Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Suksesnya Tiga Sahabat Membangun Jamu Air Mancur, dari Surakarta hingga ke Berbagai Negara

Suksesnya Tiga Sahabat Membangun Jamu Air Mancur, dari Surakarta hingga ke Berbagai Negara Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Jamu Air Mancur adalah salah satu pelopor dalam industri jamu Indonesia yang telah berkontribusi besar dalam melestarikan, memodernisasi, dan memperkenalkan warisan pengobatan tradisional Nusantara ke dunia. Cerita keberhasilan perusahaan ini bermula dari tiga sahabat Lambertus Wonosantoso, Rudy Hindrotanojo, dan Kimun Ongkosandjojo.

Perusahaan besar ini dimulai di sebuah rumah sederhana di Pucang Sawit, Surakarta, Jawa Tengah. Lambertus Wonosantoso, dengan bantuan 11 karyawan, mulai meramu jamu menggunakan alat-alat yang masih sangat tradisional. Semua proses dari sortasi, pembersihan bahan, penggilingan, hingga pengemasan dilakukan secara manual. Dengan tekad kuat dan semangat pantang menyerah, Lambertus berhasil memasarkan produk-produk jamunya ke Jakarta.

Melihat potensi besar dari usaha ini, pada tahun 1963 Lambertus mengajak dua sahabatnya, Rudy Hindrotanojo dan Kimun Ongkosandjojo, untuk bergabung memperkuat bisnis. Bersama-sama, mereka bekerja keras hingga mampu membeli mesin modern bekas.

Pada 23 Desember 1963, usaha mereka resmi menjadi sebuah badan hukum dengan nama PT Air Mancur, yang berkedudukan di Wonogiri. Tak lama kemudian, seluruh operasional dipindahkan dari Surakarta ke Wonogiri, dan jumlah karyawan meningkat menjadi 50 orang.

Seiring ketenaran jamu Air Mancur yang terus meningkat, perusahaan ini terus memperluas kapasitas produksinya. Tahun 1969, karyawan bertambah menjadi 68 orang dan pabrik baru pun dibangun di Jalan Pelem, Wonogiri. Pabrik lama di Pucang Sawit dialihfungsikan menjadi gudang penyimpanan bahan baku.

Pada tahun 1973, berkat permintaan pasar yang semakin besar, Air Mancur mendirikan pabrik baru di Dusun Tegalharjo, Palur, Karanganyar. Jumlah karyawan melonjak menjadi sekitar 1.000 orang, mengukuhkan posisi PT Air Mancur sebagai salah satu perusahaan jamu terbesar di Indonesia. Bahkan di tahun 1974, jumlah karyawan mencapai 1.400 orang, disertai dengan pembangunan laboratorium baru untuk memperkuat standar mutu produk.

Baca Juga: Cerita Handojo Santosa Bawa Japfa Selamat dari Krisis dan Sukses Mendunia

Tidak hanya fokus pada pasar domestik, Air Mancur mulai merambah ekspor ke negara-negara Asia Tenggara pada awal tahun 1970-an, membuka jalan menuju pasar internasional.

Air Mancur terus berbenah diri seiring perkembangan zaman. Pada tahun 2001, mereka mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), menegaskan komitmen terhadap kualitas dan kepercayaan konsumen.

Tahun 2014 menjadi tonggak penting lainnya ketika perusahaan memisahkan beberapa lini bisnisnya, seperti PT Madurasa Unggulan Nusantara dan PT Harum Sari Nusantara, sekaligus membangun sistem distribusi sendiri untuk mempercepat layanan ke pasar.

Keberhasilan Air Mancur juga tercermin dari pengakuan internasional. Pada 2016, perusahaan ini mengantongi sertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) untuk 12 jenis produk. Dua tahun kemudian, Air Mancur memperoleh sertifikasi ISO 9001:2015, menegaskan posisinya sebagai perusahaan yang berstandar global.

Kini, PT Jamu Air Mancur mengoperasikan beberapa unit pabrik di Solo, Wonogiri, dan Karanganyar, dengan jumlah karyawan sekitar 1.800 orang. Produk-produknya telah melanglang buana ke berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Taiwan, Hong Kong, bahkan hingga ke Timur Tengah dan Afrika.

Pada Desember 2019, langkah besar kembali diambil ketika Combiphar, perusahaan kesehatan terkemuka, mengakuisisi mayoritas saham Air Mancur Group. Akuisisi ini bertujuan memperkuat portofolio Combiphar di bidang pengobatan preventif, dengan mengintegrasikan kekuatan produk tradisional Air Mancur, termasuk jamu dan Madurasa, ke dalam strategi bisnis global mereka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: