Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Segitunya Banget Belain Taliban, Pak JK, Mending Bapak Nyapres di Afghanistan, Mumpung Kosong!

        Segitunya Banget Belain Taliban, Pak JK, Mending Bapak Nyapres di Afghanistan, Mumpung Kosong! Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Salah satu netizen NayDonuts pengguna akun Twitter, ikut membagikan video wawancara Wakil Presiden periode 2004-2009 dan 2014-2019 Jusuf Kalla (JK) terkait peristiwa kelompok Islam Taliban berhasil mengkudeta Pemerintah Afghanistan.

        Karena pernyataan tersebut, netizen menilai pernyataan JK cenderung membela Taliban. Baca Juga: Orang Dekat Beberkan Peran JK Damaikan Dua Kubu di Afghanistan

        “WIDIH. Pak_JK. Segitunya ngebelain Taliban?,” cuit netizen NayDonuts.

        Karena itu juga, netizen tersebut menyindir JK dengan menyebut kursi presiden Afghanistan masih kosong. Baca Juga: JK Sampai Kena Caci hingga Disebut Taliban Indonesia, Jubir Bantah Omongan Warganet

        “Mumpung kursi Presiden disana lagi kosong, daftar jadi Capres disana aja Pak, biar KAFFAH gituh, kita dukung deh,” cetusnya.

        Sementara itu, Politisi Ferdinand Hutahaean mengaku setuju dengan usulan netizen tersebut.

        "Boleh juga ide netizen ini. Saya setuju dan mendukung sepenuhnya..! Ayo pak, semangat..!!" cuitnya.

        Terlihat, dalam video tersebut, JK menjawab pertanyaan dari presenter Kompas TV terkait sosok kelompok Taliban di mata masyarakat Afghanistan.

        “Ini bagaimana sebenarnya Taliban di mata masyarakat Afghanistan?,” tanya sang presenter.

        “Pemerintah (Afghanistan) tahun 1996 sampai 2001 itu sangat keras, radikal, ototiter sehingga rakyat Afghanistan trauma akan pemerintahan itu,” jawab JK.

        Namun, sambungnya, saat ini  Taliban pastinya akan belajar dari sikap pemerintahan Afghanistan yang otoriter itu.

        “Tapi sekarang saya kira Taliban juga belajar bahwa dengan cara begitu (otoriter) mereka tidak bisa mengembangkan negaranya,” tuturnya.

        “Oleh karena itu, saya yakin mereka akan berubah, tidak lagi radikal dan se-otoriter zaman pemerintah mereka tahun 1996 itu,” ujarnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: