiprah di dunia politik, tampaknya membuat perubahan besar pada penampilan AHY. Pensiunan tentara berpangkat mayor ini jauh lebih matang, dibanding saat muncul di Pilgub DKI Jakarta 2017, atau saat pertama kali AHY nyemplung ke dunia politik.
Kini, gaya bicaranya luwes, kalem, tapi tetap lugas. Omongannya tertata, rapi, dan lebih greget. Sesekali, ia juga bisa menyelipkan humor yang bikin suasana tidak “garing”.
Selama hampir dua jam, putra sulung Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, bicara macam-macam. Mulai dari urusan penanganan pandemi Covid-19, cerita drama kudeta partai, sampai isu yang paling hot: soal Pilpres 2024.
Soal Pilpres, AHY mengakui, memang makin sering terdengar. Tak hanya diucapkan kalangan elite, tapi juga diobrolin oleh rakyat biasa di warung-warung kopi. Rakyat bukan hanya menggosipkan, tapi sudah sampai tahap membuat simulasi sendiri-sendiri.
"Si A dipasangkan dengan si B. Si B diduetkan dengan si C. Rakyat sudah seperti pengamat yang kawakan," tutur AHY.
Baca Juga: Mahfud Bocorkan Reaksi Jokowi Ada Pasal Hina Presiden di RUU KUHP
Baca Juga: Ahli Virologi dan Molekuler Biologi: Semua Vaksin Covid-19 Aman dan Sudah Diuji
Suami Anisa Pohan ini terus mengikuti setiap perkembangan isu pilpres. Ia juga mendengarkan apa yang diinginkan masyarakat. Yang paling banyak ditangkapnya dari keinginan rakyat di Pilpres 2024, kandidat yang bertarung lebih variatif dan lebih segar.
"Mereka ingin ada alternatif. Ingin ada yang baru. Bukan yang itu-itu saja. Rakyat gak mau lu lagi lu lagi," katanya, sambil tertawa.
Baca Juga: Satu Tahun Jadi Juru Bicara: Ini Bukan tentang Angka
Dia yakin, dengan banyak pilihan calon pemimpin, Pilpres 2014 akan semakin semarak dan berkualitas. Tak akan ada keterbelahan yang tinggi.
Hanya saja, kata AHY, dengan aturan pemilu saat ini, peluang itu masih sulit terwujud. Pilpres, misalnya masih menggunakan tiket 2019. Belum lagi ambang batas pencalonan presidential treshold 20 persen. Dengan aturan ini, otomatis yang berpeluang maju adalah partai besar. Apalagi kalau capresnya memborong partai.
Bagaimana Demokrat? Kata dia, Demokrat tentu tahu diri. Dengan modal suara nasional 7,7 persen dan perolehan kursi DPR sebesar 9,7 persen, partainya tak punya banyak pilihan. Untuk mengusung capres, Demokrat harus berkoalisi. Jika berkoalisi dengan hanya dua partai, Demokrat hanya bisa dengan PDIP, Gerindra, dan Golkar. Dengan yang lain, minimal harus tiga partai. Tentu daya tawar politiknya lebih sulit lagi. “Tapi, inilah tantangannya. Itulah seninya dalam politik,” ujarnya.
Lalu, bagaimana soal capres? Ia menyatakan, sudah menemui para ketua umum parpol dan banyak gubernur. Dalam pertemuan itu, ada yang terbuka dan diliput media, ada juga yang tertutup. Secara umum, AHY bilang, pertemuan dengan para gubernur itu berlangsung hangat dan cair. Tapi semuanya masih dalam tahap pendekatan. Masih sama-sama membangun chemistry, melihat visi dan misi. Melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing. Meski begitu, kata dia, peluang masih sangat terbuka dengan semua pihak.
Lalu mau dikawinkan dengan siapa? Soal pilpres, idealnya, kata dia, seperti orang mau kawin. Dilandasi suka sama suka. Namun, dalam politik kadang tidak seperti itu. Jarang pasangan karena suka sama suka. Apalagi dengan sistem multi partai.
"Kadang, akhirnya dipaksa kawin. Jadi sangat kompleks," ungkapnya.
Dari tokoh yang sudah ditemui, siapa yang paling dapat chemistry-nya? AHY bilang masih terlalu prematur bicara saat ini. Orang yang ditemuinya adalah orang-orang hebat dan pintar, punya pengalaman dan peluang. Jodoh kadang datangnya tidak disangka-sangka.
"Mungkin bukan cinta pada pandangan pertama. Jangan-jangan ada satu momentum yang membuat kita klik atau nyambung. Kita menunggu momentum itu," katanya.
Baca Juga: Ahli Virologi dan Molekuler Biologi: Semua Vaksin Covid-19 Aman dan Sudah Diuji
Hikmah Kudeta Moeldoko
Selain soal capres, AHY bicara banyak soal kudeta Partai Demokrat yang digalang eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko.
AHY mengulang cerita dari awal drama kudeta itu muncul, sampai kudeta itu berakhir dengan kegagalan total. Ceritanya hampir semua sudah diceritakan AHY dan sudah tayang di berbagai media, baik cetak, elektronik maupun online.
Satu hal yang belum diungkap ke publik terkait reaksi SBY saat pertama kali AHY menyampaikan laporan adanya gerakan kudeta. AHY mengira SBY akan langsung marah besar. Tapi, dugaannya salah besar.
Baca Juga: 'Gemes' Dengar Isu Presiden 3 Periode Terus-menerus, AHY: Bisa Seumur Hidup Nanti
“Pak SBY begitu tenang,” ungkap AHY. “Kalau kamu bisa melalui ini, ini peluang besar untuk kamu,” itu kalimat yang diingat AHY. Itu pesan yang penuh makna yang disampaikan seorang ayah, seorang pemimpin yang 10 tahun menakhodai kapal bernama Indonesia ini.
Apakah peluang besar itu akan segera diraih AHY karena kudeta yang datang itu bisa diatasi? Kita tunggu saja. Yang pasti, kata AHY, saat ini hikmah pasca kudeta ini, benar-benar sedang dipanen Demokrat. Demokrat semakin solid. Dari puncak sampai akar. Simpati rakyat ke Demokrat juga begitu tinggi. Dari Sabang sampai Merauke. “Sangat tinggi sekali,” ucap AHY sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti