Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Waduh Gawat Nih Omongan JK yang Terkesan Belain Taliban, Pejabat Intelijen Dibuat Khawatir...

        Waduh Gawat Nih Omongan JK yang Terkesan Belain Taliban, Pejabat Intelijen Dibuat Khawatir... Kredit Foto: Instagram/Jusuf Kalla
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat politik dari Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, menilai pernyataan mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla atau JK yang mendukung kelompok Taliban yang kini berhasil menguasai pemerintah Afghanistan, sangat berbahaya.

        Jerry menilai, pernyataan Jusuf Kalla sebenarnya sangat berbahaya terkait pernuataannya soal tidak akan ada lagi perang saudara di Afghanistan karena Kabul sudah jatuh ke tangan Taliban. Baca Juga: Jusuf Kalla Kaget Taliban Cepat Kuasai Kabul

        Hal itu lantaran, kata Jerry, bagaimanapun Taliban merupakan kelompok sayap kiri yang perlu diwaspadai.

        Apalagi Taliban merupakan kelompok yang melakukan kudeta kekuasaan dan berusaha menggulingkan pemerinyahan Afghanistan. Baca Juga: Mendengar Pesan JK Atas Pendudukan Taliban di Kabul: Taliban Lebih Moderat...

        “Waduh gawat, Jusuf Kalla mendukung yang mengkudeta kekuasaan dan menggulingkan pemerintah,” kata Jerry, kepada wartawan, menyadur dari Hops.id -jaringan Suara.com, Kamis (19/8/2021).

        Dia juga mengimbau bahwa kejatuhan Afghanistan ke tangan Taliban hanya membuat terorisme menjadi ancaman nyata. Oleh karenanya, ia mengaku bingung dengan pernyataan JK yang mendukung adanya gerakan Taliban tersebut.

        Di samping itu, padahal kemenangan kelompok Taliban juga bisa memicu kekhawatiran tumbuhnya Al Qaeda di Afghanistan.

        “Para pejabat intelijen khawatir Afghanistan bisa menjadi magnet bagi para ekstremis,” ujarnya.

        Sebagaimana diketahui, Jusuf Kalla (JK) dalam tayangan wawancara di salah satu stasiun televisi baru-baru ini tampak mendukung aksi kelompok Islam Taliban mengkudeta Pemerintah Afghanistan.

        Dalam wawancara yang tayang di Kompas TV tersebut, awalnya JK mengungkapkan bahwa Pemerintah Afghanistan di tahun 1996 sampai 2001 cenderung radikal dan otoriter terhadap rakyat Afghanistan.

        “Pemerintah (Afghanistan) tahun 1996 sampai 2001 itu sangat keras, radikal, ototiter sehingga rakyat Afghanistan trauma akan pemerintahan itu,” ungkapnya.

        Akan tetapi, kata JK, sekarang ini Taliban pastinya akan belajar dari sikap pemerintahan Afghanistan yang otoriter itu.

        “Tapi sekarang saya kira Taliban juga belajar bahwa dengan cara begitu (otoriter) mereka tidak bisa mengembangkan negaranya,” kata JK.

        Jusuf Kalla pun mengaku yakin bahwa Taliban usai berhasil mengkudeta Presiden Abdul Ghani, tidak akan radikal dan otoriter terhadap rakyat Afghanistan.

        “Oleh karena itu, saya yakin mereka akan berubah, tidak lagi radikal dan se-otoriter zaman pemerintah mereka tahun 1996 itu,” ujarnya.

        Sementara itu, Juru Bicara JK, tudingan JK sebagai pelindung atau pembela Taliban di Indonesia, jelas tidak berdasar dan fitnah. Dia pun meluruskan berbagai tudingan menyesatkan yang dibuat warganet (netizen).

        "Pak JK tetap di jalan yang benar. Misi damai yang dirintisnya sejak 2018, berdialog dengan dua kubu Pemerintahan Ashraf Ghani dan kawan-kawan serta Taliban, Baradar dan kawan-kawan. Setidaknya berhasil meyakinkan mereka agar menyelesaikan masalah secara damai, tanpa kekerasan atau kontak senjata," ucap Uceng, sapaan akrabnya kepada Republika, Jumat (20/8).

        Dia menjelaskan, JK telah mengupayakan yang terbaik bagi kedua kubu di Afghanistan. Uceng menegaskan, sosok seperti JK sangat sulit ditemukan, lantaran bisa diterima kedua kubu yang bertikai di Afghanistan.

        "Untuk dipercaya dua pihak yang bertikai tidak mudah, apalagi yang sudah berkonflik puluhan tahun. Dan Pak JK mendapat kepercayaan itu dari kedua pihak untuk berdialog dan memediasi," ucap Uceng.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: