Hasto Gelar Sayembara Kuliti Jokowi Vs SBY, Rocky Nyamber, Arah-arahnya untuk Menghardik SBY
Pengamat politik Rocky Gerung ikut menyoroti aksi Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto yang membuka pendaftaran beasiswa sayembara membuat kajian perbandingan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo.
Karena itu, ia pun menilai jika sayembara tersebut sesuatu yang ajaib lantaran untuk memutarbalikkan data.
Baca Juga: Demokrat Tak Pusing Soal Perkataan Hasto PDIP tentang Presiden Mengarang Lagu: Kami Berbaik Sangka
"Jadi ajaib PDIP, mengajukan semacam sayembara untuk membalik data itu," katanya, di Jakarta, Kamis (28/10/2021) kemarin.
Lanjutnya, "Tentu dengan maksud agar supaya, kepemimpinan Jokowi bisa diberi pujian dan kepemimpinan SBY bisa diberi hardikan," sebutnya.
Baca Juga: Hasto Tuding Ada yang Mau Hancurkan PDIP, Pendukung Ganjar: Mana Bisa Relawan Hancurkan Partai!
Ia pun menyebut bahwa capaian SBY jauh di atas Jokowi, seperti ruang fiskal yang naik hingga 200 persen sedangkan Jokowi hanya naik 20 persen.
"Yang ajaib nanti kalau misalnya 53 orang mendaftar itu menemukan data konkret bahwa di masa SBY ruang fiskal kita membesar 200 persen. Di masa Jokowi membesar 20 persen," kata dia.
"Hasto kepaksa bikin sayembara, ngasih beasiswa. Tentu dengan maksud agar data itu berubah," lanjutnya.
Sebelumnya, Hasto Kristiyanto kembali menginformasikan perihal tawaran beasiswa kepada pihak-pihak yang mau melakukan kajian atas kinerja Presiden Jokowi dan era Presiden SBY.
Dalam keterangan tertulisnya, Hasto mengabarkan jika tawaran kajian tersebut diklaim mendapat sambutan cukup tinggi dari kalangan mahasiswa.
“Peminatnya sangat banyak, mencapai 53 orang," katanya.
Bahkan, ia juga mengaku para peminat kajian tersebut berasal dari mahasiswa S2 dan S3 dari kampus ternama di Indonesia.
Tak hanya itu, ada juga yang datang dari luar negeri, dan berasal dari berbagai bidang-bidang ilmu. Mulai dari kajian penelitian ilmu pemerintahan, politik, kebijakan publik, kepemimpinan, psikologi, manajemen, hingga kelembagaan organisasi pemerintahan.
"Ada dari Universitas Indonesia, UGM, Universitas Airlangga, UIN Banda Aceh, hingga dari Oslo University, Manila University, Universiti Sains Malaysia," tambahnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan penelitian terkait kinerja pemimpin nasional penting dilakukan sebagai bagian pendidikan politik bangsa.
"Kemudian bagaimana legacy seorang presiden diambil. Apakah kepemimpinan seorang presiden benar-benar untuk bangsa dan negara atau hanya untuk kepentingan popularitas semata," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil