Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Zainal Arifin Mochtar Blak-blakan: Presidential Threshold Membingungkan!

        Zainal Arifin Mochtar Blak-blakan: Presidential Threshold Membingungkan! Kredit Foto: GenPI
        Warta Ekonomi -

        Pakar hukum dari Universitas Gajah Mada Zainal Arifin Mochtar memberi tanggapan terkait presidential threshold yang belakangan ini menjadi sorotan publik.

        Seperti diektahui, Ahli Hukum tata negara Refly Harun telah mengajukan judicial review ke Mahmakan Konstitusi (MK) dan meminta presidential threshold (PT) ditiadakan alias nol persen.

        Hal tersebut, menurut Refly, merupakan upaya agar Indonesia bisa mendapatkan calon presiden yang yang jujur, amanah dan berkualitas.

        Baca Juga: Pengamat Ini Blak-blakan Tolak Presidential Threshold 0%: Nanti Habib Rizieq Bisa Jadi Capres

        Namun, Zainal justru menilai ambang batas pencalonan presiden sebagai hal yang membingungkan.

        “Memang soal kandidasi presiden itu agak membingungkan. Karena ambang batas pencalonan ini sebenarnya tidak diatur dalam UUD manapun,” ujar Zainal kepada GenPI.co, Rabu (15/12).

        Tidak hanya itu, dirinya juga mengaku heran karena angka yang diatur oleh DPR dan pemerintah cukup tinggi, yakni 20 persen. 

        “Angkanya pun sangat fantastis 20 persen. Saya termasuk yang mengatakan bahwa hal ini tidak perlu diatur. Karena syarat kandidasi sebenarnya sudah ada dalam UUD,” katanya.

        Seperti diketahui, dalam pasal 6A ayat 2 disebutkan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.

        “Syarat itu adalah, dia harus calon peserta pemilihan umum dari partai politik. Selama dia menjadi peserta pemilihan umum, dia boleh mengkandidatkan seseorang,” jelas Zainal.

        Menurut Zainal, angka presidential threshold 20 persen sangat tinggi dan berpotensi menguntungkan partai-partai tertentu saja.

        Baca Juga: Jakarta Raih Penghargaan, Geisz Chalifah Puji Anies Baswedan Sampai Singgung Gubernur Jaman VOC

        “20 persen itu kelihatannya lebih menguntungkan partai-partai tententu yang kemudian mencoba menutup peluang partai lain untuk mengajukan kandidat,” tuturnya. (*)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: