Hilirisasi CPO Berkontribusi Besar Terhadap Surplus Perdagangan Nasional

Badan Pusat Statistik mencatat, kinerja ekspor Indonesia sepanjang 2021 mencapai US$231,54 miliar atau meningkat 41,88 persen dibandingkan tahun 2020 yang sebesar US$163,1 miliar. Kinerja ekspor pada 2021 tersebut juga berhasil melampaui rekor tertinggi sepanjang sejarah pada 2011 yang sebesar US$203,6 miliar.

Dilansir dari laman Indonesia.go.id pada Kamis (27/1/2022), BPS juga melaporkan kinerja neraca perdagangan sepanjang 2021 bila dibandingkan dengan 2020, 2019, bahkan hingga 2016 merupakan yang paling tinggi dalam lima tahun terakhir.

Baca Juga: Posisi Penting Minyak Sawit Indonesia di Pasar Dunia

Kinerja surplus sepanjang 2021 ditopang dari hilirisasi komoditas unggulan, seperti ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati yang sepanjang 2021 mencapai US$32,83 miliar atau meningkat sebesar 58,48 persen (yoy). Selain CPO, hilirisasi komoditas nikel juga memperkuat performa ekspor Indonesia, dengan pertumbuhan sebesar 58,89 persen (yoy) menjadi sebesar US$1,28 miliar.

Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi menyakini surplus perdagangan tetap bisa dinikmati Indonesia ke depannya. Tidak hanya itu, industri pengolahan yang berorientasi ekspor bernilai tambah akan memainkan peran penting dalam menekan defisit. Disampaikan Mendag Lutfi, empat dari lima produk penyumbang ekspor terbesar merupakan produk industri pengolahan yakni produk minyak sawit, besi dan baja, otomotif, dan elektronik.

"Ke depannya perlu dipastikan industri pengolahan kita tidak tergantung komoditas. Kita lihat dengan investasi-investasi dan penghiliran di pertambangan dan pertanian, ekspor RI menjadi lebih terdiversifikasi dan solid," kata Mendag Lutfi, dilansir dari laman Indonesia.go.id.