Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto mengatakan, JK yang pernah menjadi Wakil Presiden sebanyak dua kali ini dikenal sebagai politisi oportunis yang pandai melakukan manuver.
Termasuk manuver bos Kalla Group itu nongol untuk membicarakan masalah dinamika politik Afghanistan.
"JK dikenal pandai dalam membaca peluang dan melakukan kalkulasi politik, bagaimana pun JK sepertinya tengah membangun investasi dan jaminan politik di masa depan bagi dinasti politiknya," ujar Satyo, Minggu (22/8).
Apalagi kata Satyo, saat ini ada fenomena seperti Mahatir dan Joe Biden yang bisa merangsang dan menguatkan syahwat politik JK.
Syahwat yang dimaksudkan Satyo adalah membuat JK bertarung kembali di pertarungan Pilpres. Sebab, Mahathir dan Joe Biden menjadi Presiden terpilih saat usia tua.
Manuver JK dengan bicara di hadapan publik terkait kelompok Taliban adalah untuk mengikuti jejak politik Joe Biden yang kemudian terpilih Presiden 2024.
Satyo mengamati JK sebagai sosok politisi yang masih memiliki kekuatan, meski secara usia sudah tua.
"Dari segi umur JK boleh tua, tapi dalam dunia politik beliau masih power full," kata Satyo.
Satyo pun menyadari publik tidak pernah mendengar jika JK disebut-sebut dalam survei Capres-cawapres 2024. Namun, JK masih punya hak untuk menjadi Capres karena belum pernah menjadi Presiden.
"Namun tentunya ada faktor yang sulit dilawan bagi para politisi sepuh seperti pak JK yaitu profil pemilih muda yang tidak familiar dengan rekam jejak JK, selain itu adalah faktor kesehatan dan kecermatan karena faktor usia," kata Satyo.
"Berdasarkan hasil survei pun ternyata mayoritas rakyat Indonesia sekira 75 persennya menginginkan Presiden dan Wapres idealnya berusia pada kisaran 40-55 tahun," sambung Satyo menutup. RMOL
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat