Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengulik Sepak Terjang CEO Dana, Vincent Iswara: Belajar Teknologi dari Amerika hingga ke Jepang

        Mengulik Sepak Terjang CEO Dana, Vincent Iswara: Belajar Teknologi dari Amerika hingga ke Jepang Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        CEO DANA, Vincent Iswara menceritakan masa kecil dan latar belakang hidupnya bahwa ia lahir dari keluarga entrepreneur. Orang tuanya sejak awal adalah pengusaha di bidang trading company yang mendatangkan mesin dari Jerman hingga Jepang ke pabrik-pabrik di Indonesia. Usaha itu digeluti orang tua Vincent hingga hari ini.

        Vincent juga menuturkan bahwa masa kecilnya sangat indah, dan orang tuanya sangat akur. Usai menyelesaikan SD-SMP di Tarakanita, Jakarta dan SMA (K) Penabur, Vincent melanjutkan kuliah di Universitas Pennsylvania. Di pikiran Vincent saat itu, ia hanya ingin menjadi insinyur.

        Baca Juga: CEO Dana Vincent Iswara Tak Takut Persaingan, Ajak Anak Muda Terjun di Bisnis Pembayaran Digital

        "Dan kenapa ke AS? Saya rasa kita semua saat masih kecil kita selalu benar-benar mimpi AS itu tanah harapan, AS itu tanah kebebasan, terus waktu itu zamannya Ronald Reagan, semuanya sangat etis, sangat kuat dengan pola pikir AS sentris, jadi saya ingin mencoba untuk pergi ke sana," tutur Vincent dalam video YouTube bersama Wira Wirjawan bertajuk 'Ekosistem Digital Berbasis Kepercayaan dan Integritas - Vincent Iswara | Endgame S3E21'.

        Vincent menuturkan bahwa ia sangat menyukai teknologi. Menurutnya, teknologi itu sesuatu yang bisa membantu hidup orang. Akhirnya, Vincent pun memutuskan untuk fokus kepada software.

        "Saya ingin di software karena aplikasinya dapat bergerak cepat," tuturnya.

        Dari sana, Vincent pindah kuliah ke Loyola University di California dengan mengambil jurusan keuangan karena Vincent merasa pintar di Matematika dan datang dari latar belakang teknik.

        Setelah lulus dari Loyola University, Vincent melanjutkan pendidikan ke Waseda University, Jepang jurusan manajemen strategis. Vincent memilih Jepang untuk lebih memahami pemikiran timur setelah belajar di negara barat. Terlebih, pada tahun 90an, Jepang sedang berada di puncak dunia dalam hal teknologi.

        Hari ini Vincent adalah pendiri startup financial technology atau fintech DANA. Pada tahun 90an, perusahaan-perusahaan mungkin tertarik pada karyawan bergelar MBA, tetapi saat ini, perusahaan lebih tertarik pada engineer dan cenderung menjauhi karyawan bergelar MBA. Vincent pun mengakui itu bahwa di DANA, ia tidak melihat almamater calon karyawannya. Menurutnya, asal memberikan hasil yang baik dalam mengerjakan tes yang diberikan, maka sudah cukup memenuhi kualifikasi untuk menjadi karyawan di perusahaannya.

        "Bagi saya, engineering adalah keterampilan, pengetahuan teknologi adalah keterampilan, itu bukan bagian dari karakter, itu bisa dipelajari. Dan pada akhirnya, teknologi adalah alat, teknologi bukan elemen manusia," papar Vincent.

        Oleh karena itu, sejak lulus MBA, Vincent sudah merintis bisnis teknologi. Mulai dari Netscape era versi pertama dari era Yahoo hingga belajar broadband di Jepang.

        "Jadi, banyak bangunan yang berkembang di Jakarta yang visualisasinya, materi pemasaran dan promosinya itu perusahaan kami yang buat. Dan perusahaan itu menjadi salah satu perusahaan digital marketing pertama di Indonesia," ujar Vincent.

        Dalam membesarkan DANA, Vincent menekankan pentingnya transparansi. Karena dengan transparansi, kepercayaan dapat dibangun. Kemudian, kultur yang dapat dibangun selanjutnya menurut Vincent adalah integritas.

        "Karena kepercayaan sudah di sana, makanya kita semua bisa bekerja sama untuk mencapai visi lebih cepat dan lebih baik itulah kenapa potensi tinggi bagi saya adalah segalanya," papar Vincent.

        Namun, pembayaran digital di Indonesia masih sangat kecil. Vincent membandingkan dengan China yang pertumbuhannya bahkan dua kali lipat dari perekonomiannya. Oleh karena itu, pembayaran digital di Indonesia saat ini masih berada di tahap awal.

        Hal terpenting yang bisa dilakukan saat ini adalah dengan mendidik pasar sehingga Vincent lebih mementingkan kolaborasi daripada kompetisi. Terlebih, pemerintah Indonesia baru benar-benar melihat bahwa pembayaran digital adalah hal penting.

        "Di DANA, kami ingin Anda menggunakan waktu sesedikit mungkin di DANA karena niat kami adalah untuk memastikan bahwa ketika Anda menggunakan kami, itu bisa secepat mungkin. Jadi, waktu sesingkat mungkin bagi Anda untuk menyelesaikan transaksi atau menyelesaikan kebutuhan finansial, itulah metrik/ukuran kami," pungkas Vincent.

        Vincent pun mengakui bahwa pasar di Indonesia sudah mulai sangat bagus. Kedepannya, Vincent berharap DANA bisa dinikmati semua kalangan baik Generasi X, Milenial, Generasi Z, perusahaan besar, perusahaan kecil, UMKM, dan lain sebagainya lantaran kita semua memiliki kebutuhan keuangan sehari-hari. 

        "Kami berfokus untuk memberikan apa yang dibutuhkan pelanggan dengan cara yang benar, dalam pola pikir yang benar, dan memastikan kami tidak keluar dari itu, jadi itu sebabnya saya benar-benar percaya bahwa ini akan menjadi cara kami dalam melakukan sesuatu," tutup Vincent.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: