Ditengah kewaspadaan terhadap berkembangnya varian virus covid dewasa ini, sehingga kegiatan dan mobilitas orang dan barang dibayangi rasa was-was, industri nasional diantaranya produksi baja tetap perlu mengantisipasi prospek langkah ke depannya.
Salah satunya seperti pendapat yang diutarakan Kimin Tanoto, seorang anggota dewan komisaris di PT Gunung Raja Paksi Tbk., produsen baja terkemuka di Indonesia.
Dalam hal ini, Kimin Tanoto memberikan pendapatnya mengenai prospek industri baja pada tahun mendatang berdasarkan pada beberapa faktor eksternal dalam negeri maupun kesempatan ekspansi ke pasar negara-negara maju.
Sebagai praktisi bisnis, Kimin Tanoto mengutarakan optimismenya berdasarkan pada prediksi IMF untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada angka 5,9, melampaui pertumbuhan ekonomi dunia yang sebesar 4,9 persen, yang berpotensi dipacu oleh beberapa sektor konsumsi dan produksi.
Menurutnya, untuk konstruksi dan manufaktur merupakan pangsa pasar baja, ditambah dengan realisasi progresif atas rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur, baik dari segi anggaran maupun legislasi.
Sementara dari berbagai media menyebutkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5 sampai 5,5 persen, dengan salah satu komponen di sektor produksi, yaitu konstruksi sebesar 6 sampai 7 persen berdasarkan keterangan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Dari luar negeri, China sebagai produsen baja terbesar di dunia beberapa waktu lalu mengumumkan di bulan Oktober tahun ini pengurangan kegiatan produksi baja antara 15 November sampai 15 Maret 2022 dan output dibatasi sebesar tidak kurang dari 30% untuk periode 1 Januari – 15 Maret 2022 dan total produksi sepanjang 2022 hanya menyamai output 2021.
Menurutnya optimisme ini juga ditopang oleh pencapaian PT Gunung Raja Paksi Tbk. (GRP) di tengah pandemi untuk pasar ekspor Amerika Utara sebagai pengakuan atas kualitas baja yang dihasilkan. Ini ditandai dengan ekspor perdana ke Kanada senilai USD 4,7 juta setelah menyandang sertifikasi Canadian Welding Bureau (CWB).
Demikian juga peluang masuk pasar Amerika Serikat, dengan telah diperolehnya sertifikasi dari Los Angeles Department of Building and Safety (LADBS) untuk tipe fabrikasi High Strength Steel, dengan standar American Welding Society (AWS), sehingga menjadikanya sebagai satu-satunya produsen baja di Indonesia yang memperoleh sertifikasi tersebut.
Pasar dalam negeri masih menjadi primadona untuk produsen baja nasional, hal ini sejalan dengan upaya pemerintah melalui Kementerian Perindustrian yang memiliki rencana induk pemgembangan industri besi dan baja nasional dari 2015 -2035.
Dalam rencana Kemenprin 2020-2024, target produksi baja nasional di akhir 2024 adalah sebesar 17 juta ton, yang diharapkan bisa mengejar ketertinggalan dari Vietnam.
Dilansir dari Kompas.com (9/10/2021), target produksi 2021 sebesar 11,9 juta ton, telah tercapai 11,7 juta ton. Sebagai bagian dari pencapaian target tersebut, dengan beroperasinya Light Section Mill (LSM) PT GRP Tbk. ikut menopang target produksi baja nasional.
Bagi Kimin Tanoto, momentum tersebut merupakan peluang yang harus disikapi dengan peningkatan kinerja industri baja nasional, melakukan persiapan dari sekarang agar tidak ketinggalan dengan momentum tersebut.
Disamping itu dirinya juga menekankan peningkatan kualitas produksi, juga dibarengi dengan penggunaan teknologi yang bisa mengurangi emisi karbon dan transformasi di sektor industri baja diantaranya dengan penerapan program keberlanjutan melalui inovasi digital.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: