Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        INDEF Sebut Struktur Ekonomi Masih Didominasi Sektor Rumah Tangga

        INDEF Sebut Struktur Ekonomi Masih Didominasi Sektor Rumah Tangga Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Presiden Joko Widodo dalam pidato penyampaian RUU APBN Tahun 2022 beserta nota keuangannya pada Senin (16/8/2021) secara lebih lanjut sempat menyinggung soal kemandirian nasional, terutama industri farmasi, obat-obatan, vaksin, dan peralatan medis yang tumbuh berkembang selama pandemi Covid-19.

        Hal tersebut mengundang komentar Eisha M. Rachbini, Peneliti Centre of Industry, Trade, and Investment Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Menurutnya, saat ini struktur ekonomi Indonesia masih dinominasi sektor rumah tangga sehingga belum menunjukan optimalisasi.

        Baca Juga: Pemerintah Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 2022 Capai 5 Persen, INDEF: Kurang Realistis!

        "Seharusnya bagaimana kita mendorong hilirasasi investasi dan ekspor," ujarnya dalam diskusi publik Merespons Pidato Kenegaraan dan Nota Keuangan RAPBN 2022, Selasa (17/8/2022).

        Eisha mengatakan, industri farmasi dan obat memiliki karakter padat modal dan capital insentive sector dan membutuhkan investasi yang mahal. Sebab, membutuhkan bahan baku yang belum bisa diproduksi di Indonesia. Jika mampu dihilirasasi, caranya dengan menyediakan bahan baku yang diperlukan industri farmasi yang membutuhkan high technology dan research development.

        Tahun 2018 misalnya, industri manufaktur berdasarkan subsektor jika dilihat dari posisi nilai tambah industri kimia dan farmasi ini di sekitar angka 8,5 persen ditambah 2,2 persen. Sektor industri ini memberikan peran terhadap nilai tambah total manufaktur.

        "Selama ini industri manufaktur masih didominasi oleh sektor makanan, tekstil, dan pakaian jadi dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi," ujarnya.

        Selama ini, kata Eisha, industri kimia dan obat-obatan masih ketergantungan terhadap bahan baku. Hal tersebut menyebabkan impor produk kesehatan mengalami peningkatan, walaupun untuk totalnya, termasuk dalam kelompok Kimia (chemical). Walaupun kelompok chemical ini secara umum turun impornya di Indonesia yang di dalamnya memuat produk farmasi, obat-obatan, alat medis yang meningkat selama pandemi.

        "Kita bisa lihat ternyata proporsi impor lebih banyak di Raw Material dan barang input atau bahan dasar. Ini terjadi penurunan yang sangat tajam selama pandemi karena industri kita tidak mengimpor Raw Material dan bahan input karena tidak ada produksi akibat pengetatan aktivitas ekonomi," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: