Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dukung Ketahanan Pangan, Aplikasi Goopo Tawarkan Sistem Ternak Sapi Secara Online

        Dukung Ketahanan Pangan, Aplikasi Goopo Tawarkan Sistem Ternak Sapi Secara Online Kredit Foto: Goopo Inovasi Indonesia
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Meskipun kaya akan sumber daya alam, Indonesia masih melakukan impor pangan dari berbagai negara dengan persentase yang terus meningkat setiap tahunnya khususnya kebutuhan akan daging sapi. Oleh karena itu, ketahanan pangan kini menjadi hal yang terus digulirkan pemerintah. 

        Kemajuan perkembangan teknologi informasi dan digitalisasi di era 4.0 mulai diterapkan di berbagai sektor kehidupan. Salah satunya dalam bidang peternakan yang dilakukan oleh Goopo sebagai platform urban farming digital.

        Baca Juga: Perluas Jangkauan Hingga Sektor Perikanan, TaniFund Gandeng eFishery

        Platform tersebut menawarkan konsep menjadi peternak tanpa harus memiliki kandang, dan terbebani oleh harga pakan ternak yang fluktuatif, namun tetap dapat menikmati imbal hasilnya secara mudah dan aman.

        "Jadi memudahkan siapa saja yang ingin beternak sapi, tanpa perlu memiliki lahan atau bingung bagaimana pakannya. Semua bisa dilakukan pada platform web atau mobile apps," kata CEO Goopo Inovasi Indonesia, Arya Wicaksana dalam keterangan resminya, Senin (29/11/2021).

        Arya menjelaskan bahwa metode peternakan sapi yang dilakukan yakni koloni. Artinya, sapi-sapi dikumpulkan dalam satu tempat dan dimonitoring secara langsung. Mulai dari lahan, pakan, tempat dan lain sebagainya. 

        Selama ini terdapat keluhan masyarakat ketika berinvestasi dengan cara menitipkan ternaknya kepada orang lain untuk dikerjasamakan dalam kurun waktu tertentu, seperti mati atau hilang tanpa ada kejelasan dan bukti yang menguatkan pernyataan tersebut. Maka, dengan pola monitoring langsung dalam satu koloni, lebih memudahkan dan transparan. 

        "Sapi yang diternakan bisa dipantau secara online dalam 24 jam dengan teknologi based on  Internet Of Things (IOT)," ujarnya.

        Adanya dukungan dari perbankan dan asuransi, maka ekosistem peternakan sistem yang dikembangkan oleh platformnya diklaim lebih aman dan menguntungkan. 

        "Ketika ada sapi yang sakit, mati atau kehilangan di-cover oleh asuransi, ditambah dukungan perbankan," imbuhnya.

        Selain itu, konsep yang dilakukan yakni penggemukan yang selanjutnya imbal hasil bagi yang berinvestasi berasal dari berapa kilogram penggemukan sapi dalam 100 hari. 

        "Pada awalnya sapi dengan berat 300 kg, kemudian setelah 100 hari menjadi 400 kg. Dari penggemukan tersebut, yang menjadi return atau imbal hasil yang menarik bagi konsumen yang beternak melalui platform kami," jelasnya.

        Arya menargetkan dalam enam bulan ke depan dapat terserap dana dari masyarakat hingga Rp 10 miliar, dalam investasi di sektor peternakan sapi. Mengingat kebutuhan akan daging sapi di Indonesia yang masih tinggi.

        "Jadi memudahkan siapa saja yang ingin beternak sapi. Enam bulan kedepan kita targetkan menyerap dana dari masyarakat sebesar Rp 10 Miliar," katanya.

        Saat ini, kata Arya, pihaknya memiliki dua farm atau peternakan yaitu di daerah Jatinangor dengan kapasitas 1.200 ekor dan Cikalong Wetan berkapasitas 1.500 ekor. Sehingga total yang dapat ditampung oleh pihaknya yakni, 2700 ekor sapi. 

        Sapi yang ditersedia untuk diternakan akan dilakukan secara bertahap yakni 100 ekor setiap bulannya. Dengan demikian, manajemen peternakan sapi menjadi lebih teratur dan terawasi. 

        "Paketnya bervariasi tapi tidak lebih dari Rp 22 juta. Sapinya sendiri kita impor dari Australia untuk digemukan di peternakan kita," ungkapnya.

        Kendati demikian bisnis ini bukan tanpa resiko, Arya menambahkan karena merupakan hewan hidup produktif, maka  yang terjadi adalah fluktuatif harga yang ada di pasaran. Misalnya, pada musim hujan seperti sekarang ini, biaya pakan dan transportasi pengiriman sapi yang mengalami kenaikan. 

        "Untuk harga pokok awal yang diinvestasikan itu dipastikan aman, tapi harga bisa fluktuatif pada proses penggemukannya, mengikuti dari harga kondisi pasar," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: