Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Minyak Dunia Terus Bergejolak, Harga BBM di Indonesia Ikut Merangkak? Waspada!

        Harga Minyak Dunia Terus Bergejolak, Harga BBM di Indonesia Ikut Merangkak? Waspada! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Situasi global saat ini harus diakui sedang tidak baik-baik saja. Meski serangan Rusia ke Ukraina tidak sebesar di awal penyerangan, namun akibat sanksi-sanksi yang Rusia dapat mengakibatkan dampak turunan.

        Salah satu yang terdampak adalah mengani situasi harga minyak dunia yang naik imbas dari konflik ini.

        Hal ini dijelaskan oleh Achmad Nur Hidayat MPP, Pakar Kebijakan Publik NARASI INSTITUTE, yang menyebut bahwa gejolak harga minyak dunia diakibatkan gangguan pada ekspor minyak mentah Rusia dan Kazakhstan lewat pipa Caspian Pipeline Consortium (CPC).

        “Beberapa hari lalu tepatnya tanggal 23 Maret 2022 waktu AS harga minyak dunia naik 5% menjadi US$ 121 per barel sebagai akibat gangguan pada ekspor minyak mentah Rusia dan Kazakhstan lewat pipa Caspian Pipeline Consortium (CPC). Dampak dari kenaikan ini sudah dirasakan oleh berbagai negara,” tulis Achmad dalam keterangan tertulis yang redaksi wartaekonomi.co.id terima, dikutip Selasa (29/3/22).

        Berita buruknya, gejolak yang terjadi ini diperkirakan akan memengaruhi situasi di Indonesia terkai harga BBM.

        Baca Juga: Cak Imin, Airlangga, Zulhas, Simak Baik-baik: Hampir Semua Pemilih Partai Menolak Penundaan Pemilu!

        Pertikaian antara Arab Saudi dan Yaman juga disebut makin membuka peluang terjadinya kenaikan harga BBM di dalam negeri.

        “Sebagaimana yang diberitakan di berbagai media bahwa tingginya harga minyak dunia ini akan menyebabkan harga keekonomian Pertamax bisa tembus Rp16.000/Liter pada April 2022,” lanjut Achmad.

        Lantas mengapa harus khawatir, kan tidak memengaruhi BBM subsidi?

        Terkait hal itu, Achmad mengakui bahwa memang masyarakat mayoritas masih menggunakan BBM bersubsidi dengan pemakaian non subsidi hanya sekitar 17an persen.

        Namun, lanjut penejalsannya kenaikan dari 17an persen tersebut ke 100 persen sangat bisa terjadi apabila BBM non subsidi sudah sangat sulit didapatkan masyakrat.

        Baca Juga: Bukan Soal Vaksin Nusantara, Dahlan Iskan Sebut IDI "Tendang" dokter Terawan karena Hal Ini!

        “Memang harga BBM nonsubsidi, seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite, sangat kecil konsumsinya yaitu17 persen, namun saat BBM subsidi tidak ada dipasaran, konsumsi mereka melonjak mencapai 100 persen karena mereka terpaksa menggunakan BBM nonsubsidi tersebut,” jelas Achmad.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: