Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bantu Ibu-Ibu di Indonesia, Ini Cara CEO Amartha Kembangkan UMKM Perempuan

        Bantu Ibu-Ibu di Indonesia, Ini Cara CEO Amartha Kembangkan UMKM Perempuan Kredit Foto: Amartha
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Semenjak pandemi menyerang dunia dan Indonesia dua tahun belakangan ini, ekonomi negara akhirnya bergantung pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Namun, pandemi COVID-19 juga berimbas besar pada kelangsungan UMKM di Indonesia.

        Krisis ekonomi yang dialami oleh UMKM pun menjadi ancaman besar bagi perekonomian nasional, mengingat UMKM merupakan penggerak ekonomi domestik dan penyerap tenaga kerja terbesar dalam beberapa dekade terakhir.

        Oleh karena itu, memelihara keseimbangan antara mendorong inovasi layanan keuangan digital untuk meningkatkan inklusi keuangan dan mengelola risiko yang mungkin muncul menjadi hal penting untuk dilakukan. Khususnya UMKM Perempuan yang belakangan menarik untuk dibicarakan karena kehadirannya bisa membuka berbagai peluang baru beserta kesetaraan gender.

        Baca Juga: Catatkan Pertumbuhan 2x Lipat Tahun Lalu, Amartha Akan Perluas Jaringan di 2022

        PT Amartha Mikro Fintek atau Amartha sebagai salah satu fintech peer to peer lending dengan fokus pada pembiayaan modal kerja dan pemberdayaan perempuan pengusaha mikro di desa juga melihat konsern ini sebagai salah satu fokus bidang usahanya.

        Tahun 2020 lalu Amartha mendapat penghargaan sebagai salah satu perusahaan yang mendorong kesetaraan gender dalam kegiatan bisnisnya melalui kategori Gender-Responsive Marketplace dari United Nations Women (UN Women) dalam penghargaan Women’s Empowerment Principles (WEP) Awards 2020.

        Dan di tahun 2021 Amartha juga berhasil menyabet dua penghargaan WEP dari UN Women, atas kontribusinya dalam melakukan transformasi digital yang berkelanjutan bagi pelaku UMKM perempuan, serta menjadi pelopor perusahaan dengan dampak sosial yang terukur.

        Lalu bagaimana serta strategi apa saja yang dilakukan Amartha dengan konsern bisnis yang tidak biasa ini? Mari simak CEO Interview bersama CEO & Founder Amartha, Andi Taufan Garuda Putra.

        Sebenarnya berangkat dari manakah Amartha memilih untuk fokus melakukan pengembangan UMKM bagi perempuan?

        Awal mulanya dari mana ya? Oke, jadi saya mendirikan Amartha tahun 2010 dengan misi waktu itu di mana kami bisa membangun bisnis ini tidak cuma memberikan profit tapi juga bisa memberikan impact dan bisa menyelesaikan permasalahan ekonomi sosial di Indonesia. Nah salah satu yang kami fokuskan waktu itu adalah bagaimana mengentaskan kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil di pedesaan.

        Dari dari situ saya keliling-keliling nih ke wilayah-wilayah di Indonesia, terus ke pelosok masuk ke desa-desa, karena kebetulan saya juga suka berkeliling-keliling gitulah ke daerah-daerah. Nah di situ saya melihat banyak sekali perempuan atau ibu-ibu pengusaha mikro di desa-desa yang sudah secara konsisten menjalankan bisnisnya. Dari waktu itu yang saya temukan di Bogor itu membuat baju muslim, sekaligus penjahit, terus buat keset juga. Pokoknya industri rumahanlah ya.

        Yang saya lihat waktu itu mereka mengerjakan itu secara sampingan sedangkan suaminya yang menjadi tulang punggung keluarga. Nah terus kami melihat mengapa tidak diberikan akses modal saja supaya usahanya yang sekarang dijalankan sebagai sampingan itu dijadikan sebagai penghasilan utama juga.

        Nah berawal dari situ maka kami fokus memberikan akses modal ke ibu-ibu di pedesaan, dan setelah kami memberi modal kepada ibu ibu ini, yang tadinya hanya bapaknya saja yang mungkin kerjanya serabutan ada yang kerjanya bertani ataupun ke kota dan sebagainya. Tapi, dengan ibunya juga bekerja dia juga bisa menjadi double income suatu keluarga atau melipatgandakan penghasilan keluarganya yang tadinya kerja cuma sampingan karena dia dapat modal sehingga bisa membuat modal kerja yang lebih besar.

        Mungkin ada beberapa pembaca yang tidak tahu, tapi CEO Amartha sendiri merupakan laki-laki, apakah ada cerita menarik di belakangnya?

        Cerita menarik di belakangnya ya, saya pikir laki-laki adalah yang paling mengerti soal perempuan. Jadi kalau misalnya kami melihat saya sebagai pendirinya memang kalau secara pengalaman pribadi ya saya melihat bagaimana peran ibu saya yang juga sebagai working mom.

        Hal itu menurut saya bisa mendukung keluarga dan mendukung ayah saya yang juga bekerja. Jadi ayah saya kerja, tapi ibu saya juga kerja. Itu terasa banget ya, jadi dengan keduanya saling memberikan penghasilan tentunya bisa meningkatkan income keluarga.

        Habis itu kalau melihat secara Amartha tim gitu ya kalau kami sekarang timnya sekitar 4.000 orang. Dan posisi manajemen tim kami banyak diisi oleh perempuan-perempuan juga, dan bahkan secara keseluruhan dari 4 ribuan karyawan kami ada 60% yaitu perempuan gitu jadi 2.000 hingga 2.500 lebih itu ada perempuan tim kami di Amartha.

        Saat ini untuk karyawan Amartha apakah didominasi oleh perempuan? Beberapa perusahaan atau kantor kan punya kebiasaan khusus pada karyawannya, kalau Amartha sendiri apakah ada perlakuan tertentu kepada karyawan perempuan?

        Amartha tim kalau saya lihat sekarang timnya sekitar 4.000 orang. Dan posisi manajemen tim kami banyak diisi oleh perempuan-perempuan juga. Nah di posisi manajemen timnya dan bahkan secara keseluruhan dari 4 ribuan karyawan kami ada 60%, yaitu perempuan. Jadi, ada 2.000 atau lebih 2.500 lebih itu perempuan di tim kami di Amartha.

        Untuk treat-nya sendiri saat ini yang kami kerjakan di Amartha sekarang sudah menerapkan work from anywhere secara permanen. Kami mencoba beradaptasi dengan kondisi pandemi saat ini dan kami melihat work from anywhere itu juga tetap bisa memberikan karyawan-karyawan Amartha berkontribusi secara produktif dan terutama buat tim kami yang perempuan mereka bisa menyeimbangkan antara pekerjaan mereka di Amartha dan aktivitas mereka di rumah sebagai ibu untuk mengurusi anak-anaknya dan keluarganya.

        Di luar peraturan kami work from anywhere, kebijakan kami lainnya adalah program maternity, ada integration program ketika keluarga baru, kemudian asuransi untuk perempuan dan women empowerment program, kami juga ada women leader academy. Kami banyak membangun inisiatif-inisiatif untuk memenuhi dan memberikan kemudahan dan kenyamanan buat karyawan perempuan tangguh di Amartha, yang bekerja sambil kami juga membangun kompetensi dan kapabilitas mereka menjadi future leader di Indonesia pada saatnya nanti.

        Bagaimana Anda melihat potensi UMKM pada perempuan Indonesia?

        Soal potensi, yang pasti ekonomi Indonesia ini kan tulang punggungnya adalah UMKM dan mayoritas itu digerakkan oleh perempuan pengusaha mikro. Dari 12 tahun perjalanan Amartha, jumlah ini kan masih cukup besar, dan tahun ini kami sudah melayani lebih dari 1 juta perempuan pengusaha mikro.

        Kami masih melihat potensinya tumbuh sampai dengan 20,25 juta customer lagi yang bisa kami jangkau.

        Nah, kemudian juga dari sisi kualitas, jadi 12 tahun perjalanan Amartha mendampingi perempuan pengusaha mikro bisa dibilang kredit macet itu sangat minim sekali kurang lebih 0,3%. Dan selama masa pandemi walaupun guncangan ekonomi itu sangat berat, tapi Amartha juga mendampingi mereka untuk bisa bertransaksi dalam bisnisnya.

        Untuk melewati masa pandemi dan mereka juga tetap komitmen untuk menjalankan usahanya dan akhirnya bisa rebound dari apa yang mereka rencanakan walaupun tidak sesuai dengan rencana tapi mereka tetap bisa survive dan bisa rebound lewati masa pandemi. Itu membuat kami percaya bahwa apa yang kami jalankan ini bisnis yang memberikan manfaat yang multiplayer buat ekonomi piramida bawah.

        Bisa dijelaskan sebenarnya bantuan apa saja yang diberikan Amartha kepada UMKM perempuan di Indonesia?

        Yang utama fokus kami memang di modal kerja, modal usaha untuk mereka menjalankan bisnis dan mengembangkan bisnis, merintis usahanya mulai dari awal. Nah lain dari situ tim kami juga memberikan pendampingan pengembangan usaha bisnis, program literasi keuangan, sehingga mereka bisa mengelola keuangannya secara bijak jangan sampai terlilit pinjaman dan tempat-tempat lain juga.

        Nah, kemudian juga misalnya di masa pandemi kami juga bermitra dengan pemerintah dan perusahaan swasta untuk membuat pelatihan-pelatihan usaha baru. Nah itu secara langsung kepada para UMKM perempuan ini. Selain itu, kami juga tidak cuma ke individunya tapi juga ke komunitasnya, jadi kami berusaha meningkatkan produktivitas dan efektivitas masyarakat di desa-desa dan bisa terus berjalan  dengan infrastruktur yang kami support untuk komunitas-komunitas tersebut.

        Saat ini sudah berapa banyak UMKM perempuan yang tergabung dalam ekosistem Amartha?

        Kami sudah melayani lebih dari 1 juta perempuan pengusaha mikro di lebih dari 2.000 desa, 17 sampai dengan 18 provinsi di Indonesia. Sekarang lumayan besar persebarannya, jadi kami memang menjangkau yang benar-benar pelosok. Amartha itu malah jarang atau bahkan tidak hadir di kota besar seperti Jakarta atau misalnya Surabaya, kami malah hadir di pelosok-pelosok ya. Jadi kalau yang di Banten ya Banten pinggiran gitu, kabupaten-kabupatenlah Amartha hadirnya di kota tier 3 dan tier 4 seperti Majalengka, ada Banyuwangi, Banyumas begitu.

        Apa harapan Anda kepada UMKM Perempuan di Indonesia ke depannya?

        Yang menarik dari perjalanan kami 12 tahun mendampingi perempuan usaha mikro adalah, ini merupakan sektor yang tidak semua bisnis mau masuk ke segmen ini karena sudah di pelosok, pedesaan terus mereka juga masih menjalankan usahanya secara tradisional. Jadi kalau kami melihat startup sekarang kan fokusnya yang segmen yang sudah ada dan sudah akses ke smartphone dan akses internet, baru mereka bisa memberikan akses pembayaran.

        Namun juga banyak yang masuk ke bagaimana mendigitalisasi ekonomi akar rumput ini di pedesaan. Harapannya bagaimana kami bisa berkolaborasi dengan lebih banyak pihak dan banyak stakeholder untuk bersama mendigitalisasi ekonomi akar rumput di Indonesia untuk UMKM perempuan bisa terus maju berkembang.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nuzulia Nur Rahma
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: