Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha jadi sorotan karena belum lama ini menyampaikan pidato soal sosok pembohong yang dipecat Jokowi. Meski tak menyebut nama, pidato itu dispekulasikan untuk Gubernur DKI Anies Baswedan.
Giring pada September lalu juga sempat menyampaikan ketidakrelaannya jika Anies memenangi Pilpres 2024 dan jadi Presiden RI. Pakar politik Muhammad Qodari menanggapi dinamika tersebut yang sudah jadi isu publik. Menurut dia, pejabat publik memang harus siap dengan kritik.
Dia bilang untuk PSI dinilainya kerap melakukan hal-hal tanda kutip yang dianggap tabu oleh partai politik. Salah satunya seperti ketua umum parpol yang mengkritik lawan politiknya secara implisit dengan menyebut nama. Pun, ia menyampaikan jika merunut ke belakang atau sejak PSI mucul di kancar politik nasional. Dia mengatakan hal-hal tabu yang melanggar dalam tanda kutip sudah dihadirkan mereka.
Baca Juga: "Nyanyian" Giring Dikaitkan ke Anies Baswedan, Pengamat Blak-blakan: Bukan Levelnya!
"Ya beberapa tabu, misalnya ketua umum itu dari etnis Tionghoa. Bukan Islam misalnya gitu. Kan ada pemahaman di politik Indonesia bahwa itu jangan dilakukan. Karena ini mayoritas muslim," kata Qodari dalam sebuah acara di salah satu TV Swasta dikutip dari VIVA pada Selasa, 28 Desember 2021. Dia juga menyinggung gaya komunikasi PSI yang pernah menyuarakan tolak poligami. Sikap resmi PSI itu memantik kehebohan.
Qodari mengaku kadang berpikir terkait PSI. Menurutnya, apakah PSI masuk kategori partai gagasan, mendobrak gagasan, atau partai elektroral yang ingin masuk ke parlemen pemerintahan kemudian membuat kebijakan.
"Kenapa? Karena dia terus menggedor tapi barangkali juga ini disebabkan oleh ya satu ini anak-anak muda yang tanda kutip tidak punya ewuh pakewuh. Yang kedua mereka berada di luar sistem. Jadi, enak saja ngomongnya," tutur Qodari.
Lantas, serangan PSI apakah bisa mempengaruhi penurunan citra Anies? Qodari menjawabnya dari segi pemilih di Tanah Air. Dia menjelaskan saat ini ada pemilih terbagi dua macam yaitu pertimbangan rasional dan pemilih berdasarkan identitas. Menurut dia, pemilih pertimbangan rasional bisa saja setuju dengan PSI dan tak memilih Anies.
Namun, ada juga pemilih yang sependapat dengan argumen loyalis Anies seperti Geisz Chalifah bisa saja sebaliknya memberikan dukungan. Meski demikian, ia memberikan catatan untuk pemilih yang berdasarkan identitas.
"Kecenderungannya berdasarkan identitas itu justru ketika diserang pada hari ini malah makin cinta makin kuat. Dan, itu yang saya katakan Ketika PSI menyerang sesungguhnya bisa jadi pendukungnya Pak Anies ini malah makin solid atau makin tambah," tutur Direktur Eksekutif Indo Barometer tersebut.
Bagi dia, dalam dinamika ini, baik PSI dan Anies bisa saja diuntungkan. Sebab, PSI dan Anies akan naik secara popularitas. "Dan, kalau judulnya PSI serang Anies, upaya jegal 2024, menurut saya makin banyak diserang pak Anies, menurut saya makin sulit dijegal oleh PSI," sebut Qodari.
Penjelasan PSI
PSI menjelaskan pidato ketua umumnya Giring Ganesha soal pemimpin bohong yang pernah dipecat Jokowi. Pidato itu disampaikan Giring di depan Jokowi saat peringatan HUT PSI ke-7.
Jubir PSI, Sigit Widodo mengatakan pidato Giring dalam acara tersebut sudah disusun tim. Namun, bila Giring menyampaikan pidato dengan improvisasi dinilainya masih wajar dan biasa. "Karena bro Giring juga tidak 100 persen baca teks. Tapi, inti apa yang disampaikan bro Giring itu sudah disiapkan dan memang secara sadar dibuat oleh PSI," tutur Sigit.
Baca Juga: Soal "Nyanyian" Giring, Orang Gerindra Blak-blakan: Maklumin Aja, Lagi Nyari Konten Buat TikTok
Dia menjelaskan pidato Giring saat itu adalah resmi pernyataan PSI. Ia menyebut isi pidato itu bukan inisiatif pribadi Giring. "Disampaikan secara resmi di depan acara besar partai dan dihadiri presiden, Itu bukan inisiatif bro Giring sendiri. Pernyataan resmi sebagai partai politik," sebutnya. Ditanya soal pidato Giring untuk menyerang Anies, ia menjawab diplomatis. Sigit mengatakan dalam pidato tak pernah menyebut nama.
"Jadi, jika ada yang mengacu ke nama tertentu itu bukan dari kami. Karena kami nggak pernah menyebut nama pada saat bro Giring menyampaikan. Tapi, kriteria-kriteria yang tidak layak menjadi presiden," ujar Sigit.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto