Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pentingnya Reinventing Human Capital di Situasi Pandemi

        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Di tengah situasi pandemi Covid-19, human capital memegang peran krusial dalam memastikan kesehatan, keamanan dan kenyamanan karyawan sehingga mampu bekerja secara optimal di suatu perusahaan.

        Human capital kini dituntut untuk bertindak cepat dan mengambil keputusan yang tepat karena karyawan merupakan aset paling berharga bagi perusahaan.

        Menyoroti topik mengenai dinamika human capital, Majalah SWA berkolaborasi dengan Lintasarta dan Owlexa Healthcare mengadakan Webinar Series HR Talk 2021 “Reinventing Human Capital in the New Normal Era” bersama sejumlah pakar dalam bidang human capital management yakni Senior Expert of HR Practice Josef Bataona, SVP HCM Lintasarta Triharry Darmawan Oetji, dan Senior Advisor Owlexa Healthcare Indar Siswanto.

        Acara HR Talk yang digelar secara virual, Selasa (27/7/2021) dimoderatori Teguh S. Pambudi, Redaktur Kompartemen Majalah SWA.

        Dalam pemaparannya, Josef Bataona yang pernah menjabat sebagai Direktur HR di beberapa perusahaan menyampaikan bahwa belum pernah dialami sebelumnya betapa peran human capital mendapat panggung istimewa hadir di atas pentas bisnis. Kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin. 

        Saat kita membicarakan industri 4.0, disrupsi, serta digitalisasi pada praktiknya irama penerapan hal tersebut berbeda di berbagai industri.

        Namun begitu Covid-19 hadir, semua dipaksa bersahabat dengan teknologi. Berbagai aplikasi mulai dari talent acquisition hingga karyawan pensiun telah diperkenalkan dan semua dipaksa untuk belajar.

        Menurut Josef, banyak strategi human capital dirancang seputar akselerasi digitalisasi. Tetapi yang perlu digarisbawahi, ini bukan saja berkaitan dengan penggunaan teknologi, melainkan terkait perubahan perilaku dan mindset.

        “Dan satu hal yang juga tidak kalah penting terkait komunikasi di era pandemi yang dilakukan secara online, kalau bisa harus mempertahankan human touch,” tuturnya.

        Sementara Triharry Darmawan Oetji berpendapat bahwa agar bisa reinventing human capital, maka hal yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah pemahaman mengenai new normal.

        Di Lintasarta, kata Triharry new normal berarti era digital dan kondisi pandemi itu sendiri. Era digital memungkinkan semua hal dapat diakses kapanpun dan di manapun. Sedangkan kondisi pandemi memaksa terjadinya perubahan dengan lebih cepat, dari yang biasanya kita melakukan physical mobility bergeser ke digital mobility. 

        "Digital mobility dapat diartikan sebagai perpindahan orang untuk menggunakan satu aplikasi ke aplikasi lainnya,” kata Triharry.

        Perubahan-perubahan ini harus didukung dengan perubahan mindset dan teknologi pendukungnya. Triharry menilai hal inilah yang mungkin masih menjadi tantangan bagi sejumlah perusahaan.

        Sebab terkadang situasinya adalah mindset sudah siap, tetapi teknologinya belum siap. Atau sebaliknya, ketika teknologi yang mumpuni sudah siap, namun ternyata mindset orangnya belum siap. 

        “Yang paling ideal adalah bagaimana mengubah people mindset dan menggunakan teknologi sebagai leverage,” Triharry berpesan.

        Sebagai gambaran, Lintasarta memiliki pengelolaan human capital berbasis digital melalui Lintasarta Digital Employee Experience Framework. Kerangka kerja ini terdiri dari attracting, acquisition & onboarding, perform, reward, development, dan off-boarding.

        Lintasarta Digital Employee Experience dirancang untuk memastikan seluruh karyawan Lintasarta memiliki akses terhadap semua informasi, kebijakan, proses dan program yang terkait dengan pengelolaan sumber daya manusia kapan saja dan di mana saja.

        Adapun Indar Siswanto menekankan bahwa teknologi merupakan kunci bagi perubahan. Meski demikian, perubahan tersebut harus dilakukan dengan bijak karena sasaran yang dilayani adalah people.  Perusahaan bisa memberikan pengalaman yang berharga dan berkesan bagi karyawan dengan mengoptimalkan teknologi karena saat ini orang-orang bekerja secara berjauhan atau dari rumah. 

        "Diharapkan teknologi bisa memaksimalkan fungsi human capital yang mana tidak hanya membantu aktivitas yang sifatnya rutin/administratif, melainkan juga ke hal yang lebih strategis sebagai business partner bahkan game changer,” ungkap Indar.

        Menghadapi persoalan kesehatan dan keamanan dalam situasi pandemi, karyawan tentu merasakan kekhawatiran dan kecemasan dalam menjalankan aktivitasnya.

        Karena itu, perusahaan perlu menciptakaan sebuah journey di mana salah satunya berupa digital health benefit untuk memberikan pengalaman positif bagi karyawan.

        Menurut Josef, health benefit perlu dilihat lebih dalam maknanya bukan sekadar paket remunerasi. Berdasarkan pengalamannya sebagai HR Director di Unilever, Danamon dan Indofood, Josef mengkampanyekan untuk menjaga kesehatan karyawan supaya ketika pensiun perusahaan bisa "mengembalikan" sang karyawan kepada keluarga dalam keadaan sehat.

        Kampanye itu tidak hanya ditunjukan kepada karyawan yang memasuki masa pensiun, tetapi kepada semua orang di perusahaan.

        Selaras dengan itu, Triharry menjelaskan digital health benefit adalah salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan keterikatan emosional (engagement) karyawan terhadap perusahaan, terutama dalam parameter yang terkait dengan kompensasi dan tunjangan.

        Berbagai fitur dalam Digital Health Benefit Lintasarta antara lain easy cashless transaction, informasi lokasi rumah sakit 24/7, telemedicine, 24/7 helpdesk, 24/7 chat with doctor, health benefit claim analytic, serta 24/7 claim information.

        Digital health benefit tersebut didukung oleh layanan bisnis kesehatan elektronik dalam aplikasi Owlexa Healtcare yang dikembangkan Lintasarta. Owlexa Healtcare saat ini memiliki 3.800 provider terdiri rumah sakit, klinik, apotek, optik, pesan antar, BPJS Kesehatan, hingga asuransi.

        Layanan Owlexa mencakup eligibility dan payment, case monitoring, dan verification claim sampai dengan pembayaran tagihan penyedia pelayanan kesehatan dan reimbursement ke peserta.

        “Dalam situasi saat ini, HR harus menjadi pemimpin untuk bisa naik kelas dari yang perannya hanya sebatas administratif menjadi lebih strategis. Kami siap untuk berkolaborasi dengan berbagai perusahaan untuk bisa menerapkan digital health benefit yang fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan karyawan,” papar Indar.

        Mengakhiri diskusi ini, Josef menyampaikan bahwa cara perusahaan memperlakukan karyawan selama pandemi akan berdampak pada loyalty, motivation dan overall satisfaction bagi karyawan.

        Berbagai inisiatif digital yang dijalankan juga tetap harus memperhatikan unsur human touch karena akan berdampak pada employee experience dan engagement.

        Di ruang Zoom, acara HR Talk ini diikuti hingga sekitar 200 orang peserta, yang mayoritasnya merupakan para praktisi di bidang HR.

        Di luar itu, ada pula peserta yang mengikutinya lewat kanal Youtube Swamediainc. HR Talk yang berlangsung selama sekitar 2 jam ini juga diramaikan rentetan pertanyaan dari para peserta.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: