Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jeff Bezos Makin Agresif! Gak Terima Keputusan NASA, SpaceX Elon Musk Malah Dihina!

        Jeff Bezos Makin Agresif! Gak Terima Keputusan NASA, SpaceX Elon Musk Malah Dihina! Kredit Foto: Antara/Joshua Roberts
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perusahaan antariksa Jeff Bezos, Blue Origin makin agresif. Baru-baru ini, Blue Origin menyerang dan mengkritik keputusan NASA untuk menghadiahkan SpaceX kepada Elon Musk satu-satunya kontrak untuk membangun pendaratan astronot di bulan.

        Dalam infografis yang diterbitkan di situs web Blue Origin, mereka menuliskan perusahaan bernama SpaceX menggunakan Starship untuk mengangkut astronot NASA ke permukaan bulan dengan pendekatan yang "sangat kompleks & berisiko tinggi".

        Blue Origin mengacu pada kritik yang dibuat oleh pejabat NASA dalam mengevaluasi Starship untuk program pendarat bulan.

        Baca Juga: Perlombaan Miliarder ke Luar Angkasa Makin Ramai, Jeff Bezos dkk Punya Saingan Baru! Siapa Dia?

        “Ada sejumlah teknologi, pengembangan, dan operasi yang belum pernah dilakukan sebelumnya untuk Starship mendarat di Bulan,” tulis Blue Origin sebagaimana dikutip dari CNBC International di Jakarta, Kamis (5/8/21).

        Jumat lalu, Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS membantah protes Blue Origin tentang NASA yang memberi SpaceX kontrak USD2,9 miliar (Rp41,5 triliun) di bawah program Sistem Pendaratan Manusia.

        Dalam tiga dokumen satu halaman, Blue Origin mencela keputusan NASA sebagai salah untuk kepemimpinan Amerika di luar angkasa dan mengulangi kritik bahwa badan antariksa itu "menjalankan kompetisi yang tidak konsisten dan tidak adil".

        “NASA menjalankan akuisisi yang cacat dan mengabaikan risiko signifikan dari model satu penyedia,” tulis Blue Origin.

        Selain mengkritik kompleksitas Starship, Blue Origin menekankan bahwa SpaceX di Texas tidak pernah melakukan peluncuran orbital. Namun perusahaan Musk telah meluncurkan lebih dari 100 peluncuran orbital yang sukses dengan roket Falcon 9-nya, dan perusahaan Bezos belum mencapai orbit sama sekali.

        SpaceX juga sedang dalam persiapan akhir untuk upaya peluncuran orbital pertama Starship, setelah menyelesaikan peluncuran dan pendaratan prototipe Starship di ketinggian tinggi pada bulan Mei.

        Blue Origin membuat perbandingan teknis tambahan bahwa rencana SpaceX membutuhkan lebih dari 10 peluncuran Starship untuk mendarat sekali di bulan juga belum pernah dilakukan sebelumnya.

        Terakhir, Blue Origin membandingkan ketinggian pintu keluar astronot. Pintu keluar Starship adalah 126 kaki dari tanah, dan secara konseptual menggunakan lift untuk membawa astronot ke permukaan, sedangkan pendarat Blue Origin berjarak 32 kaki dari tanah dan mengharuskan kru turun dari tangga panjang.

        Satu perbandingan yang tidak dilakukan Blue Origin adalah dalam hal biaya. NASA mengutip biaya sebagai faktor utama dalam keputusannya untuk memilih satu pemenang di bawah Sistem Pendaratan Manusia. Ini karena Kongres memberi badan tersebut hanya 'sedikit' anggaran. SpaceX menawar USD2,9 miliar, sementara Blue Origin kira-kira dua kali lipat menjadi USD5,99 miliar.

        Pada putaran pertama kontrak Sistem Pendaratan Manusia, NASA membagikan hampir USD1 miliar dalam penghargaan pengembangan konsep dengan SpaceX menerima USD135 juta, Dynetics mendapatkan USD253 juta, dan Blue Origin menerima USD579 juta.

        Untuk bagiannya, Blue Origin memanfaatkan mesin roket dan teknologi pendaratan yang diasah dengan roket pariwisata ruang angkasa suborbital New Shepard selama 16 penerbangan.

        Blue Origin juga menekankan bahwa pendekatannya lebih sederhana daripada SpaceX, karena pendarat Bezos hanya membutuhkan tiga peluncuran dan memiliki tempat pertemuan di luar angkasa yang jauh lebih sedikit.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: