Pejabat Senior: Pemerintah Afghanistan Bukan Taliban, Masih Otoritas yang Sah
Kredit Foto: AP Photo/Rahmat Gul
Konsul jenderal Afghanistan untuk Amerika Serikat Barat tetap pada posisinya meskipun Taliban mengambil alih negara itu dan mengharapkan pemerintah Afghanistan untuk tetap berkuasa "sampai dan kecuali ada transisi," katanya kepada Fox News dalam sebuah wawancara eksklusif.
"Saya masih konsul jenderal untuk Afghanistan," kata Aref Dostyar, yang menjabat peran itu sejak 2020, kepada Fox News dalam sebuah wawancara ekslusif.
Baca Juga: Taliban Perintahkan Wanita Afghanistan untuk di Rumah Saja, Pengamat: PBB Gagal
"Kami diakui oleh pemerintah Amerika Serikat. AS masih mengakui Republik Islam Afghanistan sebagai pemerintah yang sah. Saya pikir sampai dan kecuali ada transisi, ini akan terus berlanjut," lanjutnya, dikutip Kamis (26/8/2021).
Dostyar, bagaimanapun, mengakui "hal-hal telah berantakan" di Afghanistan sejak penarikan Amerika.
"Hal-hal telah berantakan di pihak Republik Islam, karena kepemimpinan pergi ke luar negeri, tentara hancur dan kementerian ditutup," kata pria berusia 31 tahun, yang belajar di AS di Universitas Notre Dame.
Taliban merebut Kabul lebih dari seminggu yang lalu, hampir 20 tahun setelah AS memasuki Afghanistan untuk membasmi kelompok ekstremis dan al Qaeda setelah serangan teror 9/11.
Dostyar mengatakan dia berharap Taliban memenuhi janji mereka untuk pemerintahan yang inklusif.
"Saya pikir kami telah mendengar beberapa hal baik, beberapa hal yang menjanjikan," katanya kepada Fox News. "Tapi mereka membutuhkan waktu dan tindakan untuk bisa percaya."
"Seperti membuka rekening bank yang kosong, dan terkadang tidak hanya kosong, tetapi memiliki saldo minus," kata Dostyar. "Dan, jadi jika Anda ingin pergi dan membeli sesuatu, itu sulit, karena Anda tidak memiliki apa pun di rekening bank Anda, Anda perlu menyetor ke rekening bank untuk dapat melakukan pembelian."
"Saya pikir situasi yang sama dalam politik sekarang," lanjutnya.
Presiden Biden mengumumkan pada Selasa bahwa dia tidak akan berusaha untuk memperpanjang batas waktu 31 Agustus untuk menarik semua pasukan AS dari Afghanistan, yang berpotensi meninggalkan puluhan ribu orang Amerika dan sekutu Afghanistan.
"Saya pikir Amerika Serikat membuat keputusannya sendiri berdasarkan bagaimana mereka menafsirkan kepentingan nasional mereka," kata Dostyar kepada Fox News.
"Dan saya pikir saya pasti telah belajar lebih banyak tentang bagaimana Amerika Serikat membuat keputusan, apa prioritas mereka, bahwa saya hanya dapat menyesuaikan tindakan masa depan saya dan keputusan masa depan saya berdasarkan pembelajaran baru saya selama beberapa tahun terakhir," lanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: