Minta Orang Lebih Beradab, Pak Moeldoko Dengerin Tinju Cs AHY! Tukang Begal Nyaranin Tata Krama
Politisi Partai Demokrat Rachland Nashidik ikut merespons pernyataan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang meminta publik menyampaikan kritik kepada pemerintah dengan cara yang beradab.
“Dengarkan ini. Nasehat tata krama dari begal partai. Orang yang tak malu mengaku sebagai Ketua Partai, meski gagal bikin kongres abal-abal dan klaimnya ditolak pemerintah,” cuitnya dalam akun Twitternya @rachlannashidik, seperti dilihat, Kamis (19/8/2021). Baca Juga: Kok, Pidato Pak Jokowi Tak Singgung Korupsi? Moeldoko Beri Jawaban
Selain itu, pihaknya juga membagikan tautan berita berjudul “Mural 404: Not Found Dihapus, Moeldoko: Jangan Sembarangan Menggambar”.
Diketahui, Moeldoko mendapat kecaman dari sejumlah pihak atas digelarnya Kongres Partai Luar Biasa (KLB) Demokrat beberapa waktu lalu, dan terpilih dirinya seabgai Ketua Umum Demokrat hasil KLB. Baca Juga: Kisruh Demokrat Lanjut, Kubu AHY: Ada Pihak yang Buat Keruh Situasi
Atas kongres tersebut, Moeldoko pun dianggap mengkhianati Susilo Bambang Yudhono (SBY) yang pernah mengangkatnya sebagai Panglima TNI.
“Orang yang mengkhianati seniornya sendiri yang memberinya bintang dan mengangkat karirnya ke puncak,” cetus anak buah Ketum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Sebelumnya, Moeldoko mengatakan kritik merupakan hal lumrah dalam suatu pemerintahan, termasuk di antaranya menggunakan mural.
Namun, ia meminta kepada masyarakat untuk tidak sembarangan menyampaikan sesuatu kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya, Jokowi adalah orang tua rakyat Indonesia yang perlu dihormati.
Hal tersebut dikatakan terkait hebohnya mural seperti gambar wajah Jokowi dengan tulisan '404: Not Found, yang kini telah dihapus aparat keamanan.
"Karena apapun presiden adalah orang tua kita, yang perlu, sekali lagi perlu untuk kita hormati," katanya kepada wartawan, Rabu (18/8/2021).
Lanjutnya, ia mengatakan bahwa Jokowi selalu terbuka terhadap kritik-kritik kepada dirinya.
Namun, ia meminta kepada masyarakat untuk menyampaikan kritik dengan cara yang beradab.
"Tata krama ukuran-ukuran culture kita supaya dikedepankan, bukan hanya sekedar berbicara antikritik, antikritik," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil